Bulan purnama terlihat begitu menantang di langit malam. Dua serigala satu berbulu perak dan satu lagi berbulu abu-abu campur hitam nampak tengah bertarung sengit dan saling mengaum keras membelah pekatnya malam.
Pohon-pohon di sekeliling mereka pun tak ayal menjadi korban keganasan keduanya akibat tabrakan keras dari tubuh besar serigala mereka.
Serigala perak nampak menggigit keras kaki si serigala blasteran abu-abu dan hitam itu membuat dia mengaum kesakitan lantas dengan sekali tendangan— si perak pun terhempas kencang hingga tubuh besarnya itu menabrak pohon di belakangnya hingga tumbang.
Serigala perak itu pun mengaum lirih, nafasnya terlihat ngos-ngosan dengan tatapan tajamnya yang tak sedikit pun beralih dari serigala lawannya yang kini bergerak mendekatinya.
Grrr
Geram serigala abu-abu hitam itu— menunjukan gigi-giginya yang besar juga kedua taringnya yang terlihat tajam. Air liur bercampur darah terlihat menetes-netes dari mulutnya. Tatapannya nampak liar dan tajam saat dia melihat si perak yang terkapar tak berdaya dengan tubuh yang penuh luka.
Di sisi lain, dalam gelapnya malam bayangan itu terlihat melintas cepat menembus kegelapan. Melesat di antara rimbunnya pepohonan. Tatapan tajam dengan iris safirnya yang berkilau terlihat begitu menawan namun juga berbahaya secara bersamaan. Tapak kaki besar tercetak di tanah yang dia pijak lalu dengan gerakan cepat bagaikan cahaya serigala berbulu hitam pekat itu meloncat ke atas batu besar, mengaum keras hingga menggetarkan seluruh hutan yang sunyi sebelum kemudian melesat dari atas batu dan segera menerkam si serigala abu-abu hitam yang siap menancapkan cakar tajamnya pada serigala putih.
Krak
Suara patahan tulang terdengar nyaring disusul dengan suara lolongan yang amat memilukan keluar dari serigala abu-abu belasteran hitam yang kini terkapar tak berdaya di bawah kaki si serigala hitam pekat yang baru saja mematahkan tulang lehernya dalam sekali gigitan. Perlahan serigala abu-abu hitam itu pun menutup matanya dan nafasnya seketika berhenti menghembus.
Serigala hitam pekat itu pun berubah, mewujud menjadi sosok pria tampan dengan tatapan tajam yang mampu membuat lawannya gemetar ketakutan saat menatap sepasang mata itu.
Pria itu bergerak mendekati si serigala perak yang kini juga berubah menjadi sosok wanita cantik dengan tato bulan sabit di dahinya, wanita itu terlihat sekarat membuat pria serigala itu terpukul. Dia berjongkok dan membawa wanita itu ke dalam dekapannya.
“Jangan menangis,” ucap Luna kepada sang mate, Fradellon.
“Jangan tinggalkan aku,” bisik Fradellon sedih. Kian mendekat erat sang Luna.
“Maaf.” Luna menatap sendu pada Fradellon, air mata menetes di sudut matanya membuat Fradellon ikut menitikan air matanya.
“Meski ragaku tidak ada tapi jiwaku akan selalu bersamamu, Jiwaku seutuhnya milikmu,” ucap Luna lirih lalu perlahan kedua matanya pun menutup disertai dengan nafasnya yang berhenti berhembus.
Fradellon seketika berteriak histeris, tidak terima sang Luna pergi dengan cepat darinya. Perlahan tubuh Luna berubah menjadi serigala kembali, lantas jiwa serigala Luna pun keluar. Sang Wolfie berwujud perak nan cantik itu menghadap pada Fradellon, membungkuk lalu menghilang secara perlahan meninggalkan sang mate sendirian dalam kesedihan pekat yang melingkupinya.