Maaf, Sungguh Aku Tak Bermaksud Jatuh Cinta Padamu
17. Ketika Air Lebih Kental Dari Darah

47.EXT.HALAMAN BELAKANG KANTOR POLISI-SIANG

Di bangku taman di depan mushala, Karna dan Bisma duduk. Wajah Karna gusar, merengut. Emosinya siap meledak. Bisma berusaha tetap tenang. Mereka menunggu sampai Seorang Laki-Laki yang selesai shalat dzuhur pergi dari tempat itu.

 

KARNA
(suara bergetar penuh emosi)
Kenapa kamu tega melakukannya sama Aa’? 
BISMA
(tenang, tegas)
Jika bisa tidak, aku juga memilih untuk tidak melakukannya.
BISMA (CONT'D)
Aku prajurit. Jika komandan memerintahkan aku harus segera menangkap seorang tersangka, meski ternyata orang itu ayahku, aku tidak bisa bilang tidak!
BISMA (CONT'D)
Realitanya Aa’ memang bersalah. Bukti-bukti pendukung tak bisa aku ingkari. Komandan memberi tugas padaku. Aa’ harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
KARNA
(mendengus marah)
Bukti-bukti apa? Aa’ gak nyulik orang itu. Aa’ justru menyelamatkan orang itu. Kalau memang Aa’ jahat, ia bisa saja membiarkan orang itu mati! 


CUT TO :


48.EXT. JALAN LUAR KOTA DI KALIMANTAN- MENJELANG MAGRIB.

Hujan deras. Angin bertiup kencang. Sebuah mobil melaju kencang. Lingga tidak memasang safety belt. Wajahnya terlihat gusar. Pandangannya lurus tapi ekspresinya menunjukan pikirannya berkecemamuk. Lingga menaikan kecepatan mobilnya.

SFX : Ponselnya berdering. 

Ponsel yang ada di kursi penumpang terjatuh ketika Lingga melewati tikungan tajam. Dengan mata yang berusaha tetap konsentrasi ke jalanan ia berusaha meraih ponselnya. Ketika akhirnya bisa meraih, arah pandangan otomatis teralihkan pada ponselnya, di saat bersamaan sebuah pohon tumbang ke jalan karena angin kencang. Lingga membanting setir. Mobilnya yang dalam kecepatan tinggi itu berputar tiga kali sampai akhirnya terperosok ke sebuah ceruk lantas menghantam pohon besar. Tubuh Lingga yang tidak dilindungi safety belt pun menghantam setir, kepalanya terdorong membentur kaca depan. Ia pingsan seketika. Darah mengucur dari kepalanya.

Seorang Laki-Laki Berjas Hujan melihat kecelakaan itu. Ia mendekati lokasi kecelakaan dengan motornya. Setelah parkir di pinggir jalan. Dalam deras hujan, guntur bersautan, serta angin menderu kencang ia masuk ke dalam ceruk. Laki-Laki Berjas Hujan mendekati mobil Lingga yang terperosok, berusaha membuka pintu tengah mobil dengan memecahkan kacanya dengan batu. Ia berhasil masuk. Tudung jas hujannya tersingkap, ia adalah Suropati.

BACK TO :

47.HALAMAN BELAKANG KANTOR POLISI -SIANG

KARNA
Aa’menarik orang itu lalu menidurkannya di kursi penumpang di belakang posisi supir. Aa' berhasil memundurkan mobil kembali ke jalan. 
KARNA (CONT'D)
Jaringan telpon terganggu karena hujan. Dan kamu tahu kalau tidak terganggu pun Aa’kan gak bisa bersuara, jadi sulit baginya untuk menghubungi ambulance dan polisi.
KARNA (CONT'D)
Dalam deras hujan dan mobil yang kap depannya tersingkap itu Aa’ berusaha pergi ke kota. Tapi terhalang pohon tumbang. 
KARNA (CONT'D)
Aa’ membawa orang itu ke pondoknya. Merawatnya-mengobatinya.
BISMA
Lantas kenapa esoknya setelah hari terang tidak melaporkan? Ada kamu yang bisa membantu melaporkan.
KARNA
(mengabaikan pertanyaan Bisma)
Intinya Aa’ tidak menculiknya. Bukan Aa’ penyebab kecelakaan itu. Dan Aa’ merawat orang itu. 


Karna mengeluarkan flash disk dari saku kemejanya.


KARNA
Bukti Aa' bukan penyebab kecelakaan dan menyelamatkan orang itu ada di sini. Aku gak ngecap. Kamu cek aja. Rekaman CCTV dari mobil orang itu lengkap dari sisi luar dan dalam. Kecelakaan terjadi karena emang dia ceroboh, gak pakai safety belt, angkat ponsel saat nyetir.
BISMA 
Tapi Aa’ menyembunyikan Pak Lingga. Hingga kemudian Pak Lingga berhasil keluar dari pondok itu.
(beat)
Lantas ada seorang gadis bernama Fressia yang mempunyai bukti berupa video Aa’ membopong Pak Lingga masuk ke mobil di lokasi kecelakaan, Pak Lingga menghilang sejak itu.
(beat)
Tidak ada yang informasikan keberadaannya. Kalau gak nyekap apa namanya?


Karna kembali mengabaikan pertanyaan Bisma. Ia menatap tajam. Bisma balas menatap tajam, menuntut penjelasan. Karna tersenyum sinis. Bersikap dingin. Karna memalingkan wajah ketika tatapan Bisma melembut.


KARNA
Berhasil keluar, ya tentu saja, pondok Aa' emang gak pernah dikunci kok. Jadi tidak ada yang disekap. Semua karena orang itu koma, kalau dia cepat sadar tentu bisa keluar dari pondok lebih cepat.


Karna menatap pohon akasia yang menjulang tinggi. Ada sepasang burung gereja yang tengah bertengger di salah satu rantingnya.

BISMA
(kesal)
Baiklah, Aa' gak nyulik. Aa' gak nyekap. Terus apa maksud semua ini?
KARNA
(pada Bisma) Bapak Polisi yang terhormat, Bapak tahu gak ada kalimat seperti ini....
KARNA (CONT'D)
(berkata dengan sikap tengil menyebalkan) Jika dunia tidak memberimu kesempatan maka mintalah. Jika tidak diberi juga, maka ciptakanlah kesempatan itu.
KARNA (CONT'D)
Secara baik-baik Aa’ sudah minta kesempatan tapi orang itu tidak memberi. Apa salahnya jika Aa’ menciptakan sebuah kesempatan?


Karna memalingkan wajahnya kembali pada Bisma. Alis kirinya terangkat. Karna tersenyum sinis penuh arti.

BISMA
(mengeryitkan dahi)
Kesempatan? Kesempatan apa?

CUT TO :

49.EXT/INT- DAKU PETANI LOCAL FRUIT- SENJA

Spanduk Iklan berkibar --Fruit Of This Month : Kecapi - Foto buah berkulit kuning cerah dengan daging buah berwarna putih. Mobil Lingga masuk ke areal parkir. Lingga masuk ke Daku Petani Local Fruit.

TIME CUT :

LILI HAYU, 49 tahun, berwajah dan beraura keibuan, ia di meja kasir. Lili Hayu berdiri ketika Lingga masuk. Tersenyum ramah. Lingga membalas dengan senyum ramah juga. REXONA, 25 tahun (SPG), Cantik berlekuk tubuh indah dan aura sensual. Rexona sedang menata buah mangga, menghampiri Lingga. Rexona tersenyum lebar. Sikap ramah cenderung genit. Bola matanya bersinar melihat sosok Lingga yang tampan dan gagah.


REXONA
Sore, Bapak. Saya Rexona. Bapak membutuhkan buah apa hari ini?


Rexona sengaja menunjukan dua mangga yang dia pegang di masing-masing tangannya dengan dada membusung. Lingga tidak mampu menyembunyikan senyum geli di bibirnya mendengar nama dan sikap Rexona.


REXONA
(suara manja)
Ih, Bapak-pasti mikir nama saya merk pewangi keti itu ya?

Lingga tersenyum, ia mengangguk. Rexona berlagak ngambek, tapi lantas tertawa renyah.


REXONA
Sudah biasa orang mikir gitu kok, Pak.


Rexona bergerak mendekati Lingga. Sorot mata Rexona menatap sayu manja pada Lingga.


REXONA
Emmh....Bapak keliatan capek deh, Rexona bikinkan juice mangga, ya?
LINGGA
Memang bisa?
REXONA
(mengangguk manja)
Bisa, Pak. Selain menjual buah segar di sini juga menjual juice pilihan konsumen, terus biasa perempuan kan suka rujak, Pak. 
REXONA (CONT'D)
Disini juga jual rujak. Pilihannya ada yang diparut, namanya rujak gobet. Terus ada yang dipotong biasa. Buahnya bisa milih.Sausnya juga bisa milih Pak. Mau yang original. Atau yang saus rujak Aceh. Yang Aceh lagi populer, Pak. Bisa lho buat oleh-oleh untuk istri Bapak.
LINGGA
Waduh saya belum punya istri, tuh.
REXONA
(genit)
Wah kalau gitu masih ada kesempatan buat Rexona, dong.


Ekspresi jengah dan risih Lili Hayu mendengar percakapan Rexona dan Lingga tapi hanya bisa menghela napas sambil geleng-geleng kepala karena Rexona memang seorang gadis ramah yang dikenal genit dan manja pada siapa saja.


LINGGA
Tapi.... besok saya nikah.
REXONA
(pura-pura cemberut)
Uuh...Bapak Pe-Ha-Pe-in Rexona deh.


Lingga dan Rexona tergelak bersama. Suropati yang sedang mengecek nota-nota tagihan di ruangan kaca yang pintunya terbuka jengah mendengar suara gelak tawa itu. Ekspresi wajahnya merasa mengenali suara si konsumen tapi tidak yakin. Suropati berdiri melihat dari balik kaca reben di ruangannya, ia pun terhenyak melihat sosok Lingga. Bola mata Suropati terlihat kesal mendapati Lingga yang menanggapi kegenitan Rexona. Suropati menghela napas. Ia membulatkan tekad.


BACK TO :

47.HALAMAN BELAKANG KANTOR POLISI

KARNA
Laki-laki itu masih juga genit. Laki-laki itu gak pantas buat Yoni. Aa’ tahu semua sepak terjangnya dengan perempuan dari buku harian ibu laki-laki itu.

CUT TO :

02.RANDU TEA BAR LANTAI 2 -SUBUH

Buku tulis lusuh warna ungu yang tergeletak di meja makan bersama kamera dan ponsel Suropati.

BACK TO :

47.HALAMAN BELAKANG KANTOR POLISI -SIANG

Karna menatap tajam Bisma.

KARNA (CONT'D)
Semua catatannya terperinci. Semua jelas. Ibunya bahkan membenci laki-laki itu! Gemar main perempuan. Biasa membawa perempuan menginap di rumahnya dan gemar mabuk-mabukkan.


Bisma akan berbicara tapi urung.


KARNA (CONT'D)
Jadi di parkiran Aa' memintanya untuk diberi kesempatan kembali meraih hati Yoni. 40 hari, kalau gagal, Aa’ akan mundur. Ikhlas menerima kekalahannya.


Bisma mendengus gelisah.


BISMA
Kok, bisa sih Aa’bersikap konyol seperti itu. Pak Lingga dan Yoni bukannya akan nikah dua hari kemudian?


Bola mata Karna berkilat tersinggung.


KARNA
Konyol katamu, jadi kamu akan membiarkan Yoni menikah dengan laki-laki yang suka mabuk dan main perempuan? Oh....oh ....kamu pasti juga belum tahu kan? Anjani ternyata anaknya. Dan kamu tahu orang itu bahkan gak ingat siapa ibu Anjani!
BISMA
(tertegun)
Anjani kita?
KARNA
(jengkel)
Iya. Memang Anjani siapa?!
BISMA
Tapi tetap saja, tindakan Aa’ menyembunyikan Pak Lingga itu salah. Pak Lingga sedang terluka. Ia butuh perawatan medis yang mumpunin. Bagaimana kalau dia mati, masalah jadi tambah runyam!
(beat)
BISMA
Dan hukuman pidana penculikan itu bisa sampai 12 tahun!
(beat)
BISMA
Yoni sudah dewasa. Dia tahu siapa yang harus dipilihnya! Dan kamu seharusnya tidak membiarkan Aa’ melanjutkan kekonyolan. Orang jatuh cinta memang bisa bertindak nekad. Tapi kamu bisa mencegah Aa’ tidak berlaku seperti itu!
KARNA
(tertawa sumbang)
Kenapa harus? Yang harus adalah orang itu memang pantas dihukum. Orang itu gak pantas dapat Yoni. 
KARNA (CONT'D)
Pilihan memang di tangan Yoni, ia sudah dewasa. Tapi orang dewasa juga bisa salah pilih. Kamu lihat Yoni akhirnya memilih Aa’. Yoni bisa saja menolak Aa', memilih tetap menunggu orang itu.
(beat)
Itu bukti bahwa kesempatan memang harus diciptakan.
KARNA (CONT'D)
(penuh emosi, suara bergetar)
Permintaan Aa’ memang konyol, mengherankan, bahkan menggelikan, tapi orang itu bisa menolak baik-baik, bukan malah menghina Aa’.


CUT TO :


50.EXT. HALAMAN PARKIR DAKU PETANI LOCAL FRUIT-SENJA

Langit gelap karena mendung yang siap menumpahkan hujan deras. Gerimis sudah turun. Lingga mencengkeram kerah kemeja Suropati. Bola mata Lingga berkilat marah. Suropati hanya menatap Lingga penuh kebulatan tekad. Sesaat mereka saling bertatapan. Tapi lalu Lingga tersenyum menghina.


LINGGA
You are not only dumb. You are freak! How can you think Yoni will choose you than me?


Lingga melepaskan Suropati. Menatap sinis dengan pandangan menghina ke Suropati. Lingga melangkah ke mobilnya. Tangan Suropati mengepal. Bola mata berkilat tersinggung. Namun setelah mampu menguasai diri, bola matanya muram. Karna yang sedang mengelap mobil delivery mendengar dan melihat semuanya. Bola mata Karna penuh amarah.

BACK TO :

47.EXT.HALAMAN BELAKANG KANTOR POLISI

Bisma dan Karna tercenung. Sibuk dengan pikiran masing-masing.


BISMA
(menghela napas)
Aa’ tetap salah apapun alasannya. Aa’ harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.


Karna menarik napas. Ia lalu beranjak dari duduknya. Karna bersimpuh di depan Bisma. Karna menyodorkan kedua tangannya. Karna menatap Bisma. Bola matanya berkaca-kaca. Karna nampak sangat rapuh dan terluka.

 

KARNA
(suara bergetar menahan emosi dan tangisan yang siap meledak)
Kalau begitu tangkap saya saja, Bapak Polisi. Tangkap saya!
(beat)
KARNA
Kakak saya tidak salah. Ia hanyalah laki-laki yang ingin melindungi perempuan yang sangat dicintainya. Manusia biasa yang ingin mendapat kesempatan dicintai dan mencitai.
(beat)
KARNA
Kakak saya....hanya meminta kesempatan. Kami orang-orang buangan, Pak Polisi. Dari bayi kami sudah tidak diberi kesempatan untuk mencintai dan dicintai bahkan oleh orang tua kami sendiri.
(beat)
KARNA
(menangis perih)
Bapak Polisi pasti tidak paham.....
BISMA
(gusar)
Karna! Kamu apa-apa-an sih? Kita bersaudara. Aa’ salah, itu faktanya. 
KARNA
(tetap menatap nanar, tak mempedulikan ucapan Bisma)
Pak Polisi ditinggalkan di Masjid karena orang tua Pak Polisi ternyata ingin melindungi Bapak dari rentenir yang akan menjual Bapak sebagai pelunasan. Tapi kami ini, Pak...kami ini sampah bagi orang tua kami.
(beat)
KARNA
(mulai menangis sesugukan)
Tangkap saya, Pak Polisi! Saya yang salah. Tangkap saya. Kakak saya tidak salah. Saya yang membiarkan dia melakukan semuanya. Saya tidak menghentikannya. 

CUT TO :

02.INT.RANDU TEA BAR LANTAI 2 -SUBUH

Ketika Karna mengirim pesan WA kepada Suropati bahwa Lingga sadar dari koma tapi tertidur lagi.

BACK TO :

47.EXT.HALAMAN BELAKANG KANTOR POLISI

KARNA (CONT'D)
Kakak saya orang baik, Pak Polisi. Dialah yang selalu melindungi saya. Pak Polisi pasti ingat saat kecil saya selalu jadi sasaran bully. Kakak saya membiarkan dirinya yang dipukuli. Demi saya, Pak Polisi. Demi melindungi saya. Tolong Kakak saya, Pak Polisi. Dia orang baik. Tangkap saya. Tangkap saya!


Karna terus meranyau. Tubuhnya bergetar menangis. Ia merunduk. Kedua lengan masih dengan posisi siap diborgol. Bisma memeluk Karna. Air mata mengalir di pipi Bisma.

BISMA
Hentikan! Hentikan, Karna! Aku mohon hentikan! Aku juga sayang Aa’. Aa’ orang baik. Aa’ juga selalu menjagaku. Aa’ selalu melindungiku. Tapi...(suara tercekat tangisan)
KARNA
(terus menangis, merayau, tubuh bergetar bergerak maju mundur)
Tangkap saya, Pak Polisi. Saya yang salah. Saya yang salah!


Bisma memeluk erat Karna. Mereka menangis bersama. Yoni yang akan shalat dzuhur ternyata mendengar percakapan mereka sedari tadi. Air mata mengalir di pipi Yoni. Ia berbalik arah batal shalat di mushala. Bola mata Yoni membulat terkejut ternyata Lingga juga mendengarkan percakapan Bisma dan Karna.

FREZZE.












Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar