Kau dan Sebatang Lilin
"Kau tahu mengapa aku bertahan?"
Jendela usang itu berderik ketika dibuka. Kusen kayunya sudah lapuk. Rayap-rayap pun tak pernah mau berkompromi untuk tidak memakannya. Jejak-jejak tikus berlarian juga menjadi bau semerbak buatnya kala itu.
Hanya ditemani sebatang lilin yang membantunya melihat dunia malam. Sebab, bulan enggan muncul melihat rasa sendunya ditinggal sejak kemarin.
"Seharusnya, aku ikut kau."
"Kemana?"
Lalu, cahaya lilin itu padam. Sunyi kembali menyelimuti.
"Selamat tinggal."
Jakarta, 19 September 2020
6 disukai
6 komentar
8.2K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Saran Flash Fiction
FACE RECOGNITION
Xianli Sun
Dokumen Rahasia
Luca Scofish
Danau
Fatimah Ar-Rahma
Terima Kasih Sudah Menjadi Istriku
Mario Matutu
Cemburu yang Aneh
Sulistiyo Suparno
AKU INGIN IBU KEMBALI
Okino ojoeng
Memeluk Masa Lalu
Devi Wulandari
Penampilan Suka Menipu
Imajiniaindoinesia
Selamat Natal
Feryan Christ Jonathan
LAMARAN
Ida Ahdiah
:) suka
Aku ambil dari Pinterest dulu. Ngegas soalnya. Hehe.