Alkisah ada 2 orang sahabat yg memutuskan unt menjadi guru. Setelah surat penempatan tugas keluar, mereka harus berpisah, yg satu ke utara dan yg satu lagi ke selatan.
***
Alangkah kagetnya sang guru yg di selatan, saat hari pertama masuk ke sekolah semua anak-anak murid masih berada di luar kelas.
Guru di selatan itu langsung menghukum semua muridnya berdiri di lapangan sampai sore. Di kelas dia mulai menerapkan aturan yg sgt keras, tdk ada yg boleh bicara saat dia sedang mengajar kecuali ada yg bertanya. Setelah 1 minggu mengajar di t4 itu, guru di selatan sering jengkel karena beberapa kali kehabisan kapur tulis, terpaksa dia harus menutupi dulu dgn uangnya sendiri. Sesuai dengan perjanjian, dia akan dibayar 2 minggu sekali dan hari itu tiba juga. .
"Maaf ibu, sepertinya pembayaran harus ditunda, karena uang kas sekolah kami menipis. . . " Wajah kepala sekolah yg memelas meluluhkan hati ibu guru tersebut. Baiklah, kali ini mengalah saja, tokh dia dijanjikan akan dibayar 5 hr lagi, masih bisa bertahan. Saat pulang sekolah, Bu guru selatan sangat marah saat melihat pak kepala sekolah mengijinkan 3 orangtua murid menunda pembayaran sekolah anaknya.
Dia teringat pada sahabatnya di utara, apa kabarnya sekarang ? Dia dengar di sana lebih susah dari di selatan. Dia putuskan untuk mengirim surat, tanpa membicarakan apa yang telah terjadi selama ini, hanya sebuah sapaan biasa saja. Kira-kira sebulan kemudian, surat balasan dari utara datang dan dia sungguh tercengang membacanya.
"Sahabatku, aku sangat senang disini, semua baik padaku. Sekolahnya menyenangkan, pemandangannya sangat indah, orangtua muridpun sangat baik kepadaku dan kepala sekolahnya sangat humoris. Kehidupan di sini sangat menyenangkan, indah dan membuat berat badanku bertambah krn sering makan. Aku benar2 tdk menyesal memutuskan unt menjadi guru, sesuai dgn impian kita dulu. .."
Di surat berikutnya, guru selatan menumpahkan uneg2nya dgn sekolah di selatan. Dia ingin sekali bs pindah ke utara, dan berusaha mengurus kepindahannya ke utara. Setiap hari, mimpinya adalah bisa pindah ke utara dan mengajar dgn sahabatnya, terbayang terus suasana nyaman seperti yg dikisahkan sahabatnya .
***
6 Bulan berlalu dan tiba-tiba guru dari Selatan mendapat surat panggilan dari pusat. Sungguh tidak disangka sama sekali, impiannya untuk pindah ke Utara akhirnya tercapai juga. Saat hari terakhirnya di sekolah, para guru dan orang tua murid membuat pesta perpisahan untuknya. Dia sangat terharu saat seorang muridnya yang dulu sangat nakal, maju ke depan dan membuatkan puisi untuknya. Agak berat juga rasanya pindah dari sekolah ini, tapi tekadnya sudah bulat, dia ingin menjadi guru di Utara.
***
Seorang lelaki berjalan ke arahnya dan mengatakan kalau dia diminta kepala sekolah untuk menjemput ibu guru tersebut. Pertama-tama, ditunjukkannya sekolah dimana dia akan mengajar. Guru dari Selatan itu sungguh terkejut melihat bangunan yang dari bambu dan hampir roboh itu. beberapa anak kecil berdiri di dekat sekolah tersebut sambil berbisik-bisik, seraya matanya memandangi guru tersebut.
" Mari kita lanjutkan menuju ke tempat tinggal ibu guru baru." Kamar ini, kira-kira 2 kali lebih kecil dari kamarnya di Selatan, tapi cukup rapi dan bersih.
" Nanti ibu guru baru akan tinggal di sini bersama 3 orang orang perempuan lainnya. Mereka anak penjaga sekolah" Dadanya langsung berdetak cepat. Apa-apaan ini ??
" Di depan sana ada perkebunan yang sudah ada sejak dua puluh tahun dan itu milik para guru. kadang, saat musim sedang bagus, kita bisa mendapatkan hasil yang banyak, tapi jangan khawatir bila musim sedang jelek, kita bisa meminjam dulu dari hasil perkebunan pak RT." Guru itu mengangguk-angguk.
" Hanya saja, jangan sampai ingar janji dengan pak RT, beliau sangat tidak suka, kepala bisa hilang di sini..." Lelaki itu terkekeh-kekeh.
" Eh, tapi jangan takut ibu guru baru, pak RT itu sebenarnya sangat baik." Cepat-cepat di ralatnya, saat melihat ekspresi takut ibu guru tersebut.
" Itu tempat untuk mandi. Kalau mau mandi harus ambil air dulu, memang agak jauh, tapi lama-lama akan terbiasa juga, seperti ibu guru Lama. Malah setelah satu bulan di sini, beliau yang selalu bangun paling pagi...."
" Oh ya pak, dimana ibu guru lama, dia itu sahabat saya. Sudah lama kami tidak bertemu..." Tiba-tiba dia teringat sahabatnya. Lelaki itu memandangi ibu guru baru tersebut sambil mengernyitkan dahinya...
" Apa ibu guru baru tidak tahu...?" Dia menggeleng pelan, langsung terpikir hal-hal buruk terjadi pada sahabatnya.
" Karena ibu guru baru ingin sekali pindah ke Utara dan kepala sekolah tidak mampu membayar lagi guru baru, akhirnya ibu guru lama mengalah dan memutuskan untuk pindah ke Selatan." Tubuhnya langsung lemas, pupus sudah sisa harapannya.
***
Sebulan kemudian, diterimanya surat dari sahabat lamanya yang sudah pindah ke Selatan.
" Salam sahabatku, apa kabarmu di sana ? Aku harap sama bahagianya dengan perasaanku sekarang di sini. Apa yang kamu ceritakan memang benar sekali, terkadang Pak kepala sekolah terlambat membayar gajiku, tapi hatiku sungguh bahagia karena beliau menggunakannya untuk membantu salah seorang orang tua murid yang mengalami patah tulang saat bekerja. Kamu tahu sahabatku, bos di tempat orang tua murid itu tidak mau menanggung biaya pengobatannya, sungguh kejam sekali. Aku sungguh malu saat tahu kalau Pak kepala sekolah mengganti sebagian besar gajiku dari dana pribadinya sendiri. Akhirnya kuputuskan untuk menyumbang juga, karena tidak mungkin semua gajiku kuberikan. Anak-anak di sini sungguh nakal, lebih nakal dari yang kamu ceritakan padaku. Tapi melihat mereka tertawa dan tersenyum saat sedang bermain, aku tersadar, mereka hanya butuh diperhatikan. Kamu ingat si Tobo, yang dulu sangat nakal, aku dengar cerita dari teman-teman guru kalau berkat dirimu dia berubah menjadi anak yang lebih penurut.."
" Sahabatku, saat pertama kali aku tiba di tempat ini, aku tidak mengerti mengapa kamu tidak menyukai tempat ini? Setelah beberapa lama aku berada di sini, aku baru mengerti, mungkin ini jalan Tuhan. Kamu memiliki talenta untuk mengubah orang lain dan tempatmu yang tepat adalah di Utara, karena banyak sekali hal-hal yang harus diperbaiki. Aku tahu, sekarang kita sudah berada di tempat masing-masing yang tepat. Aku harap, surat balasan darimu berikutnya adalah tentang hal-hal indah di sana, karena aku tahu pasti bagaimana daerah Utaraku, sangat indah dan penuh cinta. " Ibu guru baru itu mengusap airmatanya, dia siap untuk membalas surat dari sahabatnya...
"Salam ahabatku, aku sangat terharu membaca surat darimu dan sangat bersyukur memiliki sahabat serpertimu. Saat awal dulu aku mengirim surat padamu, saat dirimu masih di Utara, aku pikir kamu akan membalasnya dengan keluhan-keluhan yang lebih daripadaku, yang pastinya akan kuanggap wajar saja. Tapi, malah kamu membalasnya dengan penuh semangat dan membuatku ingin pindah ke Utara. Masih ingat tentang anak muridmu yang bernama Santyong ?? sekarang hati orang tuanya sudah luluh dan mengijinkan anaknya untuk sekolah (aku memakai trik kita dulu saat di SMA, waktu orangtuaku tidak mengijinkan aku pergi ke luar kota). Perkebunan juga sudah menghasilkan banyak sekali makanan, sampai-sampai pak RT tersenyum sangat lebar saat aku kirimkan banyak hasil perkebunan secara gratis (ini trik lainku, agar saat nanti aku kekurangan, pak RT mau memberikan hasil perkebunannya pada kami di sini secara gratis juga, dan tidak ada kepala yang hilang...)."
"Aku belajar darimu sahabat, dimanapun kita tinggal, seperti apapun yang kita hadapi, tidak membuat kita merasa berhak untuk mengeluh. Andai aku bisa bersikap sepertimu, nanti saat usahaku mengumpulkan dana untuk pengajar tambahan membuahkan hasil, aku berharap akan semakin banyak guru yang mau datang ke tempat ini. Tentunya kalau aku bisa menunjukkan kalau aku bahagia di sini, maka mereka akan tertular virus bahagia itu. Salam untuk dirimu di Selatan dan titip murid-murid Selatanku. Sahabatmu."