Siang ini, aku berencana untuk fokus mengejar Deadline laporan yang telah diberikan oleh Mr. Albert.
Aku hari ini benar-benar seperti budak yang tidak dikasih kesempatan bernapas sedikit pun oleh Mr. Albert, sial bener tuh kompeni!
Karena merasa butuh bantuan, aku segera menghampiri mejanya Handoko. Sesampainya aku di sana, Handoko sedang tidak berada di mejanya.
Kemana dia?
Tiba-tiba dari belakang, ditubruklah lengan kananku oleh Handoko. Dia menyegerakan diri untuk duduk di kursinya.
Dia duduk dengan tegak, wajahnya pucat, seluruh kulitnya berkeringat, semua bulu kuduknya berdiri dan sekarang, dia menatap sinis terhadapku.
"Apa?!"
Aku yang merasa tidak enak pun, hanya berusaha meringis ke arah Handoko. Mungkin dia sedang ada masalah pribadi lagi dengan istrinya.
"Kamu butuh bantuan?" tanya Handoko.
"Iya Han, cuma—" ucapku.
Handoko memotong pembicaraan sambil dia mengambil paksa file yang berada di tanganku. "Sini!
Dia pun segera memeriksa semua file yang telah dia rebut dari tanganku.
Namun ketika aku perhatikan, di wajahnya, dia tampak tidak bisa terfokus untuk membaca semua file dari Mr. Albert.
"Kamu sehat kan Han?"
"Diam ah! Nggak usah banyak bicara, lagi fokus nih!" bentak Handoko dengan sedikit terengah-engah.
Fokus? Dari tadi dia seperti orang yang panik, matanya tampak melirik ke kanan dan ke kiri, seperti tidak fokus. Bagiku, dia ini sedang memikirkan sesuatu. Apa aku salah ya meminta bantuan dia sekarang? Sepertinya dia beneran sedang berada dalam masalah.
"Han, nggak apa-apa deh ini kerjaan aku yang kerja—"
"Diam kamu!" potong Handoko kembali, kali ini dia tampak sedikit melirik ke wajahku dan meringis kesakitan.
"Kamu itu kenapa sih Han? Cerita dong?! Kalo nggak, ya aku ambil kembali kerjaanku!" balas aku.
Handoko pun hanya diam, tangannya mulai memegang erat semua berkas file.
"Aku kebelet Boker, anjing! WC penuh dan kamu mending diam deh, dah sampe ujung nih!"