Ding Dong, Bioskop, dan Kafe

Dulu, Bioskop dan Ding Dong selalu bersama. Di mana ada Bioskop, di sana ada Ding Dong. Tapi, entah kenapa, mereka berpisah. Mungkin karena saat itu mereka belum dewasa.

Kini, Bioskop punya kekasih baru: Kafe. Tidak seperti Ding Dong, Kafe selalu memperhatikan penampilan, dewasa, dan hanya bicara yang penting-penting saja. Kafe tidak menangis saat nonton film sedih dan menjaga tawanya agar jangan berlebihan saat melihat sesuatu yang lucu. Kafe pacar yang sempurna. Bioskop tak perlu malu memperkenalkannya kepada keluarga. Dia modis, trendi, dan bisa menjaga sikap. Dia juga pandai memasak. Makanannya, walau overprice, selalu enak. Kopi buatannya numero uno.

Tapi kenapa, Bioskop masih merindukan mantan kekasihnya yang dulu? Saat bersama Kafe, dia selalu terkenang Ding Dong; yang ceria, dekat dengan anak-anak, dan sanggup memecahkan kebekuan dengan tingkah konyolnya. Ding Dong kekanakan, tapi pintar dan hampir tahu segalanya. Rasa ingin tahunya sebesar semangatnya belajar. Tak sulit membuatnya gembira. Diajak ke pasar malam di pinggiran kota pun dia sudah semingrah.

"Padahal aku punya pacar yang sempurna, tapi kenapa wajahmu yang selalu terbayang?" Bioskop merenung di beranda; memandang bulan yang memantulkan wajah Ding Dong. Rokoknya sudah separuh terbakar. Kopinya sudah mendingin sejak lama.

3.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction