Disukai
3
Dilihat
84
Perang Dunia Kaiju
Drama

"Booom!!!"

"Duarrr!!!"

"Aaahh!!!"

"Aaargh!!!"

"Tolooong!!!"

***

Kamu adalah seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun yang cengeng, botak, bermata bulat, beralis tipis, berhidung pesek, bermulut lebar, dengan pipi chubby dan dua lesung pipi saat kamu tersenyum, yang sudah pasti membuatmu terlihat sangat lucu dan menggemaskan, sepasang telinga bulat kecil, dan wajah bulat berlapis bedak tebal hingga kamu terlihat sedikit mirip dengan tuyul.

Sekarang kamu sedang menangis dan cerewet, seperti biasa, dengan ingus yang terus menerus menetes keluar bak air terjun dari dalam kedua lubang kecil dan sempit pada hidung pesek dan jelekmu sembari kamu memain-mainkan burung kecilmu dengan tangan kananmu saat sedang mengeluarkan seluruh beban berat yang sudah kamu tanggung selama kurang dari satu menit yang lalu, sedangkan tangan kirimu terus menggenggam sepasang boneka kaiju lucu dan imut kesayangan milikmu.

"Huhuhuhuhu ... huhu ...."

Kamu terus menangis terisak-isak dan tersedu-sedu sambil terus melukis lukisan abstrak yang hanya bisa dimengerti oleh kamu sendiri dengan cat air, secara harfiah, tanpa warnamu sendiri.

"Kapan kalian datang?" ucapmu melihat sepasang kalajengking raksasa yang sedang bertarung habis-habisan demi memperebutkan seekor kelabang raksasa yang sedari tadi terus berputar-putar mengelilingi kedua kalajengking jantan itu seakan-akan sedang menyemangati atau memanas-manasi kedua binatang itu untuk saling membunuh dan menyakiti sesamanya.

Kedua kalajengking raksasa itu saling mencapit, menggertak, dan mencapit, terus saja begitu hingga beberapa rudal ditembakkan tepat ke arah mereka oleh salah satu pesawat tempur yang sedang bertempur di udara, di atas langit jingga sore hari itu.

Rudal-rudal itu tepat mengenai mereka yang masih asyik menari-nari dan berdansa di atas reruntuhan sebuah kota yang sudah tidak bisa dikenali lagi karena wajah yang sudah rusak total akibat peperangan gila yang sedang terjadi sepanjang hari itu antara umat manusia melawan umat serangga kaiju yang tiba-tiba muncul dan menyerang sesaat setelah perang dunia ketiga dikumandangkan oleh sebuah ledakan nuklir yang menyala terang benderang dengan begitu artistiknya pada saat matahari terbit hingga menutupi sinarnya yang tulus dan murni untuk sebuah planet yang lebih tepat disebut sebagai sebuah tempat sampah untuk membuang kotoran-kotoran dari dalam sebuah rumah megah dan mewah bak istana.

Dan juga, rudal-rudal itu memastikan bahwa tidak ada pemenang diantara sesama spesies itu melainkan hanya sebuah hasil imbang yang turut mengundang malaikat maut bersamanya.

Dan untungnya, sang penghasut juga mengikuti mereka dan terus menghasut, menggoreng, dan memprovokasi mereka hingga ke dalam neraka terdalam dimana semuanya terus berulang dalam sebuah lingkaran setan yang paling terkutuk.

Namun, lenyapnya mereka beserta pertunjukannya dari atas panggung sandiwara membuatmu bersedih dan menangis seperti bayi yang kehilangan hiburan yang tidak dimengertinya.

Kamu terus menangis dan merengek hingga kehabisan cat air dan inspirasi untuk menyelesaikan mahakaryamu sendiri hingga membuatmu kesal dan berakhir dengan merusak lukisan abstrakmu sendiri yang belum selesai dan melemparkan kedua boneka kaiju kesayanganmu di atasnya lalu kamu menginjak-injak mereka seakan kamu sendiri, yang masih menangis dan merengek, adalah kaijunya sedangkan mereka hanyalah sepasang boneka menyebalkan yang sudah tidak mau bermain lagi denganmu yang hanya pantas untuk diinjak-injak dan diludahi oleh air liurmu yang menjijikkan dan penuh dengan bakteri dan kuman yang mengerikan.

"Boneka anjing gak guna, babi!" teriakmu kesal meskipun mereka bukan boneka anjing dan babi.

Kamu diam, tidak tau harus berbuat apa di tengah dunia yang rusak, berantakan, kacau-balau, kotor luar dan dalam selayaknya anak kecil yang belum dewasa sama sekali lalu kamu duduk bersila dengan mulut lebarmu yang kamu monyong-monyongkan sendiri di saat bedak tebalmu mulai luntur karena air mata, hidung, dan mulutmu.

Kamu melipat kedua tangan mungilmu di dada, berpikir dengan sangat keras hingga keringatmu mulai bercucuran melenyapkan seluruh bedak tebalmu dari wajah bulatmu sembari menatap tajam kedua boneka yang sudah tidak kamu sayangi dengan kedua mata bulatmu hingga kamu mulai menyadari ada sesosok anak jelek yang juga sedang melakukan hal yang sama persis denganmu dalam sebuah genangan air beraroma pesing yang mencemari dan mengotori mantan boneka-boneka kesayanganmu yang malang, yang terus tersenyum di sepanjang malam.

Kini kalian berdua saling bertatapan untuk pertama kalinya, tatapan yang penuh dengan kebingungan dan rasa penasaran, kalian terus menatap dengan sangat tajam dan tajam lalu kalian mulai melebarkan sepasang mata bulat kalian selama beberapa saat hingga kalian kesal dan mulai menendang-nendang udara di sekitar.

Kalian berdua begitu kesal hingga memutuskan untuk berhenti menendang-nendang udara di sekitar lalu bangkit berdiri dengan sikap yang masih sama lalu mulai menginjak-injak kembali sekawan yang malang itu hingga genangan air beraroma pesing di sekitarnya mulai menciprati baju dan celana mahalmu.

Tak lama setelah itu kamu merasa lelah dan menghentikan aktivitasmu itu lalu memutuskan untuk pergi berjalan menjauh meninggalkan setumpuk mayat manusia yang berserakan tak beraturan di sepanjang jalan di sekelilingmu menuju ke arah matahari terbenam sore hari itu.

Setelah berjalan sejauh beberapa ratus meter dari perkebunan mayat itu sang matahari benar-benar tenggelam dalam kegelapan malam dan ratusan kecoa raksasa mulai mengerubungi tempat itu sedangkan kamu terus berjalan menjauh menuju kedalaman kegelapan malam dengan raut wajah yang masih manyun dan cemberut itu hingga delapan buah mata merah menyala terang dalam kegelapan dan menyambutmu dalam kekelaman.

Kamu menatap lekat-lekat dan dalam-dalam kedelapan mata merah itu tapi tidak dengan mata-mata itu, mereka hanya terfokus kepada gerombolan-gerombolan kecoa raksasa dan perkebunan mayat itu hingga akhirnya ... delapan buah kaki hitam berbulu raksasa melangkah dengan cepat ke arahmu lalu melewatimu dan mulai berjalan dengan cepat ke arah kerumunan menjijikkan itu.

Monster raksasa itu segera menyerang dan mengusir para kecoa raksasa dengan cepat dari calon sarang barunya. Sementara kamu, kamu masih terpaku di tempatmu berdiri sebelumnya, bingung dengan apapun yang baru saja melintas dan terjadi di depan matamu yang bulat tapi tidak butuh waktu lama bagimu untuk melupakannya dan melanjutkan langkah-langkah mungilmu. Kamu terus berjalan dan berjalan, melangkah dan melangkah tanpa henti dan tau harus ke arah mana dalam kegelapan malam yang pekat dan mencekam di tengah-tengah Medan peperangan antara para Dewa dan ciptaannya.

Meskipun ledakan dan jeritan kematian terjadi dimana-mana di sepanjang malam yang kelam dan suram kamu tetap saja berjalan dengan wajah yang masih manyun dan ingus yang masih kamu tarik dan ulur dari dalam lubang hidung kecilmu itu. Kamu masih sibuk untuk kesal dan marah tapi tidak jarang kamu juga mulai menangis dan meneteskan air mata lalu mendesah dalam kekacauan yang ada. Kamu terus memaki-maki dan menyumpahi boneka-bonekamu yang nakal dan pembangkang namun pada akhirnya yang kamu cari hanyalah sebuah rumah untuk pulang.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@fileski : Tq, kak. Siap kak 👍🏻
@darmalooooo : Ga punya kak. Punya yt cuma buat nonton aja 😅
bagus. baca tulisanku juga yaa
Masya Allah terima kasih Kak. Btw, YT kk apa biar saya susback
@darmalooooo : Ok, kak. Otw subscribe 👍🏻
Hehehe ya Kak. Chanel YT saya untuk karya dan juga hobi. Darmayantiriska
@darmalooooo : Semangat, kak 👍🏻
@darmalooooo : Gapunya channel yt, kak, cuma buat nonton aja. Kakak punya channel yt?
YT kk apa, saling suscribe yuk😁
Betul betul betul jadi kepikiran juga mau buat gitu 😂 seruuuu
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi