Rosa jatuh dari motor sepulang dari museum Ulen Sentalu, kemarin sore. Memang, kemarin siang hujan deras. Dewi yang membantunya ke rumah sakit karena tempat tinggal mereka tidak sejauh aku dan Mega.
Hari ini, Dewi ribut karena Rosa bersikukuh melihat nenek tua yang akan lewat, sehingga ia kehilangan keseimbangan sebelum terjatuh kemarin. Sedangkan Dewi sama sekali tidak melihat sosok nenek tua tersebut. Rosa pun bersikukuh jika ia beruntung, karena ditolong oleh perempuan muda yang memegangi motornya agar ia bisa bangkit berdiri.
Sebuah notifikasi pesan singkat berbunyi dari gawaiku.
[Milka, oke udah kukosongin jadwal akhir pekan ini. Aku mau dong ke museum yang kamu bilang keren itu!]
Poppy kuliah di Jakarta dan tergiur dengan ajakanku kemarin sore.
Mega menghampiri kami untuk bersama ke ruang praktikum. Anehnya, ia bersama seorang perempuan cantik yang sepertinya pernah kulihat.
"Ayuk, kita ke ruang praktikum," ajaknya santai kemudian berlalu.
"Itu mbak yang kulihat kemarin," ujar Rosa tiba-tiba tapi kalimatnya datar.
Aku menoleh ke arah Rosa. Wajahnya seperti orang terkejut. Apa maksudnya mbak yang di sebelah Mega?
"Aku juga lihat dia pakai dodotan kemarin di pernikahan," ujar Dewi kemudian.
Pernikahan? Apa itu sebabnya Dewi melamun sangat dalam ketika kami berhenti di depan patung pengantin Yogyakarta di museum kemarin?
Perempuan tadi menoleh dan tersenyum kepadaku. Ya, aku yakin, kepadaku.
Tunggu dulu! Kenapa dia mirip dengan putri cantik yang melayang waktu itu?
Sebuah pesan masuk lagi.
[Mil, jadi kan?]
[Kalau jadi, aku pesan tiket untuk minggu depan ke Jogja sekarang, nih!]