FANBOY
cia
4. Scene 11 - 17 #4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 11 IN, DI DALAM KELAS

Cast. Zafran, Bobi, Luna

(Zafran dan Bobi les dengan Luna)

Zafran (Vo Prolog) :

Hari berikutnya, di jam yang sama, yang berbeda hanyalah Bobi yang kini duduk manis dengan buku dan bolpoinnya. Dia mulai lunak dengan Luna, begitupun Luna yang mencoba bersikap profesional meski kadar kerusuhan Bobi tidak berkurang. Namun, setidaknya kami bisa belajar dengan lebih tenang. Jadi, materi yang Luna sampaikan bisa kuserap dengan cepat.

 

SCENE 12 EX, DI DEPAN KELAS LUNA

Cast. Zafran, Bobi

(Zafran bertanya pada salah satu teman sekelas Luna)

Zafran : Lo nggak tahu alasan Luna nggak masuk?

Teman sekelas Luna : Gue nggak tahu. Dia nggak ngasih keterangan apapun ke wali kelas.

Zafran : Kalau...alamat rumahnya?

Teman sekelas Luna : Gue juga nggak tahu.

(Zafran mengangguk)

Zafran : Makasih.

(Teman sekelas Luna pergi)

Zafran (Vo Prolog) :

Dua minggu berlalu. Minggu pertama di bulan November membawa berita buruk. Bukan buruk, lebih tepatnya abu-abu. Luna tidak ke sekolah dan tidak ada yang tahu alasan ketidakhadirannya. Sudah sejak semalam dia tidak bisa dihubungi. Parahnya, tidak satupun teman sekelas Luna tahu di mana Luna tinggal. Kata Bobi, Luna dan teman-temannya tidak berhubungan baik. Aku percaya karena aku menyaksikannya sendiri.

(Zafran mencoba menghubungi Luna)

(Di dekatnya, Bobi asyik bermain game)

Zafran : Ke mana sih, nih anak?! (menurunkan ponselnya karena tidak ada jawaban dari Luna)

Bobi : Daripada nelpon, lebih baik minta alamat Luna ke tata usaha. Mumpung masih jam empat.

Zafran : Oh iya.

(Zafran berjalan menuju ruang TU)

Bobi : Tungguin, Za!

(Bobi mengikuti Zafran)

 

SCENE 13 EX, DI DEPAN RUMAH LUNA

Cast. Zafran, Bobi, tetangga Luna

(Zafran turun dari motor Bobi, begitupun Bobi)

(Zafran menghampiri seorang ibu yang sedang menyapu halaman rumahnya)

Zafran : Permisi, Bu. Maaf mengganggu.

Tetangga Luna : Iya? Ada apa, Dek? (menghentikan pekerjaannya sejenak)

Zafran : Saya dan teman saya sedang mencari rumah teman kami, Bu, namanya Luna. Apa Ibu tahu?

Tetangga Luna : Oh, Luna. Di sebelah sana. (sambil menunjuk sebuah rumah yang hanya berjarak 20 meter-an dari rumahnya)

Zafran : Loundry Atika? (sambil membaca banner bertuliskan “Loundry Atika” yang menempel di tembok rumah yang ibu itu tunjuk)

Tetangga Luna : Iya, Dek. Itu usaha ibunya. Tapi, dari semalam Luna nggak di rumah. Kayaknya masih di rumah sakit.

Zafran : Luna sakit, Bu?

Tetangga Luna : Bukan Luna, tapi ibunya. Mereka tinggal berdua sejak usia Luna lima tahun. Jadi, kalau ibunya sakit, cuman Luna yang bisa jagain.

Zafran : Oh. (mengangguk)

Zafran : Ya udah, Bu, makasih infonya. Kalau gitu, kami permisi.

Tetangga Luna : Iya, sama-sama.

(Zafran dan Bobi menganggukkan kepalanya ke ibu itu, lalu mereka menuju motor Bobi)

(Sebelum membonceng, Zafran mengalihkan pandangannya ke rumah Luna)

(Zafran teringat ketika Luna meminta 3 mesin cuci sebagai gajinya)

(Sekarang Zafran paham mengapa hanya itu yang Luna minta)

(Bobi memberi Zafran helm, kemudian Zafran memakainya)

(Zafran naik motor Bobi)

(Bobi menjalankan motor)

 

SCENE 14 EX, DI DEPAN PAPAN MADING

Cast. Zafran, Bobi, Luna

27 Mei 2016 (text)

Zafran (Vo Prolog) :

Hari ini, debaran yang sama dirasakan oleh anak kelas 9 karena sebentar lagi, nilai kelulusan kami akan kami ketahui.

(Zafran, Bobi, dan anak lain mengerubungi papan mading)

Bobi : Gue fotoin, woi! Sabar! (sambil mencari ponsel di saku celananya)

(Anak-anak masih tidak bisa diam sehingga membuat Bobi kesulitan menemukan ponselnya)

Bobi : Arghhh! Berisik!!! (menunjukkan wajah garangnya, membuat anak-anak terdiam)

Bobi : Gue fotoin dulu, ya, cantik, ganteng. (bernada ramah)

(Anak-anak menurunkan kadar keagresifan mereka, sementara Bobi memotret hasil UN untuk ia kirimkan ke grup angkatan)

(Beberapa notif HP berdering)

(Anak-anak girang dan berterima kasih kepada Bobi)

(Bobi keluar dari kerumunan dan menghampiri Zafran yang tadi kesulitan menerobos ke dalam)

Bobi : Huh. Beruntungnya Pelita Bangsa punya anak sepintar gue.

(Zafran menyeringai)

(Zafran dan Bobi mencari nama mereka di daftar)

(Zafran tiba-tiba heboh setelah melihat nilainya)

Zafran : NEM gue di atas 27!

(Zafran memeluk Bobi sambil berteriak girang)

Bobi : Jangan erat-erat, Za. (merasa tercekik karena pelukan Zafran yang terlalu erat)

Zafran : Maaf. (melepas pelukannya)

Zafran : Nilai lo berapa?

(Bobi menunjukkan layar ponselnya sambil memakai kacamata hitam)

Zafran : Wah, kalah jauh gue.

Bobi : Gue bisa 1000 kali lebih baik dari ini. Tapi daripada sempurna, gue lebih suka merakyat. Gue pengen Pak Jokowi bangga punya rakyat kayak gue.

(Zafran membalas kesombongan Bobi dengan gestur mengejek orang gila)

(Luna datang dengan tangan sedekap)

Luna : Selamat, ya! Akhirnya kerja keras kalian terbayar.

Zafran : Makasih ya, Lun. Lo emang nggak kaleng-kaleng. Gue bersyukur bisa jadi murid lo.

(Luna mengangguk, lalu ia menatap Bobi, seolah mempertanyakan mana ucapan terima kasihnya)

Bobi : Makasih, Lun. Saranghaeyo, Noona! (sambil membentuk love dengan kedua tangannya, membuat Zafran dan Luna geli)

Zafran : Oh ya. Untuk merayakan kesuksesan kita, gimana kalau gue traktir kalian makan?

Bobi : Gas! Ke mana?

Zafran : Terserah. Lo bisa, ‘kan, Lun?

Luna : Umm...sorry, Za, tapi gue nggak pantes dapetin itu. (dengan ekspresi muram, tidak seceria sebelumnya)

(Zafran menyerngitkan alis)

Luna : Kalau gitu, gue duluan, ya.

(Luna menganggukkan kepalanya sebelum pergi)

Zafran : Tunggu, Lun.

(Zafran mengejar Luna)

(Zafran berhenti di depan Luna, membuat Luna ikut berhenti)

(Luna menatap was-was)

Luna : Kenapa?

Zafran : Aneh aja. Gue nggak pernah bisa pahamin lo.

(Luna tersenyum)

Luna : Gue harap lo akan terus seperti itu. (sambil berjalan ke samping Zafran)

Zafran : Kalau gue nggak mau? (melangkah satu langkah ke kanan sehingga menghalangi Luna untuk pergi)

Zafran : Kita sahabat, Lun. Gue nggak mau jadi benalu yang ada pas butuh doang. Lo bisa andelin gue kalau lo lagi butuh seseorang.

Luna : Maksud lo, gue lagi nggak baik-baik aja?

Zafran : Mungkin?

(Luna tertawa kecil)

Luna : NEM gue tertinggi se-Jakarta...lo dan Bobi lulus dengan baik...semua baik-baik aja. Jadi, apalagi yang harus lo khawatirin?

(Zafran tidak menjawab)

(Luna tersenyum tipis sebelum beranjak dari sana)

(Begitu Luna pergi, Bobi datang)

Bobi : Dia minta ditraktir mesin cuci kali. (lalu tertawa)

(Zafran mengabaikan Bobi dan memilih menatap Luna)

(Terlihat, Luna sedang mengusap wajahnya)

(Meskipun dari belakang, Zafran tahu Luna sedang menahan tangis)

Zafran : Pinjem, ya? (sambil merebut kacamata Bobi dan beranjak)

Bobi : Eh, mau ke mana? Traktirannya nggak jadi?

(Zafran menengok ke belakang sambil terus berjalan)

Zafran : Nanti gue kabarin!

(Zafran berlari mengikuti Luna)

Bobi : Awas kalau bohong! Gue aduin Pak Jokowi!

 

SCENE 15 IN, DI DALAM BUS

Cast. Luna, Bobi

(Luna duduk di bangku paling belakang)

(Air mata yang sudah Luna tahan sejak tadi, akhirnya tumpah juga)

(Saat menundukkan kepalanya untuk menyembukan tangisannya, seseorang tiba-tiba memasangkan kacamata hitam)

(Begitu mengangkat kepala, Zafran sudah duduk di sebelah Luna)

(Bus melaju)

(Suasana sempat hening sebelum Zafran mulai bercerita)

Zafran : Sejak kecil, gue pikir ibu yang ngerawat gue adalah ibu gue.

(Luna menyimak cerita Zafran)

Zafran : Dan temen-temen gue adalah saudara-saudara gue. Pikiran itu bertahan sampai usia gue 7 tahun. Mungkin semua orang akan marah saat tahu dia dibuang, tapi gue enggak. Gue nggak bisa membenci orang tua gue karena gue yakin, di balik keputusan yang besar, ada hal yang jauh lebih besar.

(Zafran menatap Luna)

Zafran : Tingkah aneh lo...pemikiran lo yang nggak pernah masuk ke otak gue...gue yakin, ada hal besar yang lagi lo sembunyiin. Lo boleh kasih tahu gue. Mungkin gue nggak bisa kasih lo solusi, tapi gue janji, gue akan jadi pendengar yang baik.

(Luna mengalihkan pandangannya dan berfikir sejenak)

(Luna melepas kacamatanya dan memberikannya kepada Zafran)

Luna : Gue bukan tukang pijet.

Zafran : Iya, lo turis.

(Luna tersenyum)

(Luna menghela napasnya)

Luna : Ayah diusir Nenek karena kalah main judi dan kuras habis uang Ibu. Saat itu, gue masih di dalam kandungan. Nenek bantuin Ibu ngurus gue sampai umur gue lima tahun. Setelah itu, dia meninggal. Kepergian Nenek adalah puncak kehancuran Ibu. Bahkan, Ibu pernah hampir buang gue karena nggak kuat ngelewatin ini sendirian. Tapi, suatu hari, gue lari ke pelukan Ibu sambil bawa piala pertama gue. Ibu nangis. Ibu ngerasa menjadi Ibu paling jahat di dunia karena pernah berfikir untuk membuang sumber kebahagiaannya. Akhirnya, semangat Ibu kembali. Kami melanjutkan hidup dengan penghasilan Ibu yang nggak seberapa. Karena usaha loundry masih pakai cara konvensional, Ibu sering sakit-sakitan. Berbagai cara gue lakuin untuk bantuin Ibu. Dari kerja kecil-kecilan, sampai diam-diam ambil uang kas kelas. Sejak hari itu, semua orang menganggap gue sebagai pencuri. Nggak ada yang namanya teman, apalagi sahabat.

(Luna menatap Zafran)

Luna : Begitupun lo. Lo cuman orang lain yang gue manfaatin karena uang. Jadi, lo berhak benci gue. Gue nggak peduli karena gue cuman butuh Ibu.

(Luna memalingkan muka saat air matanya kembali menetes)

(Luna menghapus air matanya)

Zafran : Terserah lo mau anggap gue apa. Benalu...ATM...bahkan tahi sekalipun. Bagi gue, lo adalah sahabat. Dan sahabat...nggak mungkin membenci sahabatnya sendiri.

(Luna menatap ke arah Zafran)

(Begitu ditatap, Zafran tersenyum)

(Zafran mengangkat dagunya)

Zafran : Udah sampai.

(Luna melihat ke kaca jendela dan melihat gang menunju rumahnya)

(Kenek bus menyodorkan tangannya)

(Luna memberikan selembar sepuluh ribu)

(Saat turun, Luna mengalihkan pandangannya ke arah Zafran)

(Zafran tersenyum)

(Luna melanjutkan perjalanannya)

Zafran : SMP Pelita Bangsa!

(Bus melaju)

(Cerita Luna terngiang-ngiang di kepala Zafran)

(Zafran mengambil ponselnya dan mengirim pesan text untuk Luna)

Zafran (Vo Prolog) :

Seberat apapun masalah yang lo hadapi, lo nggak akan sendiri. Ada gue. (mengeja pesan text yang akan ia kirim)

(Zafran menekan tombol ‘send’)

 

SCENE 16 EX, DI JALAN

Cast. Luna

(Luna berjalan menuju rumahnya)

(Ponsel Luna berdering)

(Luna mengambil ponsel dari saku)

(Luna membuka pesan dari Zafran, lalu tersenyum)

 

SCENE 17 IN, DI RUMAH TOMMY BACHTIAR

Cast. Zafran, Raka, Tommy Bachtiar

(Zafran dan Tommy Bachtiar duduk di sofa sambil melihat ijazah dan SKHUN Zafran)

Tommy Bachtiar : Pintarnya anak Papa. (sambil mengelus kepala Zafran)

(Zafran tersenyum)

Tommy Bachtiar : Udah punya rencana mau lanjut ke mana?

(Raka datang dengan ekspresi ketus)

Raka : Ke manapun asal jangan ke Galaxy! (sambil terus berjalan)

(Zafran dan Tommy Bachtiar mengalihkan pandangannya ke arah Raka yang kini sudah memasuki kamarnya)

Tommy Bachtiar : Umm...kalau nggak di Galaxy... (berfikir)

Zafran : Aku mau ke Galaxy, Pa.

(Tommy Bachtiar terkejut dan menatap ke arah Zafran)

(Zafran membalas tatapannya)

Zafran : Aku berjuang keras untuk bisa ke sana. Jadi, aku nggak mau sia-siain kesempatan ini.

(Tommy Bachtiar berfikir sejenak, lalu mengangguk)

Tommy Bachtiar : Nanti Papa bilangin Raka, ya?

(Zafran mengangguk)

Zafran : Makasih, Pa.

Zafran (Vo Prolog) :

Setahun sudah berlalu. Namun, tidak ada yang berubah dari Raka. Dia masih membenciku, dan aku masih tidak tahu alasannya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar