SEMANIS COKLAT
Sepulang sekolah, Adam berjalan dan berhenti didepan toko hewan dekat sekolahnya. Ia terdiam dan hanya bisa membayangkan jika dirinya memiliki banyak uang dan dapat membeli salah satu hewan yang ada ditoko tersebut untuk kado ulang tahun adiknya. Tetapi apa daya, uang saku yang ada didalam tasnya hanya tiga puluh ribu, itupun berkat dirinya yang mengumpulkan uang jajan selama seminggu.
Tetapi ia tak pantang menyerah, Adam memberanikan diri memasuki toko hewan tersebut dan langsung menghampiri penjaga toko tersebut, menanyakan apakah ada hewan-hewan yang dijual dengan harga tiga puluh ribu.
Setelah mendengar pertanyaan Adam, tiga orang yang menjaga toko tersebut langsung tertawa terbahak-bahak, ada pula yang menggoda Adam dengan langsung berteriak “Beli aja ikan dipasar dik.”
Adam pun langsung melangkahkan kaki keluar toko hewan tersebut. Tidak langsung pulang, Adam masih melihat-lihat hewan dan membayangkan dirinya memiliki banyak uang dan bisa memberikan hadiah kepada adiknya. Tiba-tiba Adam dihampiri oleh salah satu penjaga toko tadi yang sudah membawa kucing kotor yang sangat kurus dan bulunya hampir habis. Penjaga toko tersebut memberikan Adam kucing itu, mempersilakan Adam membawanya dan tidak usah membayar.
“Ambil saja dik, itu kucing titipan, walau termasuk kucing hias kita gak berani jual, lihat sendiri kondisinya sangat menjijikan seperti itu.”
Adam senang dan berterima kasih sekali kepada penjaga toko tersebut atas pemberian kucing jenis Persia berwarna cokelat itu, Adam pun membawa pulang kucing tersebut. Sebelum Adam memberikan kucing itu kepada adiknya, Adam rawat dahulu kucing tersebut agar penampilannya lebih baik, Adam mandikan, beri makan, kasih vitamin dan dibuatkan kandang yang nyaman, walau tiap malam Adam persilahkan kucing tersebut tidur dengan dirinya dikamarnya.
Tibalah hari ulang tahun adiknya, adam yang masih berseragam putih biru baru pulang sekolah langsung mengambil kucing yang ada dikamarnya untuk diberikan kepada adiknya. Tetapi diluar dugaan, adiknya menolak dan mengomeli Adam agar membuang kucing tersebut.
“Aku gak mau kucing itu, udah kurus, bulu sama matanya jelek, kakinya banyak bekas lukanya, pasti bau juga, jijik kak, buang aja ya di kampung sebelah.”
Adam yang mendengar hal itu langsung sangat sedih dan kembali masuk kamar. Adam memandangi kucingnya itu dan berkata padanya “Mulai detik ini kamu temanku ya, aku yang akan memelihara kamu, aku akan rawat kamu sebaik mungkin, sejak pertama kali kita bertemu aku sudah sayang banget sama kamu, kamu aku beri nama Coklat ya. Halo Coklat aku Adam.”
“Halo Adam, aku juga sayang banget sama kamu.”
Adam langsung berdiri dari duduknya, kucing yang baru ia namai Coklat tersebut bisa berbicara dengan dirinya.
“Ka … Kamu … Kamu … Bisa bicara?”
“Jangan takut Adam, sebelumnya terimakasih kamu sudah menolongku bisa lepas dari kurungan toko hewan kemarin ya. Besok-besok aku ceritain ke kamu asal usul aku, aku janji akan selalu ada disamping kamu dan membantu semua keperluan kamu.”
Adam mulai sadar bahwa semua yang dilihatnya itu nyata, Adam yakinkan dirinya untuk tetap memelihara dan menjadi teman Coklat.
Hari berganti hari, Adam dan Coklat semakin mengenal satu sama lain, Coklat terus ada disamping Adam, membantu setiap permasalahan Adam, menjadi teman baik dan juga teman hidup Adam selamanya.