Jendela Bidik
4. Siapa Erica Sebenarnya?
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG TAMU RUMAH ERIN - SIANG

Kita melihat Erin dan Idan duduk bersebelahan di sofa. Kamera di atas meja. Wajah Erin terlihat banyak pikiran dan bingung. Sedikit melamun. Idan mengawasi Erin, menunggunya buka suara. 

Beberapa detik berlalu, belum ada yang bicara. Sampai akhirnya Idan memecahkan keheningan.

IDAN
Ini aneh, sih. Kenapa dia mirip kamu, dan kenapa cuma kamu yang bisa liat dia.
ERIN
Dan kenapa pas ada Erica, kamu ngilang.

Mereka terdiam lagi, tenggelam dalam kebingungan.

IDAN
Tadi kamu juga agak aneh. 

Erin langsung menoleh.

IDAN
Pas mulai motret, kamu sempet gak gerak, kayak jadi patung gitu.
ERIN
Hah?!
IDAN
Tapi itu bentar banget, gak sampe semenit. Aku pikir kamu lagi fokus gitu, in the zone. Jadi aku biarin. Abis gitu kamu balik kayak biasa. Tapi terus tiba-tiba bahas soal Erica...

Satu keanehan lagi. Fakta baru ini menghantamnya seperti tinju. Erin akhirnya yakin bahwa jelas ada yang kejadian luar biasa di sini. Ia pun memegangi pelipisnya yang berdenyut, pusing.

ERIN
Padahal, aku ngelukis sambil ngobrol sama dia tuh ada 30 menitan...

Mulut Idan terngaga karena kaget. Ia berusaha mengeluarkan suara untuk merespon.

IDAN
Jadi... bagi kamu itu 30 menit. Bagi aku cuma 1 menit.
(geleng-geleng heran)

Kalo bukan kamu, aku mungkin gak akan percaya, Rin.

Erin tidak bisa menahan dirinya untuk menoleh, menunjukkan ekspresi bersyukurnya pada Idan. Ia kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Idan.

ERIN
Aku aja masih gak percaya, Dan.
IDAN
Dan dia bilang mau bantu kamu..?

Idan mengernyit, memutar-mutar gelas air yang dia pegang dari tadi di tangannya, sebelum akhrinya merespon.

IDAN
Ngapain..??

Nada pertanyaan Idan seperti skeptis, seakan Erin tidak layak dibantu. Erin sontak mengangkat kepalanya dan mencubit lengan Idan.

IDAN
Aw! Bukan gitu maksudku, Rin. Maksudku aneh aja, baru kenal tapi udah mau bantu.
(baru ingat)
Oh ya, gimana ngelukis? Suka?

Jari Idan menunjuk kamera di meja. Erin menggeleng pelan. Idan tersenyum kecut. 

IBU ERIN (OFF SCREEN)
Eriiin! Tolong beliin obat pel! ini Ibu mau ngepel, udah kadung basah bajunya~

Erin menghela napasnya, lalu menoleh ke area dapur.

ERIN
(keras)
Iya, buuuk! Bentar! 
(pelan, ke Idan)
Seaneh apa pun Erica, masih aneh ibuku yang over semangat persiapan reuni. Ck, gak jelas!

Idan nyengir, tertawa kecil. Lalu ia berdiri sambil mengambil tasnya.

IDAN
Yaudah, lanjut chat aja. Aku balik dulu.
ERIN
(ikut berdiri)
Oke.

Mereka melakukan "salam" khas mereka: sambil mengepalkan tangan, Idan dan Erin saling mempertemukan pinggiran telapak tangan mereka, dengan tepukan ringan. Idan pun berimprovisasi dengan sedikit mengacak rambut Erin di kepalanya, lalu pergi.

IDAN
(kepada Ibu Erin)
Tantee, balik dulu, ya. Permisii.

FADE TO

INT. DEPAN PINTU AUDITORIUM KAMPUS - SIANG

Kita melihat pintu besar menuju auditorium, di mana sedang diadakan sebuah acara yang ramai. Mahasiswa berlalu lalang keluar dan masuk. 

Di atas pintu masuk itu, banner besar tertulis: JOB FAIR & CAREER TALK 2022 - SIAPKAN KARIRMU DARI SEKARANG!

Suara dari panggung di dalam terdengar cukup keras.

HOST (OFF SCREEN)
Yuk, temen-temen, banyak banget jenis kerjaan dan karir yang bisa kamu pilih. Sebentar lagi kita juga akan ada mini workshop untuk bikin CV yang kece dan idaman HR banget. Yukk, yang belum daftar di sebelah sini yaa!

Kemudian kita melihat Idan berdiri di depan pintu, asyik dengan HP-nya. Tak lama, Erin berjalan keluar dari auditorium dan berhenti di depan Idan. Ia menghela napasnya panjang.

ERIN
Oke, selesai sudah "tugas negara" yang melelahkan ini!
IDAN
(mendongak)
Yee... Yang lain semangat, kamu malah sewot. Emang gak mau dapet kerjaan?
ERIN
Sewotnya karena ini diwajibin sama kampus, Dan. Lagian, gimana mau mikirin kerjaan kalo skripsiku aja gak tau selesainya kapan?!

Idan hanya diam. Erin kemudian menenggak air putih dari tumblrnya. Setelah memasukkan tumblr kembali ke tas, ia mengeluarkan selembar brosur dan menunjukkannya ke Idan.

ERIN
Untungnya, ada ini.

Idan mengambil brosur itu dan membacanya: 

"International Seminar: The Next 10 Years of Indonesian Fisheries Industry - Grand Auditorium, Kamis, 24 November 2022"

IDAN 
(berpikir keras)
Terus, maksudmu...?

Erin hanya mengangkat alisnya, menunggu Idan menemukan sendiri jawabannya. Beberapa detik kemudian...

IDAN
Oooh, iya! Bakalan ada interpreter nanti.
ERIN
(tersenyum lebar)
Saatnya berkunjung.

CUT TO:

INT. AUDITORIUM KAMPUS - DUA HARI KEMUDIAN - PAGI

Kita melihat Erin, dengan kamera dan tas kameranya, berdiri di tengah auditorium penuh dengan orang berlalu lalang, mempersiapkan seminar. Kursi-kursi peserta sudah hampir penuh. Suara obrolan ringan dan sapaan terdengar pelan dari berbagai penjuru auditorium.

Di display panggung, tertulis "International Seminar: The Next 10 Years of Indonesian Fisheries Industry - Grand Auditorium, 24 November 2022". 

Kemudian Idan muncul dan menghampiri dari samping. 

IDAN
Oke, aku udah bilang kita tim dokumentasi backup. 
(mengacungkan jempol)
ERIN
Sip. Thanks, Dan. Aku tadi juga udah dapet ijin interpreternya untuk kita fotoin dan tanya-tanya. Mereka baik banget.

Erin berbicara sambil menunjuk ke bilik interpreter berwarna merah di bagian ujung kiri belakang auditorium, di mana 2 orang interpreter perempuan sedang bersiap-siap. 

Suara mic yang dinyalakan terdengar dari panggung. Pembawa acara bersiap di samping panggung. Erin dan Idan pun langsung menghampiri bilik kecil berlapis bahan karpet itu.

INT. BILIK INTERPRETER - PAGI

ERIN
Misi, Mbak Naya, Mbak Wendy. Ini temen saya Idan. 

WENDY (31 tahun) yang sedang sibuk membaca kertas handout menoleh. NAYA (29 tahun) yang sudah stand by di depan mic-nya kemudian ikut menoleh. Idan bersalaman sopan dengan kedua interpreter itu. Wendy melepas headset dan mengalungkan di lehernya, sementara Naya tetap menggunakannya.

WENDY
Halooo. Silakan duduk sini yaa. Ini kalian buat liputan?

Mereka pun duduk di belakang kursi Naya dan Wendy.

ERIN
Eem... tambahan untuk tugas kuliah, Mbak. Kami kan jurusan Sastra Inggris, jadi mau observe dan nambah wawasan tentang interpreting tuh gimana. Sama ambil beberapa foto, buat referensi.

Idan mengangguk, mendukung alasan Erin. Erin tidak kuasa memperhatikan pakaian Naya dan Wendy yang rapi dan formal, juga elegan dengan jas dan rok hitam, inner krem, dan rambut ditata rapi.

NAYA
Oh, gituu. Wah, nggak pernah lho kita dibuat tugas kuliah. Soalnya jarang peminat, hahahahaha.
ERIN
Masa sih, Mbak? Saya malah liatnya interpreter itu keren, lho. Nerjemahin kata-kata tertulis aja sulit, gimana mau nerjemahin orang ngomong?? Ckckck. Gak kebayang aja. 

Wendy tersenyum, dan Naya pun tersenyum terharu.

NAYA
Hehehe. Selalu ada enak dan gak enaknya, kok. Gak enaknya, interpreter di sini seringnya nggak dianggap sebagai profesi yang penting. Tapi enaknya, kalau udah pro, bayarannya relatif besar per proyek.
WENDY
Dan bisa jalan-jalan ke pelosok negara, bahkan luar negeri.
IDAN & ERIN
Wow.
IDAN
(kagum)
Keren sih kalian, Mbak Mbak.
ERIN
Oh ya, Mbak. Itu namanya apa, ya?

Ia menunjuk mesin dengan berbagai tombol yang tersambung ke mic yang ada di depan masing-masing dari Naya dan Wendy. 

NAYA
Oh, ini console. Nanti kita nerjemahin di mic ini, di-transmit sama alat di sebelah, yang ada teknisinya itu, terus diterima sama audiens pake headset.

Mereka berdua hanya manggut-manggut.

ERIN
Susah nggak sih, Mbak, nerjemahin lisan? Aku tuh dari dulu penasaran sama profesi ini memang, tapi kok kayaknya berat. 
NAYA
Ehmmm, gimana ya. 
(tertawa singkat, bingung mencari kata-kata)
Awalnya sulit. Butuh beberapa tahun untuk bisa lancar. Tapi kalo udah biasa, gak akan seberat itu, kok.

Naya kemudian melihat ke arah panggung, dan langsung bersiap.

WENDY
Eh, kita mau mulai. Jangan bersuara ya.

Idan dan Erin mengangguk. Naya menegakkan tubuhnya dan menyiagakan mulutnya di depan mic, sementara Wendy memasang headset, memeriksa jam dan rundown di depannya.

Saat pembawa acara di panggung mulai berbicara, tangan kanan Naya menekan tombol ON di konsolnya.

PEMBAWA ACARA
Selamat pagi, hadirin sekalian. Selamat datang di Seminar Internasional The Next 10 Years of Indonesian Fisheries Industry. Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
NAYA
Good morning, ladies and gentlement. Welcome to the International Seminar on The Next 10 Years of Indonesian Fisheries Industry. This event is held by Faculty of Fisheries and Marine Affairs, Universitas Airlangga, Surabaya...

Mulut Erin mulai menganga karena terkagum selagi pembawa acara terus berbicara dan Naya terus melanjutkan penerjemahan. Ia tampak speechless dan terpaku. 

Idan kemudian mencolek Erin dan menunjuk kameranya. Erin pun langsung tersadar, dan segera mempersiapkan kameranya untuk memotret.

PEMBAWA ACARA
Agenda pada pagi hari ini meliputi: Pembukaan, Sambutan dari ketua pelaksana, Sambutan dari Dekan Fakultas Perikanan & Kelautan, Pengantar, Diskusi Topik Pertama...
NAYA
Today's agenda includes: Opening, Greetings from chairman of the committee, Greetings from Dean of Faculty of Fisheries and Marine Affairs...

Kita melihat jari Erin sudah siaga di tombol shutter dan matanya sudah berada di viewfinder. 

POV VIEWFINDER: Erin mencari angle yang pas, ia bergerak mundur sedikit untuk mendapatkan console dan sisi tubuh Naya. Lalu... KLIK!

BLITZ PUTIH memenuhi layar selama beberapa detik, lalu hilang, dan Erin kembali merasakan atmosfer aneh yang dirasakannya saat di workshop Pak Galih.

Ia pun menurunkan kameranya, dan di dua kursi di bilik kecil itu, Naya dan Wendy sudah tidak ada. Digantikan.... ERICA!

Erin menutup mulutnya, tak bisa berkata-kata. Matanya melotot memandang Erica yang sudah duduk di kursi Naya dengan pakaian yang sama formal dan elegannya seperti pakaian Naya. 

Ia spontan menoleh ke kanan, di mana seharusnya Idan berada. Dan sahabatnya pun tidak ada... 

ERIN
Oh my God... Ini beneran. Ini bukan mimpi.

Sementara itu, acara seminar masih berlangsung, dan Erica terus menerjemahkan. Saat dia bisa berhenti menerjemahkan, ia menoleh ke kiri, dan tersenyum menyapa ke Erin, lalu meneruskan menerjemahkan di depan mic.

ERICA
...it is a pleasure for me to welcome you here, esteemed guests, to Surabaya...

Erin segera membuka pintu bilik dan keluar.

INT. AUDITORIUM KAMPUS - PAGI

Ia menoleh ke sekeliling, mencari Idan. Tidak ada di mana pun. Suara sambutan yang keras dari panggung dan tepuk tangan yang memenuhi ruangan pun tidak menurunkan ketegangannya sama sekali.

Erin mendekati bilik interpreter lagi, lalu berhenti dan berpikir. Ia meraih kamera yang masih dikalunginya, berusaha mencari penjelasan atas fenomena yang sudah terbukti nyata ini. 

Lalu ia meraih HP-nya dari tas, mencoba menelepon Idan. 

ERIN
Hah? Kok gak ada sinyal, sih...?!

Erin memasukkan kembali HP-nya. Dari bilik interpreter, Erica melongok keluar dan memanggil Erin dengan isyarat tangannya. Wajahnya tampak agak panik. Erin menghela napasnya, lalu masuk.

INT. BILIK INTERPRETER - PAGI

ERICA
Rin, bentar lagi gantian kamu ya!
ERIN
Hah...?!?
ERICA
Iya, kan gantian tiap 10-15 menit, Rin. Gak mungkin aku handle sendirian.
ERIN
(menggeleng-gelengkan kepalanya)
Tapi aku gak bisa interpreting, Erica! Gila apa kamu?
ERICA
Dan kapan lagi waktu yang tepat untuk belajar kalo gak sekarang?? Kamu bilang kamu penasaran, kan?
ERIN
Tau dari mana kamu kalo aku bilang---ughh, 'serah deh...

Habis sudah tenaganya untuk melogika kejadian ini. Ia pun duduk di sebelah Erica, di kursi Wendy, dan meletakkan kamera di ujung meja di depannya. 

Setelah memastikan dirinya bisa lepas dari mic, Erica kemudian menoleh ke Erin, memegang lengannya, menatap dalam ke matanya.

ERICA
Rin, kalo emang kamu pengen nemuin karir impianmu, kamu harus serius. Dan ini kesempatan emas. Gak ada cara yang lebih bagus dari langsung nyoba.

Erin menimbang. Entah kenapa, suara Erica yang lembut ini membuatnya tenang. Saat Dekan mulai berjalan ke arah panggung, Erica kembali menatap Erin.

ERICA
Coba, ya. Sambutan Dekan.

Ia mengisyaratkan untuk Erin memasang headset. Erin memasangnya. Dekan naik ke panggung, dan berjalan menuju mic di tengah. Erin kemudian mengatur napasnya, melirik ke Erica.

Erica menggenggam lengan Erin lagi, menenangkan, dan mengangguk.

DEKAN
Selamat pagi, bapak ibu sekalian. Selamat pagi, para perwakilan dari fakultas perikanan dan kelautan, perwakilan pengusaha budi daya perikanan, dan segenap pemangku kepentingan industri perikanan. 
ERIN
Good morning, ladies and gentlement. Good morning... Emm, representatives from faculty of fisheries and marine, representatives from...
(ngeblank)

Erica segera menunjukkan tulisan di depan Erin.

ERIN
...from aquaculture enterpreneurs, and all shareholders--I mean, stakeholders of fisheries industry.
ERICA
And I also welcome participants from Thailand, Vietnam, Malaysia, and many others. Thank you for your time and participation.

Erin seperti bisa bernapas lagi. Jantungnya berdebar kencang, dan langsung meneguk air mineral di depannya. Erica mengacungkan jempolnya ke Erin sambil terus melanjutkan.

Usai minum, Erin mulai tenang lagi. Erica kemudian memberi isyarat dia harus menerjemahkan 5 menit lagi. Meski masih nggak yakin, Erin mengangguk.

CUT TO:

INT. BILIK INTERPRETER - JAM ISTIRAHAT

ERIN
...we are now going to have a break for one hour. Please enjoy the lunch. Thank you.

Para peserta seminar mulai bubar untuk mengambil makan siang. Erin mematikan mic sebelum menghembuskan napasnya panjang, merasa super kelelahan. Ia melepas headset, lalu meneguk airnya lagi. Erica bertepuk tangan pelan, tersenyum lebar.

ERIN
Oke, kamu harus jawab banyak pertanyaan, Erica.
ERICA
Sebelum itu, aku tanya dulu. Gimanaaa...? Asik kan, interpreting?

Erica menaikkan alisnya, menunggu respon. Erin menaruh botol air mineralnya dengan cukup keras di meja.

ERIN
Yang jelas, nih, ya. CAPEK. Terus, otak berasa kayak diperes sampe kering! 
(geleng-geleng kepala)
ERICA
Tapiiii....?

Erin malas menjawab.

ERICA
Tapi kamu enjoy, kaan...? Pasti dong. Keliatan kok. 

Ia tersenyum, memancing Erin. Yang dipancing kemudian mendengus.

ERIN
Oh, please deh, gak seasik itu juga kali. Aku pasti jelas masih mikir-mikir kalo mau jalani profesi ini.

Jawaban itu mengubah semangat di wajah Erica. Ia kembali ke wajah biasanya yang kalem dan agak misterius itu. 

ERICA
Gitu aja udah nyerah, Rin, yaampun. Padahal kamu tau kamu enjoy tadi, walau masih gak lancar.
ERIN
Er, ini tuh pertama kalinya aku interpreting. Dadakan pula. Gimana gak syok??? 
ERICA
Namanya belajar hal baru ya emang kaget awalnya. Semua juga begitu, Rin.
(beat)
Take it easy, jangan langsung nyerah gitu aja. Kadang hal kayak gini gak bisa langsung klik. 

Erin ingin membalas, tapi omongan Erica ada benarnya. Mungkin dia memang terlalu buru-buru memutuskan. 

ERICA
Jangan sampe kamu buru-buru nolak dan melewatkan pekerjaan yang sekali bayarannya setara gaji UMR ini.
ERIN
By the way, Erica. Passionmu apa?

Pertanyaan itu membuat Erica agak kaget. Ia memandang Erin beberapa detik, lalu tersenyum, kembali memasang peragai biasanya.

ERICA
Hmm. Nanti aku kasih tau. Passionku tertulis di bucket listmu.

Erin mengernyit.

ERIN
Aku nggak pernah ngasih tau daftar lengkap bucket listku ke kamu.
ERICA
Oh, tapi aku tau. 

Erica tersenyum penuh arti. Ini membuat bulu kuduk Erin berdiri, dan langsung sadar bahwa ia sedang mengalami fenomena tidak biasa bernama Erica.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar