Dalam kegelapan, aku mencoba menggerakkan tubuh yang terimpit reruntuhan rumahku. Secara tak sengaja, aku menyentuh sebuah tangan yang lebih besar, tangan yang aku pikir adalah tangan ibuku.
Aku bersorak kegirangan dan mulai memanggil ibuku. Sayangnya, tidak ada jawaban. Aku menggenggam tangan ibuku, lalu mulai berbicara pada wanita yang paling aku kasihi itu. Menceritakan lagi peristiwa lucu yang aku alami saat bersekolah siang tadi.
Ibuku tidak pernah menjawab, tetapi aku terus berceloteh hingga tangan yang aku genggam itu menjadi dingin. Aku tidak peduli dan terus bercerita hingga aku sendiri tak sanggup lagi bersuara.
Di luar sana, masih terdengar dentuman-dentuman yang berasal bom yang dijatuhkan dan mortir yang dilepaskan. Aku pun menyusul ibuku, tertidur hingga tak lagi mendengar suara apa pun.