Jalur Tiga

Sekitar tiga puluh menit yang lalu Sandri masih duduk saja di kursi tunggu jalur tiga di salah satu stasiun kereta listrik. Ia sudah berangkat sejak tadi untuk menunggu seseorang. Entah mengapa kali ini dia terlihat gelisah hingga resah.

Beberapa kali, ponselnya dibuka lalu menuju chat whatsapp. Tak ada sapaan bahkan kabar sedikit pun. Orang yang ditunggunya juga hanya bilang untuk selalu menunggu dan dia memastikan untuk datang.

"Mau ke mana, Mbak?" sapa seseorang yang juga duduk di sampingnya.

"Mau ke Jakarta Kota."

"Sama dong kita. Mau jalan-jalan ya?"

"Hmmm."

Sandri menjawab dengan lugas dan pelan tanpa memandang sedikit pun kepada si penanya yang ada di sampingnya. Mukanya sudah kusut dan cemas. Pasalnya, dia belum kenal sama sekali dengan orang yang ditunggunya. Namun, sudah lama dia bertukar nomor whatsapp hingga sedekat itu.

"Keretanya sudah datang, Mbak. Berangkat, yuk!"

"Eh, nanti aja, Mas. Teman saya belum sampai."

"Ayolah, nanti saya bilang kepada temanmu, kalau kamu sudah bersama saya."

"Hah?"

Tak lama, Sandri mengernyitkan keningnya. Ia mencoba memutar kepalanya ke samping. Rasanya, dia ingin marah, tapi tak bisa. Hanya senyuman saja yang tersungging dibibirnya.

"Salam kenal di jalur tiga."

6 disukai 1 komentar 5.6K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Ternyata... Sandri pasti salah tingkah. Wkwkwk
Saran Flash Fiction