Cita-Cita Hana
11. Scene 101-110 (Tempat Cerita)

101.EXT/INT. KAMPUS - DEPAN KELAS - PAGI

Kita melihat Alsa baru saja keluar kelas bersama dua temannya, Mita dan Karla. Dari arah belakang Bima berlari menghampiri.

BIMA

Hai, Alsa.

Ketiganya tampak malas menanggapi Bima.

BIMA (CONT'D)

Gue mau nanya dong sama elo.

MITA

Alsa enggak punya waktu buat ngaladenin peganggu kayak elo.

Mita menarik tangan Alsa. Mereka bertiga berjalan mendahului Bima yang tetap pada posisinya.

BIMA

(berteriak)

Gue mau nanya soal Hana!

Alsa berhenti.

ALSA (KE MITA DAN KARLA)

Kalian duluan aja. Nanti gue nyusul.

KARLA

Serius elo mau nanggepin Bima?

MITA

Emang Hana siapa sih?

Alsa hanya diam.

KARLA

Yaudah, jangan lama-lama ya. Kita baru pesen setelah elo dateng. Kalo Bima macem-macem, tentang aja tulang keringnya.

Alsa mengangguk. Karla dan Mita pun bergegas pergi. Lalu kita melihat Alsa berbalik dan saling memandang dengan Bima yang tampak tersenyum puaa.

CUT TO

102.EXT. KAMPUS - TAMAN - PAGI

Kita melihat Alsa dan Bima sudah duduk berhadapan di kursi dengan meja yang memisahkan keduanya. Wajah Alsa tampak jutek menanggapi Bima.

ALSA

Mita sama Karla udah nungguin aku di kantin.

BIMA

Santai dong. Emang elo enggak penasaran, hal apa yang bakalan gue tanya ke elo sekarang.

ALSA

Enggak usah basa-basi.

Bima terus tersenyum menatap Alsa.

BIMA

Hana itu adik lo, kan?

Alsa terkejut tapi berusaha menyembunyikannya. Dia tidak menjawab Bima.

BIMA (CONT'D)

Kalo elo bilang enggak, berarti Hana bohong. Gue perlu tanya lagi kejelasannya ke Hana. Tapi ... kalo elo bilang iya, pertanyaannya.
(Beat)
Kenapa satu kampus ini enggak ada yang tau tentang hubungan kalian? Bahkan, sejak kita satu SMA, gue enggak pernah tuh denger elo punya adek.

ALSA

Aku punya adek ataupun enggak, itu bukan urusan kamu.

Alsa hendak beranjak, tapi Bima menahan lengannya. Alsa pun menepis dengan kasar tangan Bima.

BIMA

Kalo Hana bukan adek lo, berarti enggak masalah ya gue ngerjain dia?

Alsa langsung menatap Bima dengan tajam.

ALSA

Lakuin semua apa yang kamu mau.

Bima tersenyum licik. Lalu Alsa pergi meninggalkan Bima.

CUT TO

103.EXT/INT. DALAM MOBIL – DEPAN KAFE – MALAM

Kita melihat Hana berada di dalam mobil bersama Mang Didi yang mengendarai. Hana melihat ke arah kafe. Ajeng baru saja keluar dari sana dan mengunci pintu. Terlihat Ajeng membawa sebuah tentengan.

HANA

Mang, berenti di depan kafe sebentar ya.

MANG DIDI

Iya, neng.

Mang Didi memarkirkan mobil tepat di depan kafe. Hana keluar dari mobil dan menghampiri Ajeng.

AJENG

Hei, Hana.

HANA

Halo, tante. Udah mau pulang ya?

Ajeng mengangguk sambil tersenyum.

HANA (CONT’D)

Kalo gitu biar Hana anter tante pulang.

AJENG

Eh, enggak usah. Biar tante naik taksi aja.

HANA

Ih, Tante. Jangan dong. Itung-itung buat bales kebaikan tante waktu itu. Ya? Ya, ya , ya?

Hana memasang wajah memelas sambil memohon. Lalu Ajeng tersenyum sambil mengangguk.

CUT TO

104.INT. RUMAH SAGA – RUANG TAMU – MALAM

Kita melihat Hana sedang duduk menunggu di sofa. Lalu Ajeng datang sambil membawa wadah berisi secangkir teh hangat. Ajeng meletakannya di meja depan Hana dan duduk berhadapan dengan Hana.

AJENG

Habisin dulu tehnya, baru kamu boleh pulang.

HANA

Makasih ya, tante.

Hana mengambil teh dan langsung menyuruputnya. Dia tersentak dan meringis karena kepanasan.

AJENG

Hati-hati, sayang.

HANA

Ngomong-ngomong, Hana kok enggak pernah liat anak tante? Dia suka ke kafe juga?

AJENG

Anak tante itu satu kampus sama kamu. Tapi kayaknya beberapa tahun di atas kamu deh. Kamu semester berapa?

HANA

Baru awal, tante.

AJENG

Kalau anak tante udah semester akhir. Kayaknya dia udah pulang deh. Motornya udah masuk garasi tadi tante liat.

Hana manggut-manggut.

AJENG (CONT’D)

Sebentar ya. Tante mau bungkusin kamu beberapa cemilan.

HANA

Eh, enggak usah tante.

AJENG

Enggak apa-apa sayang. Sebentar ya.

Ajeng pun meninggalkan ruang tamu. Wajah Hana tampak merasa tidak enak.

CUT TO

105.INT. RUMAH SAGA – RUANG TAMU – MALAM (MOMENTS LATER)

Hana tampak terkejut ketika melihat Saga turun dari anak tangga. Begitupun Saga. Mereka saling memandang. Lalu Saga berjalan mendekat ke Hana. Terlihat Saga membawa sebuah bak sampah. Hana dan Saga saling berhadapan. Hana masih duduk sambil melongo memandangi Saga.

HANA

Kok elo bisa di sini?

SAGA

Bukannya saya yang harus nanya kayak gitu?

HANA

Tunggu, tunggu. Jangan bilang kalo elo ...

Lalu Ajeng datang sambil membawa tentengan. Dia bingung melihat Hana dan Saga.

AJENG

Kalian saling kenal?

SAGA

Saya enggak kenal dia.

Saga berjalan melewati Hana begitu saja. Dia mengarah keluar. Hana berdiri. Ajeng memberikan tentengan ke Hana.

HANA

Makasih ya, tante. Hana jadi ngerepotin terus. Terus tadi itu beneran anak tante?

Ajeng mengangguk.

HANA (CONT’D)

Kok bisa?

Ajeng terkekeh kecil.

AJENG

Emangnya kenapa enggak bisa?

HANA

Sikap tante sama Saga itu beda banget. Tante baik, ramah, tapi dia?

Ajeng tertawa.

AJENG

Maklumin aja ya, sikap anak tante. Dia emang begitu. Tapi sebenernya baik kok. Kalian beneran saling kenal kan?

Hana mengangguk. Dia masih tampak bingung.

CUT TO

106.INT. RUMAH HANA – RUANG TENGAH – MALAM

Kita melihat Hana berjalan menuju tangga. Dia masih tidak menyangka kalau Saga anak dari Ajeng. Lalu Hana berhenti ketika melihat Alsa duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Hana berjalan mendekat ke Alsa.

HANA

Malam, Kak.

Alsa berdiri dan menatap Hana dengan tajam. Hana tampak bingung.

ALSA

Apa alasan kamu bilang ke Bima soal status kita?

Awalnya Hana tampak tidak mengerti. Kemudian dia baru baru teringat dan mengerti maksud pertanyaan Alsa.

HANA

Soal itu ...

ALSA

Bukannya aku pernah bilang buat enggak sebar-sebar soal aku kakak kamu? Kamu lupa atau emang sengaja?

Hana tampak bingung untuk menjelaskan. Dia juga takut dan gelagapan.

HANA

Hana minta maaf. Hana bener-bener enggak sengaja buat bilang soal itu ke Bima.

Alsa tampak semakin kesal. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat sambil menatap Hana sangat tajam.

ALSA

Mulai besok dan seterusnya, jangan ikut campur sama semua urusan aku. Termasuk ikutin aku dari jauh kayak apa yang kamu lakuin selama ini. Kamu langgar ini, kebencian yang udah ada akan semakin membesar.

Mata Hana berkaca-kaca. Dia menahan tangis. Lalu Alsa meninggalkan posisinya. Bersamaan dengan itu Hana mengeluarkan air mata. Dia terduduk di sofa dengan lemas.

CUT TO

107.EXT. KAMPUS – TAMAN – PAGI

Kita melihat Hana sedang duduk sendirian sambil menggambar sketsa baju di bukunya. Hana tampak tidak fokus karena selalu melakukan kesalahan. Beberapa kali Hana menghapus coretan tidak sengaja di sketsanya. Lalu Hana tampak kesal. Dia sengaja mencoret-coret sketsanya yang belu selesai. Hana menyobek sketsanya dan meremas, serta membuangnya dengan asal. Hana mengembuskan napas frustrasi. Dia memejamkan mata sesaat lalu tiba-tiba terbuka. Hana melihat ke arah kertas yang dia buang dan celingak-celinguk ke sekitar.

Hana mengambil kertas di depannya dan membuang ke tempat sampah di dekat sana. Hana kembali duduk. TERDENGAR SUARA alarm di ponselnya. Layar ponsel memperlihatkan keterangan jadwal latihan taekwondo sudah dimulai. Hana merapikan perlengkapannya dan bergegas pergi.

CUT TO

108.INT. KAMPUS – RUANG LATIHAN – PAGI

Kita melihat member baru sedang berlatih taekwondo. Senior 1 yang sekarang menjadi pelatihnya. Di sela-sela, Hana melakukan kesalahan gerakan. Hana tampak tidak fokus dan lebih banyak bengong. Dia terus mengingat ucapan Alsa semalam (Scene 106).

SENIOR 1

Hana!

Hana tersentak dan kaget. Dia melihat ke arah senior 1.

SENIOR 1 (CONT’D)

Ini udah ke sekian kalinya.

Mata Hana berkaca-kaca dan memerah. Bibirnya juga bergetar karena sedang menahan tangis.

HANA

Iya, Kak. Saya sadar kalau saya sering melakukan kesalahan. Tapi bukannya itu emang udah kodratnya manusia? Kakak mau suruh saya push up? Atau lari 20 puteran?

Semua orang memperhatikan Hana. Suasana menjadi tegang. Termasuk Saga yang sedang duduk di sisi ruang latihan dan Bima yang baru saja masuk ke ruang latihan.

SENIOR 1

Hana!

Hana menjatuhkan air matanya dan langsung menghapusnya dengan cepat. Hana langsung keluar dari barisan dan berlari memutar ruang latihan. Semua orang tertuju ke Hana.

Tiba-tiba saja Hana pingsan saat sedang berlari. Senior 1 baru ingin menghampiri, tapi ternyata Saga sudah lebih dulu berlari menghampiri Hana.

CUT TO

109.INT. KAMPUS – KLINIK – PAGI

Kita melihat Hana membuka matanya pelan-pelan. Hana mengaduh di bagian sisi kepalanya. Hana melihat ke seseorang di sebelahnya dengan pandangan yang masih buram. Terlihat Saga sedang duduk di sebelah bangkar tempat Hana berbaring. Saga berdiri dan hendak berbalik pergi dari posisinya. Tapi Hana langsung menarik tangannya.

HANA

(sedikit serak dan lemas)

Mau ke mana?

SAGA

Saya disuruh jagain kamu sampai kamu sadar. Sekarang kamu udah buka mata.

HANA

Sebentar lagi aja. Gue enggak mau sendiri.

Saga melepas cekalan Hana dari tangannya dengan perlahan.

SAGA

Saya ada urusan.

Saga beranjak pergi.

HANA

Kenapa semua orang selalu menjauh dari gue? Apa gue ngelakuin hal yang fatal sampe-sampe banyak orang yang bersikap dingin ke gue?

Saga berhenti. Dia masih berdiri membelakangi Hana. Kita fokus pada Hana yang menangis. Pandangannya mengarah ke langit-langit ruangan.

HANA (CONT’D)

Keinginan gue enggak muluk-muluk kok. Gue cuma butuh tempat cerita. Kata orang, keluarga satu-satunya tempat yang paling ngerti kita. Tapi gue enggak bisa nemuin hal itu. Termasuk di tempat selain rumah. Gue selalu kesepian. Bodohnya lagi, gue selalu pura-pura bahagia di saat semuanya enggak baik-baik aja.

Hana mulai mengatur emosinya. Dia menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan. Hana menghapus air matanya.

HANA (CONT’D)

Sorry, kepala gue rasanya sakit. Omongan gue jadi ngaco.

Saga berbalik menghadap Hana. Dia kembali ke kursi di sebelah bangkar dan duduk di sana tanpa mengucapkan apa-apa. Hana menoleh ke arah Saga. Mereka saling menatap.

CUT TO

110.EXT. RUMAH HANA – DEPAN GERBANG – SIANG

Kita melihat Hana diboncengin motor oleh Saga. Saat sampai depan gerbang, Hana menepuk bahu Saga untuk menginteruksi.

HANA

Ini rumah gue.

Saga menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Hana. Lalu Hana turun dari motor Saga. Kita fokus pada Saga yang tampak memperhatikan bangunan rumah Hana. Wajah Saga terkejut dan bingung.

HANA (CONT’D)

Makasih ya buat hari ini. Udah bawa gue ke klinik dan ... dengerin semua ocehan gue yang enggak penting.

SAGA

Bukan saya yang bawa kamu ke klinik.

HANA

Terus siapa dong? Gue pikir karena cuma ada elo, berarti ...

SAGA

Bukan saya.

HANA

Yaudah siapapun itu, gue tetep makasih sama elo. Mau masuk dulu gak?

Saga tampak ragu ingin bertanya sesuatu.

SAGA

Ini ... beneran rumah kamu?

HANA

(terkekeh)

Ya iya, dong. Masa gue minta anterin ke rumah orang. Kenapa sih nanya aneh gitu?

SAGA

Enggak apa-apa. Saya pamit.

HANA

Oke.

Saga pun menyalakan motornya dan meninggalkan area rumah Hana. Kita fokus pada Hana yang masih memperhatikan Saga dari belakang. Hana tersenyum kecil.

CUT TO

 

 

 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar