FANBOY
cia
2. Scene 5 - 7 #2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 5 IN, DI RUMAH TOMMY BACHTIAR (*flashback)

Cast. Zafran, Tommy Bachtiar, Raka, bibi, ajudan Tommy Bachtiar

Jakarta, 17 Oktober 2015 (text)

(Bibi membuka pintu)

Bibi : Silahkan masuk, Pak, Den. Bapak ada di dalam.

Ajudan : Makasih, Bi.

(Ajudan berjalan menghampiri Tommy Bachtiar dengan Zafran yang terus mengekor)

(Zafran dengan ransel di punggungnya terpana melihat kemewahan rumah Tommy Bachtiar)

(Tommy Bachtiar menyudahi teleponnya saat melihat Zafran dan Ajudan tiba)

Tommy Bachtiar : Halo, Sayang! Sini, Nak, Papa peluk. Papa udah lama nunggu kamu. (sambil membuka pelukan)

(Zafran tersenyum dan berlari ke pelukan Tommy Bachtiar)

Zafran (Vo Prolog):

Hangat. Pelukannya sehangat wajahnya. Hari itu, sepertinya aku menjadi anak paling beruntung di dunia. Aku diangkat anak oleh seorang politisi besar di negeriku. Sebelum mengangkatku sebagai anak, dia sering mengunjungi tempat tinggalku untuk memberi kami makanan dan mengajak kami bermain. Aku senang setiap kali dia datang. Namun, aku lebih senang karena statusku telah berubah dari seorang anak yatim piatu menjadi...

...anak Tommy Bachtiar.

Zafran : Makasih, Om.

(Tommy Bachtiar melepas pelukannya, kemudian memegang pundak Zafran)

Tommy Bachtiar : Mulai sekarang, saya adalah Papa kamu. Jadi, jangan panggil saya Om. Panggil saya Papa, oke?

(Zafran mengangguk)

(Raka datang)

Tommy Bachtiar : Nah, kebetulan. Sini, Nak, ada yang ingin Papa kenalkan ke kamu. (meminta Raka mendekat)

Raka : Udah tahu. Dia juga pasti udah tahu. (dengan ekspresi ketus)

(Dalam perjalanannya meninggalkan Zafran dan Tommy Bachtiar, Raka berhenti sejenak)

Raka : Jangan sekolahin dia di SMP Garuda. Aku nggak mau satu sekolah sama dia. (menatap ke arah Tommy Bachtiar)

Raka : Dan lo! Gue nggak izinin lo ngomong apapun tentang gue ke orang lain. Teman atau siapapun itu. (menatap ke arah Zafran)

(Raka melanjutkan perjalanannya)

(Zafran bingung)

Tommy Bachtiar : Maafin Raka, ya, Nak. Dia belum biasa punya saudara.

(Zafran mengangguk)

(Zafran menatap punggung Raka yang semakin jauh)

Zafran (Vo Prolog) :

Aku tidak mengerti mengapa Raka membenciku. Namun, aku mencoba percaya dengan ucapan Papa. Kalau aku hanya perlu menunggu, itu bukan sesuatu yang sulit.

Tommy Bachtiar : Sore ini, kamu ikut Papa ke rumah sakit, ya? Kita jenguk Mama.

Zafran : Mama sakit, Pa?

(Tommy Bachtiar mengangguk)

Tommy Bachtiar : Pekerjaan Mama banyak. Jadi, dia butuh istirahat untuk memulihkan tenaganya.

(Zafran mengangguk)

 

SCENE 6 IN, DI STASIUN TELEVISI

Cast. Zafran, Sandra, Tommy Bachtiar, Reina, kru

Zafran (Vo Prolog) :

Sejak saat itu, aku menikmati hari-hariku sebagai anak Tommy Bachtiar. Terlepas sikap Raka yang masih dingin, aku masih cukup senang menjadi bagian dari keluarga ini. Aku mendapatkan semua yang kuinginkan dengan mudah. Aku juga melakukan banyak hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya, salah satunya mengunjungi stasiun televisi. Kata Papa, hari ini kami akan melakukan siaran langsung untuk mengenalkanku secara resmi.

(Semua kru sibuk dengan pekerjaan mereka)

(Sambil menunggu siaran dimulai, Zafran dan Tommy Bachtiar duduk di kursi yang akan mereka gunakan selama siaran)

Tommy Bachtiar : Kalau kamu gugup, pegang tangan Papa. (sambil memegang tangan Zafran dan menatapnya lembut)

(Zafran mengangguk)

Zafran : Aku ke toilet dulu ya, Pa.

Tommy Bachtiar : Oh, iya, Nak. Jangan lama-lama ya. Sebentar lagi siarannya dimulai. (melepas genggaman)

(Zafran mengangguk, lalu beranjak menuju toilet)

(Di dalam, Zafran hanya menatap ke arah kaca untuk menenangkan diri)

Zafran : Tenang, Za. Lo pasti bisa.

(Zafran membuang napas)

(Setelah cukup tenang, Zafran keluar)

(Zafran menghentikan perjalanannya saat melihat Sandra di layar monitor)

(Di layar monitor, Sandra sedang melakukan sesi wawancara)

MC : Tahun ini, International Essay Contest For Young People mengambil tema “Besides Mom, Who Can I Rely On”. Sandra menjawab diri sendiri. Bisa dijelaskan, mengapa di antara begitu banyak orang, Sandra memilih diri sendiri?

Sandra : Umm...sederhana, sih. Seperti kata pepatah, ‘kebahagiaan bukan dicari, tetapi diciptakan’. Dari situ saya berfikir...menjadi bahagia bukan sesuatu yang sulit karena kebahagiaan selalu ada di setiap keputusan yang kita pilih. Kita bisa takut atas keputusan tersebut, mungkin juga menyesal, tetapi kita boleh lupa bahwa diri kita adalah milik kita. Perasaan kita adalah milik kita. Kalau tidak ada orang lain, masih ada diri kita.

MC : Wah...sangat bijaksana. Indonesia harus berterima kasih karena memiliki anak muda seperti kamu.

(Sandra tertawa)

MC : Baiklah, itu tadi adalah wawancara saya dengan Sandra Diana, siswi SMA Galaxy yang tengah hangat dibicarakan berkat keberhasilannya menjuarai International Essay Contest For Young People 2015.

(Sandra tersenyum)

(Melihat senyuman Sandra, sudut bibir Zafran ikut tertarik dan membentuk sebuah senyuman)

(Zafran menganggukkan kepalanya)

(Zafran berjalan menuju ruang siaran dengan keberanian yang mulai terkumpul)

(Zafran memulai siaran dengan Tommy Bachtiar)

Zafran (Vo Prolog) :

Berkat Sandra Diana, siaran pertamaku berjalan dengan lancar. Dia dengan kata-katanya berhasil membantuku melewatinya tanpa rasa takut. Dia seperti malaikat yang diutus untuk menolongku di situasi sulit. Aku bersyukur karena dia yang kulihat hari itu.

 

SCENE 7 IN, DI KAMAR INAP

Cast. Raka, Monalisa

(Di waktu yang bersamaan, Raka menatap layar televisi dan melihat wajah Zafran dan Tommy Bachtiar di sana)

(Di samping Raka, Monalisa sedang terbaring)

MC : Saya memiliki pertanyaan yang mungkin semua orang menyimpannya di kepala mereka. Apa...keputusan ini ada kaitannya dengan pilkada 2017? Saya dengar, elektabilitas Anda mulai menunjukkan tren positif sejak Anda sering mengunjungi panti asuhan, ditambah sekarang Anda mengangkat Zafran sebagai anak Anda.

(Tommy Bachtiar tertawa)

Tommy Bachtiar : Itu pertanyaan yang konyol karena saya selalu melakukan sesuatu dengan hati saya. Saya tulus menyayangi Zafran. Saat saya mengunjunginya, dia sangat ramah dan menawan. Kemudian, saya berfikir...dia akan cocok untuk menemani Raka. Saya ingin Raka tidak merasa kesepian di rumah besar itu. (tertawa)

(Raka mengepalkan tangannya saat melihat layar televisi, kemudian ia mematikannya)

(Raka menatap Monalisa dengan ekspresi menahan kesal)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar