Intuneric

Intuneric (flash fiction)

Rambut putih panjang terurai mengikuti alunan angin yang menerpa, langkahnya tergesa-gesa, dirinya terdorong tanpa perintah, ia berusaha mengatur nafasnya. Bola emas miliknya membawa gadis itu ke hutan kelam belantara, terjatuh bola bersinar itu ke dalam jurang yang dalam, mendapati seekor serigala putih yang menghampiri, bulu lembut nan tebal, kedua retinanya begitu bersinar bak rembulan, nafas semakin tak beraturan, serigala itu menyusuri jurang segera menggapai bola emas milik sang gadis. Gadis tersebut menganga, ia terduduk ketakutan ketika langkah kaki serigala semakin menghampirinya dengan bola emas di sela gigi taringnya, menjatuhkan bola tepat di depan sang gadis.

"T-terima kasih karena telah membantuku, apakah kau tersesat?, kalau begitu ayo ke istanaku" ia tergagap, serigala itu duduk seakan memberitahukan bahwa dia akan menunggangi sang gadis. Tanpa berpikir panjang gadis itu menaiki tubuh serigala, langkah kaki serigala mulai terdengar.

***

"Kau...kau siapa?!" gadis itu sangat terkejut melihat serigala yang ia tumpangi berwujud lelaki berambut putih, ber-syal merah dengan pedang hitam pekat di tangan kanannya. Ia semakin mendekat.

"Kau melupakan seseorang yang telah kau siksa dengan pedang kecilmu itu dulu?, bukankah ibumu yang membawa kami ke hutan kelam ini?, apakah kau tau tentang itu?, kutukan ini akan hilang, dan saat itulah kau menghilang saudariku." seringai puas melihat wajah ketakutan dan kegelisahan dari sang gadis. Pedang panjang hitam lekat melayang cepat, ia suguhkan tepat di tengkuk leher gadis tersebut.

Lumuran darah bak tinta merah bercecer di setiap rambut putih panjang milik sang gadis, penggalan kepala di bawa kasar dengan satu tangan kanannya, rambut putih panjang melingkar di sela-sela jari.

Kerajaan yang sudah lama tidak ia lihat, kutukan ini akan berakhir, semua akan berubah. Hentakan kaki semakin dekat ke arah pintu yang menjulang tinggi, lumuran darah segar masih menetes sejalan dengan langkah kaki dari lelaki itu, di ruangan singgasana raja, mendapati wajah tercengang seorang raja di hadapannya, penggalan kepala gadis itu menggelinding tepat di depan singgasana milik penguasa kerajaan kelam ini.

"Kau sama bukan dengan saudariku ini, ayahanda?" kedua mata tajam bersinar terang, siap untuk menerkam mangsa di hadapan.

"K-kau...Eric Alfresco?!, bagaimana bisa kau keluar dari hutan itu?!" seorang raja terkuat bahkan tak dapat beralih pandangan, keringat menetes dari sela wajah kecemasan milik sang raja, dipengaruhi cepat oleh lelaki kekar itu, penggalan kedua darinya sangat amat sadis, bercak darah dan urat nadi kembali di tumpahkan, menatap sendu penggalan kepala berlumuran darah segar milik ayahanda dan putri kesayangan sang raja.

"Kutukan ini berakhir, bebaskan aku dari mantra hitam yang menggerogoti diriku ini!,"

Pedang panjang hitam pekat berukir mantra hitam di tancapkan ke atas singgasana milik sang raja, ukiran mantra pedang pekat miliknya perlahan menghilang sebagai mawar kelopak putih berterbangan mengikuti arah angin. Serigala putih mendekap tubuh kekar lelaki itu dengan bulu yang halus menerpa wajah tegasnya, wajah mereka saling bertemu, kedua tangan kekarnya berada di wajah serigala itu, air mata mengalir dari pelipis mendapati serigala putih di hadapannya menghilang cepat, sebagai kelopak mawar nan indah.

"Aku terbebas karena pengorbananmu, terima kasih ibu."

7 disukai 5.7K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction