Gadis itu berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Menuruni tangga darurat hingga sampai ke ujung gang.
Di belakangnya terdengar derap langkah kaki terus mengejarnya. Sambil berlari dia berpikir keras, kenapa ketiga orang-orang itu ingin menangkapnya. Apakah mereka penculik gadis-gadis?
"Di sana, itu dia! Itu gadis itu,"
Gadis itu menggigil, berhenti berlari-- sejenak meredakan napas.
Tiba-tiba seorang pria berbadan besar dengan luka di pelipis mata menarik kasar tangan gadis bermata hazel itu, menyeretnya masuk ke sebuah mobil berwarna hitam metalik, di dalamnya sudah menunggu dua orang pria lainnya. Gadis itu meronta, berteriak sambil memaki-maki.
"Siapa kalian? Beraninya kalian berbuat jahat dengan tunangan seorang Kolonel. Hai penjahat, hentikan mobil ini! Hentikan! Manusia biadab!
Tak seorang pun dari ketiga pria berbadan besar itu menanggapi ocehannya. Mobil tetap melaju kencang, lalu berhenti di sebuah bangunan yang tampak kusam.
"Lepaskan! Kalau tidak aku akan berteriak!"
"Bukankah dari tadi kau sudah berteriak?"
Salah satu dari pria menjawabnya dengan jengkel. Mereka membawa gadis itu masuk, mengurungnya di sebuah kamar yang langit-langitnya sudah menjuntai di sana sini.
"Hei, buka pintunya! Hei! Buka pintunya!
Gadis itu menjerit, menggedor-gedor pintu, tak lama hanya suara tangisannya yang terdengar.
Di balik pintu pria dengan luka di pelipis matanya menelpon seseorang.
"Halo Komandan, tunanganmu sudah kami amankan."