Aku turun dari bis umum menuju stasiun kereta api tujuan Jakarta-Solo. Dengan lari terbirit-birit menjinjing koper yang lumayan berat, akupun sampai pada loket tiket dengan pemesanan tiket daftar secara online, petunjuk pemesanan secara online sebenarnya sangat mudah tetapi karena masih baru membuatku gugup dan berpikir diam sejenak.
Dari belakang terdengar suara pria, “Masih lama mba, butuh bantuan?" tanyanya.
“Tidak.” Jawabku singkat.
“Tujuan nya ke mana mba?” lanjut tanya pria itu, akupun masih enggan melihat asal suara
“Sebentar ya mas.” Jawabku ketus.
“Itu orang ganggu aja, udah tau lagi pesan tiket tapi banyak nanya” keluhku dalam hati sembari menunggu kertas print out Tiket.
Langkah kakiku beranjak menuju jalur Solo melalui penunjuk arah yang terpampang. Akupun mencari posisi kursi yang tengah - tengah yang dapat kuanggap nyaman. Sambil duduk di tepi kaca, berharap sepanjang perjalanan langit malam dan bintang akan menemaniku, lampu – lampu kota penduduk setempat menjadi bintang imitasi yang indah dilihat.
Setengah jam lagi kereta berangkat, kuputuskan menelpon Ibuku.
“Assamualaikum Rianti, apa kabarnya nak?" ucap Ibu dengan lembut, sebelum aku mengucap salam lebih dahulu.
"Baik bu” jawabku senang. “Kapan kamu pulang nak? adikmu sudah rindu.” Jawab Ibu.
“ Ia kak cepat pulang" terdengar suara teriakan ditengah tengah percakapan dengan Ibuku.
"Ia bu, aku usahakan.” Jawabku menahan rasa senang telah membohonginya, ingin memberi kejutan.
Saat itu aku menyadari ada penumpang disebelah dudukku, aku hanya melirik tetapi sifatku ini biasanya memang menghindari seseorang yang tak kukenal.
"Sudah dulu ya bu, nanti Rianti telpon lagi” ucap Rianti menutup telpon.
“Hai kita ketemu lagi” sapa pria itu menatap Rianti.
Akupun terdiam, rasa penasaran membuatku bertanya.
“Anda siapa ya? Rasanya saya gak kenal situ” tanya Rianti jidadnya mengerut
“Saya yang tadi di loket antrian tiket, tepat berdiri dibelakang anda.” Jawab Pria tersebut
Rianti baru memperhatikan pria itu mempunyai senyum yang indah dibingkai dengan wajah tampan khas jawa hitam manis.
Rasa kesal rianti lenyap seketika diudara melihat wajah indah tersebut.
“ Ehm.., Rianti gampang bangat hatimu luluh tapi kayanya tuh cowo tipikal orang baik" gumam Rianti dalam hati.
“Kenalkan saya Pranintio, panggil saja Tio” ucap Tio dengan mengulurkan tangan.
“Rianti " ucap Rianti dengan menyatukan tangannya dengan tidak bersentuhan sebagai wanita muslimah.
“Ups, sorry” jawab Tio.
Riantipun membalas dengan senyum.
Rianti menempelkan Headshet mendengarkan musik kemudian tertidur. Kereta pun mulai melaju.
“Sudah bangun rupanya?" tanya Tio, lagi –lagi memberikan senyum tulusnya.
“Iaa.” Jawab Rianti nyengir malu ketiduran.
“Lagi mau liburan atau tugas kantor?” tanya Rianti membuka percakapan meneruskan obrolannya yang sempat terputus.
“Saya ada tugas dikantor cabang, sekalian liburan dan pulang kampung ke Bali. ” ucap Tio.
“Oh gitu mas” jawab Rianti sekenanya sembari menganguk – angguk kepala.
“Bali?!" tunggu Tio tujuan kereta ini Solo, bukan Bali jawab Rianti bercampur heran dan panik
“Tapi ini ke Solo, mari saya antar ke petugas kamu pasti salah Tio” ucap Rianti tertawa terbahak –bahak.
Selang satu detik kemudian.
“Selamat menikmati perjalanan Jakarta – Bali. Berhati-hati dan simpanlah selalu barang anda dengan aman."
Riantipun tertegun kaget memandang Pranintio bibir dan lidahnya terasa keluh mendengar suara speaker dari Petugas kereta api.