Maaf, Sungguh Aku Tak Bermaksud Jatuh Cinta Padamu
9. Kamu Memang Ceroboh

19.EXT.MALIOBORO-YOGYA- PAGI

Yoni berada dalam dekapan lelaki bertangan kekar yang menolongnya. Yoni mendongak. Bola matanya bergerak-gerak. Ia tertegun. Bibir ternganga. Suropati merunduk menatap Yoni. Napasnya memburu. Tatapannya gusar. Sinar kekesalan nampak jelas di bola matanya.

CUT TO


20.EXT.SEPUTARAN MALIOBORO-PAGI

Suropati yang sedang hunting foto tanpa sengaja menangkap sosok Yoni dalam kameranya yang sedang fokus akan memotret seorang bapak penjual ansongan yang berjalan termangu. Suropati terkejut, ia batal memotret si bapak, ia lantas bergegas ke arah Yoni yang keluar dari trotoar depan toko.

BACK TO

19.EXT.MALIOBORO-YOGYA- PAGI

Suropati merenggangkan jarak dengan Yoni. Ia mencengkeram dua bahu Yoni. Ia memperhatikan keadaan Yoni secara menyeluruh, memastikan tidak ada yang terluka. Ia kembali menatap bola mata Yoni. Bibirnya mengerucut. Tatapannya masih tajam. Yoni membalas tatapan itu masih dengan tertegun seolah melihat ‘alien’. 

Suropati melepaskan tangannya dari dua bahu Yoni. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Yoni, kenapa kamu masih juga ceroboh! Kenapa nyebrang gak lihat-lihat! Coba tadi kalau terlambat sedikit kamu bisa keserempet. Suropati mengarahkan pandangan ke samping. Yoni mengikuti arah pandangannya. Bollard, bola besar berbahan semen yang ada di pinggir jalan.

Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Kalau kamu kebanting terus kepalamu kena bollard itu. Ya, ampun Yoni....! Apa sih yang kamu ikutin sampai kayak orang kena hipnotis?!


YONI
(suara lirih)
Capung


Yoni menyatukan ujung dua jari telunjuknya. Menekan-nekannya. Ia membalas takut-takut tatapan tajam Suropati. Wajah gusar Suropati perlahan mereda, tatapannya melembut. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Hunting foto itu boleh-boleh aja, Yoni. Tapi hati-hati. Kamu di jalanan ramai. 


YONI
Iya, A’. Maaf. 


Tatapan Suropati sudah sepenuhnya lembut. Ia mengangguk. Tersenyum, dan tangannya akan kembali meraih Yoni ke dalam dekapan. Santoso dengan sepeda lipatnya yang menyeruak tiba-tiba di antara mereka. Suropati yang batal meraih Yoni. Ia terhenyak melihat sosok Santoso.


SANTOSO
(khawatir)
Yoni, kamu ndak pa-pa?


Santoso menyentuh bahu kanan Yoni. Meneliti Yoni menyeluruh, memastikan. Alis kiri Suropati terangkat. Yoni yang melihat ekspresi tidak nyaman dari Suropati. Ia bergerak perlahan melepaskan sentuhan Santoso di bahunya.


YONI
Aku ndak pa-pa, Mas. Cuma hampir...


Suropati melotot. Yoni yang meringis mendapat isyarat teguran Suropati.


SANTOSO
Yowis. Maaf ya. Aku tadi dapat telpon dari ekspedisi. Delapan belas paketku dari Inggris ditahan bea cukai.

SANTOSO (CONT'D)
Aku harus urus ke sana. Kamu ndak pa-pa pulang sendiri? Atau mau ikut ke bea cukai. Kita ke parkiran Mall dulu ambil mobil.
YONI
Mas ke bea cukai aja. Aku entar pulang sendiri. Ndak pa-pa.


Pandangan Yoni mengarah ke Suropati. Santoso mengikuti arah pandangan Yoni


SANTOSO
(pada Suropati)
O..Mas yang nolong Yoni. Trima kasih ya, Mas, sudah nyelamatin tunangan saya.


Suropati tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Ia menatap Yoni. Yoni tertegun menatap Santoso. Speechless. Santoso mengambil dompet dari tas selempangnya. Mengeluarkan uang seratus ribuan lima lembar. 


SANTOSO
Ini buat Mas. Sekali lagi trima kasih.


Suropati yang menolak pemberian itu. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Jangan, maaf saya tidak bisa menerima itu. Yoni yang meraih uang Santoso, lalu memasukan kembali ke tas selempang Santoso.


YONI
Ndak usah, Mas. Oya...entar aku pulang sama Aa’. 


Gerak kepala Yoni memberi isyarat pada Santoso siapa yang dimaksud dengan Aa'.


SANTOSO
(pada Yoni)
Aa’? Kamu kenal sama Mas ini?


Yoni mengangguk. Tersenyum manis.

YONI
Iya. Aa’ Suropati mantan pacar aku.


Santoso terhenyak. Ia menatap Suropati dari bawah ke atas. Dari atas ke bawah. Meski berpenampilan sederhana dan jelas pakaiannya tidak bermerk, namun ia menyadari sosok Suropati berpotensi sebagai pesaing. Ekspresi wajah dan tubuhnya menunjukan ketidak-relaan meninggalkan Yoni dengan Suropati. Bola mata Suropati terbelalak mendengar kalimat Yoni. Ia melotot pada Yoni. Dibalas Yoni dengan senyum manis.


SANTOSO
Emmh...gimana kalau kamu pulang bareng aku aja? Aku drop kamu ke rumah, habis itu baru aku pergi ke bea cukai.
YONI
Wis. Ndak po-po. Mas Santoso langsung ke bea cukai aja. Emang Mas ndak percaya sama aku? Ada yang pengen aku obrolin sama Aa’. Boleh kan?


Santoso menghela napas. Ia tersenyum terpaksa.


SANTOSO
Yowis. Aku...pergi ya. 
SANTOSO
(pada Suropati)
Mas, aku titip Yoni, ya.


Suropati mengangguk canggung.


SANTOSO
(pada Yoni)
Entar malam aku ke rumah.
YONI
Iyo, Mas. Hati-hati.


Santoso bergerak melangkah sambil menuntun sepeda lipatnya. Baru beberapa langkah ia menoleh melihat Yoni dan Suropati. Ia nampak ragu, meski kemudian melanjutkan langkahnya. Suropati dan Yoni menatap punggung Santoso menjauh.



21.EXT.MALIOBORO-YOGYA- PAGI

Setelah Santoso menghilang dari pandangan, Yoni menghela napas lega.


YONI
Alhamdulilah. Akhirnya terbebas.


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Lha kenapa? Katanya kamu tunangannya?


YONI
(cemberut)
Eh...siapa bilang. Mas Santoso aja yang ngaku-ngaku. Kita itu baru ketemuan hari ini. Aku disuruh sama Mbak Yasmin.


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Oh...itu alasannya kamu juga ngaku-ngaku aku mantan pacarmu? Yoni pura-pura manyun dan bola matanya bersinar jahil.


YONI
Eh...siapa yang ngaku-ngaku. Emang bener kan, aku mantan pacar Aa’?
YONI (CONT'D)
Aa’ jangan lupa sejarah deh. Tiga tahun lalu, pas ada dokter muda puskesmas yang ngejar-ngejar Aa’, bukannya Aa’ bilang ke dia aku pacar Aa’? Hayo....? 


Suropati tersenyum. Dengan gemas ia mengacak-acak poni Yoni. Yoni menangkap tangan Suropati yang mengacak-ngacak rambutnya. Lalu menggenggamnya. Bola mata Yoni berkaca-kaca.


YONI
(suaranya tercekat)
Aku nggak nyangka ketemu Aa’ di Yogya. Aku....


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat, sorot mata cemas : Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan? Yoni manggut-manggut. Ia menarik napas lantas tersenyum lebar.


YONI
Eh...Aa’ kok bisa ada di Yogya?


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat tersenyum jahil : Kan kangen sama kamu.

 

YONI
Ah...ngapusi. Mesti gara-gara Mbak dokter itu. Aa’ akhirnya mau sama dia, kan? Kalau ndak salah Bu Asih bilang dia sekarang tugas di Yogya.


Suropati tersenyum. Ia menatap hangat dan lembut pada Yoni. Yoni membalas tatapan Suropati.

PAUSE : Bola mata keduanya mengisyaratkan kerinduan yang terjawab.

Suropati lalu balik menggenggam genggaman tangan Yoni yang ternyata belum terlepas sedari tadi. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Ayo ikut aku.


YONI
Kemana?


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat: Udah ikut aja. Yoni pun manut. Mereka melangkah sambil masih terus bergandengan tangan.


TIME CUT :

Suropati dan Yoni tiba di depan sebuah becak. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Ayo naik. Yoni yang menatap Suropati bingung.


YONI
Lha...ini becak siapa? Aa’ jangan aneh-aneh deh. Masak sih entar kita jadi buronan tukang becak?


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Gak bakal atuh, Neng. Ini teh becak-aku.


YONI
(tertawa supraise)
Aa’ jadi tukang becak? 


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat , sinar matanya jahil : Kamu malu, mantanmu ini jadi tukang becak? 


YONI
(tersenyum lebar)
Gak. Asyik malah. Bisa naik becak gratis...


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Eh siapa bilang gratis....


YONI
(tergelak)
Iya...iya, entar aku bayar. Bayar dengan...emmh...rahasia. Pokoknya gak bakal mengecewakan.


Yoni bersemangat naik ke becak Suropati. Suropati menatap Yoni dengan binar bahagia.



22.EXT.KELUAR DARI AREA MALIOBORO- PAGI

Dengan becak, Suropati dan Yoni menyusuri sepanjang jalan menuju rumah Yoni. Becak Suropati yang melaju. Yoni yang merentangkan tangan, menutup mata, mendongakkan sedikit kepala, tersenyum. Senyum bahagia di wajah Suropati, ia tak lepas melihat prilaku Yoni. Senyum simpul di wajahnya. Becak terus melaju mereka berpapasan dengan seorang ayah dan anak.

LELAKI TUA, 70 tahun yang sedang berlatih berjalan dengan kruk ditemani ANAK PEREMPUAN, 35 tahun tertegun melihat prilaku Yoni. Suropati tersenyum dan mengangguk santun pada keduanya. Becak Suropati berlalu. Lelaki Tua menggeleng-geleng kepala. Anak Perempuan-nya tersenyum geli tapi memaklumi prilaku nyeleneh Yoni.


LELAKI TUA
Wis jaman edan! Bocah sa iki uaneh-uaneh..!
ANAK PEREMPUAN
Enggo konten, Pak. Ben viral.
LELAKI TUA
Hayah...! 


Becak Suropati melaju. Pemandangan keindahan Yogya membingkai perjalanan mereka.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar