Aku tidak pernah berpikir jika hari-hari yang ku lewati bersama mas Abi, menumbuhkan sebuah rasa yang aku sendiripun tidak memahami awalnya.
Rasaku sungguh berbeda, jantungku kian berdetak tidak pada umumnya. Aku sering tersipu malu, kala mata kami tak sengaja beradu pandang, dan aku hanya bungkam, tapi berani mengungkapkannya.

Semua ku biarkan tumbuh dan semakin menjadi di dalam hati. Ku sematkan melalui syair doa yang tidak pernah putus ku panjatkan untuknya.

Namun, semua menjadi sirna, semua jauh lebih berbeda, indahnya persahabatan kami seolah-olah semakin padam dan pudar. Semua berawal dari hadirnya Almira di kehidupan kami. Mulanya, aku dan dia baik-baik saja, aku menjalin persahabatan dengannya, tali ikatan persaudaraan yang ia sematkan di antara kita. Namun, hadirnya cinta membunuh segalanya, merubah cahaya yang bersinar, menjadi awan hitam yang gelap gulita. Semua hancur, dan apa kalian tahu ? Aku, aku kehilangan segalanya.