Suara Hati FM

Malam itu langitnya mendung, hitam pekat. Bertepatan dengan seseorang yang berkata padaku akan menikahi perempuan pilihan orang tuanya. Jika saja yang berkata adalah orang lain, maka dengan legowo aku akan mengucapkan selamat, tapi sayang dia adalah laki-laki yang sejak tiga tahun lalu berjanji akan berjuang hidup bersamaku. Aku tidak banyak menanggapi, aku hanya berpesan agar ia dapat membahagiakan perempuan itu. Bagaimanapun juga aku juga seorang perempuan yang memiliki angan dibahagiakan oleh seorang suami.

“Menangislah Zi, aku tahu hatimu tidak baik. Aku masih di sini untuk menemanimu menangis,” katanya malam itu.

“Kamu tahu aku perempuan yang tidak suka ditemani ketika menangis.”

Lalu aku memilih pergi, biar bagaimanapun aku adalah Ziya yang tidak suka tangisku terlihat. Aku menangisi segala kenangan yang berlalu. Begitu berat melepaskan rasa ini. Tenggelam dalam lautan kesedihan. Aku terkubur dalam pilunya perasaan.

Tapi aku tahu satu hal, sedihku bukan langit yang tak berujung, esok nanti kan kutemui ujung pahit ini. Biar waktu yang menyembuhkan.   

 Kuakhiri kisah pilu malam ini, terima kasih untuk ketersediaan waktu mendengarkan. Selamat malam.

Klik

Aku menutup sambungan suaraku. Aku dirasai ketenangan yang sangat.  

6 disukai 1 komentar 5.3K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
I am listening ... so sad ...
Saran Flash Fiction