Jendela Bidik
5. The Shutter
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Erica tersenyum penuh arti. Ini membuat bulu kuduk Erin berdiri, dan langsung sadar bahwa ia sedang mengalami fenomena tidak biasa bernama Erica.

ERIN
Oke, pertanyaan selanjutnya. Kamu siapa, Erica?
ERICA
Aku Erica, kan kamu udah tau--
ERIN
Erica siapa? Kamu tinggal di mana? Kuliah/kerja apa? Kenapa tiba-tiba muncul begitu aja?
ERICA
Whoa, whoa. Tenang, Erin. Satu-satu dong. Kan kita masih punya banyak waktu. Bucket listmu masih lumayan panjang.
ERIN
Jangan-jangan kamu ada niat gak bener ya, sama aku?
ERICA
(kaget)
Niat gak bener apa sih? Enggak, Rin. Oke.
(mengatur napas)
Nama lengkapku Frederica. Aku tinggal di sini juga kok, Surabaya. Dan aku gak ada niatan jahat sama kamu. Cuma pure mau bantu aja.
ERIN
Why??? Kita gak pernah kenal. Kenapa kamu mau bantu orang asing?
ERICA
Erin, penjelasannya gak semudah itu. Ini--kita bisa makan siang dulu gak? Kamu emangnya gak laper?

Seakan dipanggil, perut Erin tiba-tiba berbunyi krucuk-krucuk. Erin speechless, mau menolak juga percuma. 

ERICA
Yuk, makan. Kita butuh energi nih. 

Erin tidak bergerak. Ia masih berusaha mencerna informasi baru yang ia dapatkan dari "kembaran"-nya ini. Kemudian ia menjawab dengan cukup tegas.

ERIN
Kamu duluan aja. Aku bentar lagi nyusul.
ERICA
Oke.

Erica menatap Erin sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari bilik. Mata Erin mengikuti gerakan Erica sampai menghilang di antrean prasmanan.

Erin kemudian mencoba menalar fenomena Erica ini. Ia melirik ke kameranya, membuka foto yang tadi ia ambil. Dan benar saja, yang tampak bukan Naya, tapi Erica di depan mic... 

Erin memejamkan matanya, menenangkan diri. Kemudian ia mencoba mengingat lagi saat ia merasakan sensasi aneh, perubahan atmosfer sesaat sebelum bertemu Erica.

FLASHBACK: Erin mengingat ia menggenggam kameranya, mendapatkan bidikan, bersiap memotret. Lalu ia menekan tombol shutter, dan blitz, dan muncullah Erica.

Erin menatap tombol shutternya. Kedua tangannya mengangkat kamera, dan didekatkannya ke matanya hingga ia bisa mengintip dari viewfinder.

CLOSE UP dari samping, kita melihat Erin yang mengintip ke viewfinder, bulu matanya menyapu kaca mungil itu. Ia membiarkan instingnya bekerja. Kemudian telunjuk kanannya menekan tombol shutter.

KLIK!

Blitz putih itu lagi, dan... 

Bulu kuduk Erin merasakan atmosfer aneh itu hilang, dan berubah jadi normal. 

Ia menurunkan kameranya, dan mendapati Naya dan Wendy yang duduk di depannya, sedang fokus menerjemahkan, dan saat menoleh ke kanan, Idan yang tampak memperhatikan dua interpreter itu bekerja.

Tidak ada Erica.

ERIN
Oh my God... The shutter

Suara Erin yang syok dan tidak biasa ini membuat Idan mengalihkan perhatiannya ke Erin. 

IDAN
Rin, kenapa?

Kepala Erin terasa seperti baru membuka pintu air dan menumpahkan ratusan liter air ke dalamnya sekaligus. Ia menatap Idan, wajahnya cukup syok.

ERIN
Dan... Aku tau. 
IDAN
Tau apa?

Erin segera menggamit lengan Idan dan mengajaknya keluar dari bilik, lalu keluar dari auditorium. 


INT. SELASAR - PAGI

Ketika sudah ada di selasar, Erin memastikan tidak ada orang lain di dekatnya, lalu bicara.

ERIN
Dan, aku barusan ketemu Erica lagi!
IDAN
Hah??!
ERIN
Iya. Dan kayaknya aku tau gimana aku bisa ketemu dia. Kamera ini! 

Ia menunjukkan kameranya di depan Idan.

IDAN
Kamera? Gimana caranya??
ERIN
Shutter-nya, Dan. Pas aku jepret kamera, neken tombol ini,
(menunjuk shutter)
Erica langsung muncul. Dan yang lain ilang.
IDAN
(masih bingung)
Hmmm... 
ERIN
Pas di Pak Galih kemarin sama kejadiannya. Aku ketemu dia pas habis jepret kamera, dan pas aku jepret lagi, aku balik dan dia ilang.
IDAN
Dan kamu ngefreeze, dan waktu kayak jalan lebih cepet di sisi kamu... 
(berpikir)
Berarti, kameranya itu kayak... portal??

Idan menatap Erin, terpaku dan sulit memercayai ini. Sementara Erin merespon kata itu dengan sama terpakunya.

ERIN
Mungkin... Mungkin kamera ini emang portal. 

Dengan takut-takut ia mengatakan itu. Idan pun speechless. Erin kemudian membuka foto di kameranya.

ERIN
Kamu mau liat Erica gimana, kan? Nih...

Idan melihat foto itu.

IDAN
Gila, ini kayak kamu tapi beda baju aja! Dan... Harusnya itu tempatnya Mbak Naya, kan...? Holy s--

Idan menahan umpatannya, ingin sekali menyumpahi kejadian aneh ini. Kemudian, ia seperti punya ide.

IDAN
Eh, gimana kalo kita coba jepret kamera sekarang? Sapa tau ketemu dia lagi?

Erin merinding mendengarkan ide itu. Idan melihatnya, dan langsung paham kalau temannya ini masih terlalu syok.

IDAN
Oke, jangan sekarang deh. 
(merangkul Erin dari samping)
Kita balik aja, yuk.

Erin mengangguk, masih dengan pikiran yang penuh. Kemudian mereka berdua berjalan meninggalkan tempat itu.

FADE OUT

INT. KAMAR TIDUR ERIN - MALAM

MONTAGE

Di mejanya, kita melihat Erin sedang Zoom call dengan dosen pembimbingnya lewat HP. Ia mengangguk-angguk sambil tangan kanannya mencatat dengan giat di notepad. 

Lalu kita melihat Erin mengetik skripsi di HP-nya, dengan melihat catatan notepad-nya. Tapi belum sampai lama, ia sudah mengibaskan telapak tangannya berkali-kali karena sudah lelah. Kemudian ia pun berhenti.

Erin menatap ke depan, ke arah wall gridnya, di mana ada Bucket List dan poster lomba foto yang ia tempel di situ. Ia pun mengambil spidol dan mencoret "INTERPRETER". Di situ juga terlihat bahwa sebelumnya kata "PELUKIS" sudah dicoret. Yang tersisa adalah:

3. Sutradara film ^.^

4. Guru Bhs Inggris!!

5. Desainer Grafis 

6. CEO/Bos perusahaan startup

7. Badut Dufan

8. Staf Supermarket

9. PNS

Erin memandangi bucket listnya. Menghembuskan napasnya panjang, melipat kedua tangan di dadanya. Wajahnya tampak agak lelah dan bingung, tapi belum menyerah.

END OF MONTAGE

FADE OUT

INT. SUPERMARKET GROSIR INDOTAMA - SORE

Kita melihat suasana sebuah supermarket yang tidak sepi, namun juga tidak terlalu ramai. Dari ibu-ibu yang belanja bersama anaknya, mas-mas yang sedang kulakan barang, hingga beberapa remaja yang sedang memilih snack. Antrean kasir pun tampak normal, dan para staf tidak terlalu kewalahan. 

Lalu kita melihat Idan muncul di pintu masuk dengan keadaan terengah-engah. Ia masuk sambil pelan-pelan mengontrol napasnya, sambil matanya mencari Erin.

INT. LORONG KOPI & TEH - SORE

Erin sedang menyusuri lorong perlahan saat dilihatnya Idan berlari kecil menghampirinya. 

ERIN
Dan, lama banget siih? Katanya acaramu udah selesai dari tadi?
IDAN
Iya sori, tadi selesainya agak lama. 
(mulai bernapas normal)
Lagian ya, kenapa jadi staf retail masuk ke bucket listmu sih?? Antik banget. 
(beat)
Pasti pengen kerja di sini karena kamu pikir bisa ambil snack gratis kan...???


Erin menoleh ke Idan sambil melotot, lalu meninju lengan Idan sampai Idan bersuara "aw!" cukup keras. Mereka kemudian mulai berjalan menyusuri lorong berisi deretan kopi, teh, oatmeal, dan madu itu.

ERIN
Kali ini kamu harus ketemu Erica langsung, Dan. Biar kamu tau kalo dia... 
(bingung melanjutkan)
IDAN
Apa? 
ERIN
Kalo Erica tuh, emm... Ya gitu deh! Kamu liat sendiri aja. Rumit soalnya dia tuh.
IDAN
Oke, fine...

Kemudian, seorang staf supermarket memasuki lorong sambil membawa scanner barcode di tangannya. Ia berhenti di depan rak madu dan mulai memindai barcode satu per satu dan memeriksa di layar kecilnya. Jarak si staf dari Erin dan Idan cukup jauh berkat lorong yang panjang itu.

ERIN
Oke, aku akan motret mbak itu. Kamu perhatiin habis aku klik shutter.
IDAN
Terus, gimana biar aku bisa liat Erica? Kan kemarin gak bisa?

Sambil menyalakan kamera, Erin berpikir sejenak.

ERIN
Hmmm. Coba gandengan tangan aja. 

Kita melihat Erin mengangkat kamera dengan tangan kanannya, mendekatkannya ke matanya hingga mengintip ke viewfinder. Membidik staf perempuan itu. Sementara itu, dengan mata tetap di kamera, ia mengulurkan tangan kirinya ke Idan.

Idan melihat uluran tangan itu. Ia mengatur napas dan memandang Erin sejenak, sebelum menggandengnya.

IDAN
Oke. Siap.

Dengan tangan kanan di kamera dan tangan kiri mengenggam tangan Idan yang berdiri di sebelah kirinya, Erin pun menekan tombol shutter.

KLIK!

Blitz putih kembali menyapu seluruh pandangan Erin, suasana aneh yang sama mulai merasukinya, dan... Di sanalah Erica, sedang memindai barcode.

Erica menoleh ke Erin.

ERICA
(ceria)
Hei! Selamat datang di Indotama~

Erin menurunkan kameranya, sudah tidak kaget lagi melihat Erica. Ia malah cukup senang karena teorinya terbukti.

ERIN
Tuh kan bener. Dan, kamu akhirnya bisa liat Er-- 
(menoleh ke kiri)

Tetapi Idan tidak ada. 

ERIN
Loh??! Kenapa--oooh come onnnn...!!!

Erica menghampiri Erin yang tampak stres.

ERICA
Kamu cari Idan? Dia gak bisa ikut ke sini.

Erin memejamkan matanya, tidak tau harus bagaimana. Namun sejenak kemudian, ia mengangkat tangannya, pasrah.

ERIN
T'serah deh, pusing... Aku mau fokus ke lomba foto aja.
ERICA
Nah gitu, dong! 

Erin memberi tatapan sinis pada "kembarannya" itu. Erica kemudian menyodorkan alat scanner barcode lain ke Erin, yang entah dia ambil dari mana. Dengan lemas dan enggan, Erin mengambilnya.

ERICA
Soo... Kenapa kamu pengen nyoba jadi staf supermarket?

Erin menghela napasnya, menenangkan dirinya, sebelum menjawab dengan kepala yang lebih dingin.

ERIN
Sebenernya aku nggak mau nyoba yang ini. Tapi akhirnya aku coba karena paling gampang dan aku mau ngajak Idan liat kamu.
ERICA
Oooh. Yah, maaf deh jadi kecewa. Tapi dulu kenapa nulis ini di bucket list?

Yang ditanyai langsung memalingkan muka, dan menyibukkan diri dengan terus memindai dan melihat layar.

ERIN
Gak penting.
ERICA
(melongo)
Yaampun, jadi beneran cuma karena pengen dapet snack gratis??

Tawa Erica meledak. Ia tertawa kencang, dan Erin menoleh karena suara tawa lepas itu mirip sekali dengan suara dan caranya tertawa. 

Ia terus memandangi Erica tertawa, dan lama-lama tak bisa menahan dirinya. Ia pun jadi ikut tertawa. Menertawakan dirinya sendiri.

ERIN
Hahaha... Aku juga gak tau kenapa aku sepolos itu.
ERICA
Hahaha...
(beat)
Tapi, ya, ini tuh proses penting dalam hidupmu. Malah ini yang paling penting.
ERIN
(akhirnya berhenti tertawa)
Maksudmu?
ERICA
Pencarian yang pake insting dan keliatan "sepele" gini kadang bisa bawa kita nemuin jati diri. Juga passion.

Erin mendengarkan penjelasan itu, kemudian geleng-geleng tipis, sambil terus bekerja.

ERIN
Ckck, Erica... Aku gak paham kenapa kamu selalu bahas passion sampe segitunya.

Erica menoleh, heran Erin merespon seperti ini. Wajahnya pun berubah jadi serius.

ERICA
Erin, kalo kamu gak punya passion, apa yang mau kamu kejar di hidupmu?

Erin berhenti memindai, berpikir. 

ERIN
Entahlah... Jadi kaya raya?

Erica tergelak singkat.

ERICA
Percaya deh, jadi kaya gak selalu enak. Orang kaya masih bisa sedih dan stres.
ERIN
At least aku bisa nangis di kasur queen, sambil makan coklat Belgia dan nonton film di home theater layar IMAX...
ERICA
Dan setelah itu? Setelah kamu puas nangis di istanamu, menghibur diri sesuka hati... Apakah masalahmu selesai? Apa tiba-tiba ada orang yang dateng untuk jadi support systemmu?
ERIN
Emang siapa bilang aku gak punya support system?
ERICA
Kamu barusan nyebutin situasi sedihmu, dan gak orang yang nemenin kamu. That's sad.

Erin terdiam. Erica melihat reaksi itu dan tersenyum singkat pada dirinya sendiri.

ERICA
Aku tau kamu, Rin. Kamu tuh tipe perasa. Kamu lebih suka kebahagiaan sederhana yang gak kasat mata ketimbang yang material.
(beat)
Kayak, keluarga. Cinta sejati. Support system. Itu semua kebahagiaan sederhana. 
(beat)
Termasuk passion. 

Erin masih diam, ekspresi wajahnya tidak tertebak. 

ERICA
Aku gak bilang uang itu gak penting, lho ya. Cuman, aku tau kamu tipe yang meletakkan uang di nomer 2 atau 3. Yang pasti bukan 1.

Erin menggelengkan kepalanya lagi, kali ini bisa merespon.

ERIN
Kalo ada yang aku pelajari dari situasi hidupku selama ini, bersikap realistis udah jadi kewajiban supaya bisa bertahan hidup. Nggak ada waktu untuk ngejar karir yang sesuai passion. 
(mengangkat bahunya)
ERICA
Itu kan situasi hidupmu. Yang aku tanyain tuh kamunya, maunya apa. Bukan tuntutan hidupmu, tapi kamu.

Erica menahan tatapannya di Erin beberapa saat untuk penekanan, dan menunggu reaksinya. Erin kepentok lagi. tak bisa menjawab.

ERICA
See? Itu artinya kamu bingung, gak tau pengen apa. Passion itu kayak destinasi, Rin. Kalo kamu gak punya destinasi, kamu akan selalu bingung, terlalu banyak berhenti, dan terus mempertanyakan diri sendiri.
(beat)
Sedangkan kalo punya, kamu akan punya fokus dan motivasi. Tiap kali kamu jatuh, kamu selalu punya alasan untuk bangkit dan terus jalan.
ERIN 
Dan menurutmu, jadi Staf Supermarket kayak ini bisa jadi opsi??? 

Erica tertawa sangat singkat sebelum langsung kembali serius.

ERICA
Eh, jangan remehkan profesi apa pun yaa. Gak ada mereka, kita gak bisa belanja bulanan.
ERIN
Tapi aku bosen bangett ini udahan!

Ia mengambil bungkus kopi sachet dengan enggan dan membaliknya untuk memindai barcode, lalu melemparnya kembali ke rak dengan kesal.

ERICA
Berarti, kamu gak enjoy ini?

Erica menoleh, yang disambut Erin dengan muka datar dan bosan.

ERIN
Menurut ngana? Lagian kok betah banget nyecan nyecan sepanjang hari!
ERICA
Kerjaannya gak cuma ini kali, Rin. Masih ada stock take, benerin display--
ERIN
Noooo.
ERICA
Okee, okee.
ERIN
Ck. Lagian ya, gimana coba caranya kita tau apa passion kita? Langsung tau, atau ada cara tertentu, atau gimana sih?? Kenapa ribet banget ya kayaknya? See, Er, ya inilah kenapa aku males mikirin passion-passionan. Gak paham juga kenapa orang-orang suka ngejar ini, daripada langsung kerja cari gaji yang bagus. Nyari kerja itu sendiri aja udah susah, ini mau nyari "sesuai passion".

Erin sudah meletakkan scannernya entah di mana dan berjalan menjauh dari Erica, tapi Erica terus membuntutinya.

ERICA
Karena ini worth it, Erin. Trust me. Ini sepadan sama usaha dan semua waktu yang kamu habiskan. Kalo udah nemu, kamu gak akan merasa lega banget, kayak ketemu jodoh.
ERIN
Ugh, lebayyy...
ERICA
Emang kamu gak capek, lompat dari satu hobi ke hobi lain terus?

Erin melotot kaget, bingung Erica tau soal itu dari mana. Tapi ia tidak ingin repot-repot menanyakannya, level kejenuhan dan keterusikannya sudah cukup tinggi. Untungnya ia teringat kamera yang sedang dikalunginya.

Erin menyalakan kameranya dan mulai membidik, dan Erica pun bereaksi.

ERICA
Oh, okee sekarang mau kabur ya kamu. Oke, terserah, lebih cepet kamu move on lebih bai---

KLIK!

Blitz putih mengelilingi Erin, Erica, dan seluruh supermarket.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar