Selangkah Maju (Script)
4. 4. Mengurus

26. INT. RUMAH — PAGI

Alder sedang diam di sofa bahkan kedatangan Alan tidak dipandang sama sekali. Ia marah karena Alan pulang pagi lagi dan Alder belum mandi dari kemarin.

ALAN (V.O)

Tumben tuh bocil diem habis baterai kali ya?

Alan lanjut berjalan melewati Alder tapi tetap tidak ditanya darimana atau mengeluarkan suara pun tidak ada.

ALAN

Alder mau makan gak?

Alder diam malah asyik corat-coret di kertas koran. Alan mengambil korannya karena belum dibaca sama sekali.

ALAN

Jangan corat-coret sembarangan Der eh belum mandi ya kamu?

Alder tetap diam, menoleh pun tidak.

ALAN

Kenapa kamu? (bingung menatap alder)

ALDER

Jus angker jahat masa lama kan Alder jadi sendirian.(menangis)

ALAN

(gelagapan) Eh iya maaf, om lupa jangan nangis Der nanti jadi jelek loh.

ALDER

Aku gak jelek! (menangis makin kencang)

Alan kebingungan ngomong lagi takut salah tapi dibiarkan tangisan alder makin kencang terdengar. Ia khawatir tetangganya datang dan menegurnya.

ALAN

Kamu mau jalan-jalan gak?

ALDER

Ketemu bapak dan mama? (berhenti menangis)

ALAN

Iya deh, mau kan?

ALDER

Mau! (teriak antusias dan menarik tangan Alan)

ALAN

(menggeleng) Mandi dulu tapi, yuk mandi!

Alder mundur ketakutan.

ALDER

Nggak mau... dingin. (merengek)

ALAN

Air anget bukan air dingin, ayoo!

Karena tak ada jawaban, Alan menggendong Alder ke kamar mandi keduanya tertawa bahagia.

27. INT. KAMAR ALDER — PAGI

Alder sedang mengunakan handuk sementara Alan mencari-cari baju milik alder yang isinya cuma kaus saja celananya tidak ada.

ALDER

Mana bajunya jus angker?

Alan menumpahkan baju dalam tas Alder tapi yang dicari tidak ada.

ALAN

(heran) kok bajunya gini semua der, gak ada yang lain?

ALDER

Gak ada.

Alan menghela napas berat daripada Alder kedinginan ia memberikan baju kebesaran miliknya sehingga Alder seperti tenggelam oleh baju.

Alder cekikikan sambil berlarian memakai baju Alan.

ALAN

Der diam lah mau kemana sih? (menahan kesal)

Alder tetap lari-lari dan akhirnya terjatuh lalu menangis lagi berarti tebakan Alan benar kalau nanti akan jatuh.

ALAN

Suruh siapa lari-lari coba duduk.

Alder cemberut masih menangis.

ALAN (V.O)

(mengacak rambutnya frustrasi) Gue harus gimana?

Alan berteriak tanpa suara kesamping tubuh Alder. Ia sangat stress menghadapi semua ini sendirian.

28. INT. RUMAH IBU BENI — SIANG

Ibu beni (50) sedang memisahkan padi dari beras di tampah. Ia sesekali melihat Beni yang diam saja.

IBU BENI

Alder gak kamu ambil?

Beni memejamkan mata pura-pura tidur. Ia enggan membahas anaknya yang kerjaannya nangis terus.

IBU BENI

Beni, ibu tau kamu enggak tidur, jawab! (marah)

BENI

Buat apa nanyain dia?

IBU BENI

Kamu bapak gak tanggung jawab ya? gimana kalau teman kamu itu melapor polisi kamu bisa ditangkap dan didenda nanti.

BENI

Dia gak bakal lakuin itu lagipula Alan itu kaya jadi gak mungkin jadi miskin nampung alder.

Ibu beni ke dapur sambil membawa tampah. Ia tidak mengerti jalan pikiran Beni ataupun istrinya itu. Padahal kehadiran alder bukannya dianggap anugerah malah tidak jadi pelajaran ke depan sebagai orang tua.

29. INT. DAPUR — SIANG

Beni sedang merebus mie dikompor. Ia tidak bicara apapun pada sang ibu yang sedang memotong sayuran. Ibu beni penjual makanan matang dengan berkeliling tapi sekarang digantikan Beni dulu.

IBU BENI

Tuh kamu jual aja sayur sopnya dulu.

BENI

Cuma sayur Bu yang banyak lah Beni gak mau jualan kalau dikit.

IBU BENI

Kan pakai motor gak capek dan malu juga.

BENI

Ya-ya-ya.

Beni masih didekat kompor menuangkan mie yang sudah matang.

IBU BENI

Malah diem?

Beni membawa mie ke meja.

BENI

Makan dulu lah Bu ini mie kalau dibiarin dingin gak enak.

Sambil Beni makan ia mengecek ponselnya ternyata tidak ada pesan apapun berarti hidupnya untuk beberapa saat bebas dulu.

30. EXT. PASAR — SIANG

Alan mencari-cari lapak yang menjual baju anak seusia Alder dengan alder memegang ujung bajunya. Sesekali Alan memperhatikan alder supaya tidak lepas dari pandangannya.

Pasar yang dikunjungi Alan kebanyakan jualan makanan membuat alder tak melepas pandangan dari makanan jajanan pasar didepannya. Baju Alan ditariknya agar berhenti melangkah.

ALAN

Kenapa? (jongkok)

ALDER

Aku mau ini? (menunjuk makanan yang disukainya)

ALAN

Ambil.

Alder tersenyum senang mengambil makanan yang dia mau secukupnya.

ALAN

Udah itu aja?

Alder mengangguk kemudian makan dengan lahap sementara Alan membayar.

Akhirnya lapak yang dicari ketemu aneka pakaian anak terpampang dan Alder yang masih asyik makan mengikuti.

ALAN

Mbak ada baju buat anak?

Mbak toko

Ada, buat anaknya ya pak?

Alan berdeham.

Mbak Toko

Anaknya umur berapa pak?

Alan bingung lalu menatap alder yang duduk di kursi sambil makan.

Alan

Menurut mbak dia kelihatan umur berapa?

Mbak toko

Masnya kok aneh gak tahu umur anak sendiri, istrinya kemana?

ALAN

Ada di rumah.

Mbak Toko

Suami sekarang idaman banget ya, istri disuruh di rumah aja pasti istri masnya bahagia lahir batin. (memuji)

Alan tertawa canggung.

ALAN

Yang mana mbak untuk anak-anak?

Mbak Toko

Ini cocok buat anak bapak harganya 150 ribu.

Alan

Baju doang gak sekalian celananya aja 150.

Mbak Toko

Gak bisa pak.

Mbak Toko

Sama celananya jadi 250.

ALAN

Gak sekalian 300 ribu?(menggumam)

Mbak Toko

(senyum senang) Boleh pak!

ALAN

Enggak 250 ribu aja bungkus yang itu.

Mbak Toko

Gak mau pilih-pilih dulu pak?

ALAN

Nggak mbak yang itu aja jadi 500 kan saya mau dua pasang.

Selesai membeli baju Alan mengajak Alder memakai mobilnya ke restoran miliknya yang sepi pengunjung padahal letaknya strategis.

31. INT. RESTORAN — SIANG

Alan mendudukkan alder di kursi khusus kasir. Ia celingak-celinguk mencari seseorang yaitu FAREL (23)

ALAN

Kamu lapar?

ALDER

(menepuk perutnya) Kenyang.

Farel muncul dari luar restoran tersenyum lebar.

FAREL

Bos akhirnya lo datang pendapatan kita bos, merosot!

ALAN

(mukanya tanpa ekspresi) Terus?

FAREL

Kayaknya bos harus jadi koki lagi soalnya koki baru kita masakannya kadang enak kadang enggak kayak masakan rumah.

ALAN

Gak konsisten maksud lo jangan samain lah sama masakan rumah.

FAREL

Iya gimana bos gue lama-lama gak punya duit kalau gini? (panik)

ALAN

Gue juga lagi pusing punya anak.

FAREL (23) kaget melihat sosok anak kecil yang duduk dari tadi memerhatikannya.

FAREL

Anak lo bos?

ALAN

Bukan.

FAREL

Terus anak siapa wah bos... (menatap Alan curiga)

ALAN

Udah deh gak usah aneh-aneh pikiran lo dia anak temen gue.

FAREL

Oh hai bocil, kenalin om Farel. (tersenyum mengambil tangan alder untuk salaman sebentar)

Alan

Sok Inggris lo!

FAREL

Gue susah ngomong r gak usah nyindir gue. (kesal)

ALDER

Om ayey!

Farel

Ya om ayey! (gaya anak kecil sambil tepuk tangan)

ALDER

Om ayey, main yuk!

Farel

Tolongin gue bos! (memohon)

ALAN

Urus dulu dia ya gue mau cek dapur.

FAREL

Bos! (teriak)

Farel pasrah jadi baby sitter sementara lagipula restoran sedang sepi pengunjung bahkan saking sepinya gak ada suara apapun kecuali suara Alder yang kegirangan bermain gendong dengan Farel.

FAREL (V.O)

Sabar demi duit. (berusaha menguatkan diri)

Keduanya asyik bermain melupakan Alan yang memeriksa dapur.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar