Eh, eh, mas-mas yang datangnya beruntun itu sebutannya apa, ya? Mas Alah, ya?
Datang mbok ya satu-satu gitu. Tunggu selesai, baru datang lagi. Lama lah baru datang. Kalau perlu sih, nggak usah datang lagi sekalian. Sekali saja sudah cukup merepotkan.
Ya, ya, tahu kok kalau dia datang itu artinya kita lagi diuji sama Tuhan. Kita mau naik kelas, naik level yang lebih tinggi. Malah ada yang bilang, kalau kedatangannya yang super-duper ribet sampai bikin pening kepala, sesak napas, nggak nafsu makan, bahkan sampai kayak orang linglung, berarti lagi dihukum sama Tuhan. Mungkin sebagai balasan dari perbuatan sebelumnya, entah apa.
Eh, tapi, kok yakin banget kalau itu dari Tuhan? Memangnya manusia bisa memahami jalan pikiran Tuhan? Yakin kalau cobaan itu datangnya dari Dia untuk menguji umat-Nya?
Jangan-jangan cuma pemikiranmu sendiri yang nggak mau disalahkan. Jangan-jangan itu cuma penghiburan diri yang sia-sia. Buktinya, kamu juga nggak sadar-sadar.
Bukannya bangkit dan berusaha lagi, malah meratapi nasib sampai nggak makan. Eh, tapi ini memang bulan puasa sih. Jadi, nggak salah juga kalau nggak makan. Asal nggak lupa berbuka dan sahur. Nggak lupa pula tetap beribadah.
Eeeeh, tapiiii … bukan berarti kamu lepas tanggung jawab dong. Masa mentang-mentang puasa, malah rebahan mulu. Ya iya sih, dengan tidur kamu jadi nggak mikirin beban apa-apa lagi. Nggak mikirin lapar dan haus, nggak mikirin si mas-mas itu juga.
Harapannya, begitu bangun dan buka mata … voila! Magic! Si mas-mas gaje itu sudah pergi. Si Mas Alah itu sudah hilang. Tentu saja dengan berdoa supaya dia nggak datang lagi, bahkan ke dalam mimpi sekali pun.
Ogah! No way!
Inget nggak Om Jin iklan bilang apa?
Ngimpi!
Iya, ngimpi!
Sadar nggak sih, kalau mas-mas itu nggak diselesaiin, malah tambah runyam. Makin lama makin numpuk. Makin berabe.
Makanya itu, ayolah, Bro! bangun! Temuin satu-satu masnya. Ajak ngomong empat mata aja. Berdua, soalnya yang ketiga setan. Setannya auto ngamuk disalah-salahin mulu.
Memangnya gampang?
Siapa yang bilang gampang? Memangnya pelajaran SD satu tambah satu sama dengan dua?
Terus?
Dih, sudah dikasih tahu caranya masih saja belum ngerti. Pertama, berdoa dulu sebelum melakukan apa pun. Penipuan itu terjadi karena kelalaianmu. Tergiur iming-iming dapat duit cepat, jadi sasaran empuk penipu sialan itu. Lupa, ya kalau akun medsosmu pernah di-hack?
Oh, jadi dia menipu dari sana?
Belum tentu!
Terus?
Penipu nggak cuma satu, Bro. Mereka punya 1001 cara yang sudah direncanakan matang-matang. Apesnya, kamu masuk dalam rencana untuk memakmurkan dirinya itu. Sudahlah. Lupakan saja. Ikhlaskan.
Ngomong sih enak.
Lama-lama pengin nyubit ginjalmu deh. Mau nggak mau, kamu mesti kerja lebih keras lagi untuk nutup kekurangan itu. Pelan-pelan saja, kalau kata Kotak mah. Biar kamu sadar, nggak ada cara instan jadi kaya raya. Paham?
Iya, ngerti.
Lalu, mas yang satu lagi. Sudah beberapa hari ini dia nungguin kamu lihat dan ngecek dia. Tandonmu bocor, makanya airnya rembes ke bawah. Jemuran jadi basah lagi. Mana cuaca lagi nggak jelas, mendung dan hujan melulu. Baju kotor juga masih numpuk belum dicuci. Kamu sih, sukanya nimbun pakaian. Gara-gara rembesan itu, plafon jadi mrotol. Kuatirnya malah ambrol.
Ya, ya, mesti beli tandon baru dan bayar tukang.
Nah, ada lagi nih. Kendaraan yang dipakai adikmu perlu perbaikan. Bukan salahnya, kan dari kamu sudah begitu. Motormu sendiri sudah hampir setengah tahun nggak diservis.
Servis mobil dan motor. Banyak bet dah!
Mas yang di ruang tamu juga belum beres. Itu AC sudah lebih dulu bocor malah nggak diurus. Akhirnya numpuk semua ‘kan mas-masnya? Kamu mesti tanggung jawab.
Iya, iya. Kalau diomelin melulu, kapan kerjanya?
Ya sudah, ayo temuin satu-satu masnya. Lalu … lho, lho, hei?! Kok malah tidur?
Ini ‘kan sudah malam! Waktunya orang tidur!