"Sudah Ibu bilang duduk yang manis di dalam mobil,"
Untuk ketiga kalinya Naomi meminta anaknya, Artem agar duduk dengan tenang. Anak laki-laki berusia empat tahun itu menatap Naomi lekat-lekat, lalu tertawa. Bukan tawa gembira, tapi tawa yang aneh. Artem terkikik-kikik sendiri.
Tiba-tiba sunyi.
Sekarang sudah pukul delapan seperempat pagi. Museum masih sepi-belum waktunya buka, Naomi sengaja berangkat lebih pagi padahal museum itu tak pernah ramai. Dia bisa datang pukul sembilan atau sepuluh tetapi Artem merengek meminta ke sana. Secepatnya! Minggu lalu, bocah itu tertarik dengan manekin-manekin tanpa kepala yang berkostum pakaian daerah dari berbagai propinsi.
Sejak pengasuhnya berhenti bekerja, Naomi terpaksa membawa Artem ikut ke museum. Ada manuskrip yang perlu dia cari.
Β Di tengah perjalanan, Artem sengaja mengganggu Naomi menyetir dan itu membuat wanita single parent itu sedikit jengkel.
"Artem, sudah Ibu katakan, ini berbahaya. Kita sedang di jalan raya, mobil kita bisa menabrak kendaraan lain, kalau Ibu mati bagaimana?"
Artem diam, menatap lama ke wajah ibunya. Matanya berkilat-kilat. Artem tersenyum, tangannya mengelus-ngelus pelan bahu ibunya.
"Gak apa-apa, nanti kepala Ibu aku kubur ya, biar di rumah ada manekin seperti di museum"