SENJA Ke-50
17. BABAK 17

66.EXT/INT. RUMAH BAHRI — AFTERNOON

Motor Rara berhenti di depan rumah Bahri. Gladis turun dan memandangi rumah masa kecilnya itu sebentar. Di halaman rumahnya, terlihat istri Bahri sedang menjemur ikan. Rara dan Gladis mendekatinya.

GLADIS
Assalamualaikum, Bu
ISTRI BAHRI
(menoleh) Walaikumsalam...
GLADIS
Hmm...ayah Bahri ada?
ISTRI BAHRI
(menatap lama ke Gladis)
GLADIS
Oh, saya Gladis, anak bu Sukma?
ISTRI BAHRI
(raut wajahnya langsung berubah dan hangat) Oalah...neng Gladis, ayo masuk dulu.

Gladis dan Rara mengikuti istri bahri. Gladis dan Rara mengikuti istri bahri dan duduk di teras rumah sambil menatap ke laut. Istri Bahri tak lama keluar sambil membawa minuman dan menaruhnya ke atas meja.

ISTRI BAHRI
Minum dulu, ayahmu lagi pergi nganterin ikan ke pasar. Biasanya dia pulang malam
GLADIS (V.O)
(menatap perempuan itu dengan rasa bersalah) Ini perempuan yang selama ini gue salahin karena ayah ninggalin gue.
GLADIS
Nggak papa, Bu, biar kita tunggu aja.


CUT TO:

67.INT. RUMAH BAHRI — NIGHT

Bahri belum juga pulang. Gladis dan Rara membantu istri Bahri memasukkan ikan kering ke dalam kardus.

GLADIS
Ibu cuma berdua saja sama ayah di rumah ini?
ISTRI BAHRI
Iya..
RARA
Anak ibu kemana?
ISTRI BAHRI
Mereka sekolah di kota dan pulang cuma sekali seminggu. Seumuran kalian.

Tiba-tiba terdengar suara Bahri pulang

BAHRI
Assalamualaikum, bapak pulang Bu!

Bahri melepas sepatu bootnya dan masuk ke dalam rumah. Dia kaget melihat Gladis di dalam rumah.


CUT TO:

68.EXT. RUMAH BAHRI — NIGHT

Gladis, Rara dan Bahri duduk di teras rumah menghadap ke laut. Suara ombak terdengar jelas. Bahri memulai pembicaraan.

BAHRI
Apa ibumu memberi tahumu sesuatu sehingga kamu mencari ayah?
GLADIS
(menggeleng) Ibu tidak bilang apa-apa, aku ke sini cuma buat memastikan apa benar aku bukan anak ayah?
BAHRI
Kalau bukan dari ibumu, dari siapa kamu tentang hal ini?
GLADIS
(menatap ayahnya) Jawab aku dulu, Yah!

Bahri terlihat menghela napasnya. Sementara itu Rara sedari tadi diam mendengarkan pembicaraan keluarga itu. Bahri pun mulai bercerita.

BAHRI
Dulu, saat ibumu dan Edian berpisah, ayah yang jadi saksinya. Ibumu kala itu sedang mengandungmu. Ibu Edian meminta ibumu buat gugurin kandungannya, tapi dia tetep kekeh mempertahankanmu, begitupun dengan Edian.
GLADIS
(menelan ludahnya) Lalu kenapa Edian sama sekali tidak pernah menemuiku?
BAHRI
Edian terpaksa keluar negeri dan meninggalkan ibumu. Dia memohon pada ayah untuk menikahi ibumu agar kamu bisa memiliki ayah setelah kamu lahir.
GLADIS
Dan selama ini dia sama sekali tidak pernah hubungin ibu?
BAHRI
(menggeleng) Edian seorang ayah yang bertanggung jawab, dia selalu mengirim uang untuk keperluanmu pada ayah. Uang yang selama ini ayah kirim padamu dan ibumu, ya itu dia. Tapi setahun belakangan ini, ayah tidak lagi menerima uang darinya. Ayah berpikir mungkin karena dia akan pulang dan menepati janjinya pada ibumu.
GLADIS
(menggeleng) Dia tidak akan bisa menepati janjinya, Yah
BAHRI
Kenapa?
GLADIS
Karena dia sudah meninggal..

Bahri kaget. Gladis lalu berdiri dan bersandar pada tiang rumah, menatap ke laut.

BAHRI
Darimana kamu tahu kalau dia telah meninggal?
RARA
(keceplosan) Dari anaknya Daren
BAHRI
(menoleh ke Rara) Daren?
RARA
Laki-laki yang dicintai Gladis dan ternyata anak Edian, saudaranya sendiri.
BAHRI
(makin kaget) Ya, Allah...(lalu menatap punggung Gladis)

Gladis lalu berbalik, matanya telah basah, dia mendekati Bahri dan sungkem di depan Bahri.

GLADIS
Maafin aku, Yah, selama ini aku sudah berburuk sangka sama ayah.
BAHRI
(mengelus rambut Sukma) Sudahlah, ayah tidak pernah membencimu.
GLADIS
Terima kasih sudah membesarkanku dan memperlakukanku seperti anak kandung ayah sendiri.
BAHRI
Sudah seharusnya ayah melakukannya.

Tiba-tiba ponsel Bahri berdering. Ada pesan masuk dari Sukma. Bahri menelepon Sukma.

BAHRI
(berbicara pada Sukma di telepon) Iya, dia di sini. Nggak usah khawatir. Malam ini biarin dia nginap di sini dulu. Udah terlalu malam untuk dia pulang ke sana.

Bahri mematikan ponselnya.

BAHRI
Kalian masuklah, pulang besok saja.

Gladis dan Rara masuk ke rumah. Sementara itu Bahri duduk termenung di teras rumah.

BAHRI (V.O)
Ed, ed, kenapa hal seperti ini menimpa anak-anakmu?


CUT TO:

69.EXT. PANTAI/RUMAH BAHRI — MORNING

Gladis dan Rara duduk menjulurkan kedua kaki di pasir pantai tepat di depan rumah Edian. Gladis memandang jauh ke tengah laut. Lalu dia menarik napas dan mengalihkan tangannya ke belakang, kedua telapak tangannya bersandar di atas pasir. Lalu dia mendongakkan kepalanya sementara kedua matanya terpejam. Rara menoleh ke Gladis dan melakukan hal yang sama.

RARA
Gimana perasaan lo, udah mendingan?
GLADIS
Hmm...setidaknya gue tahu kalau bokap kandung gue selalu mikirin gue walaupun belum pernah bertemu sekalipun.
RARA
Perasaan lo ke Daren?

Gladis merubah posisi duduknya. Dia menarik tangannya dari pasir dan menyilangkan kedua kakinya di atas pasir.

GLADIS
(menghela napas panjang) Menurut lo gue harus gimana?
RARA
Ya mesti lo hilanginlah, iya iya aja cinta sama saudara sendiri.
GLADIS
(menjitak jidat Rara) Lo pikir gue gila apa. Gue tahu, tapi tidak semudah itu menghapus rasa sayang sama seseorang dan gue pasti mencobanya walaupun butuh waktu.
RARA
Gue tahu cara ampuh nyembuhin patah hati!
GLADIS
Gimana?
RARA
Jatuh cinta lagi sama orang lain
GLADIS
Lo pikir jatuh cinta gampang!

Tiba-tiba terdengar suara Bahri memanggil. Gladis dan Rara menoleh ke belakang dan melihat Bahri melambai-lambaikan tangan ke arah mereka.

BAHRI
Makan dulu sini!

Gladis dan Rara berdiri dan berjalan ke arah rumah Bahri.

CUT TO:

70.EXT. RUMAH BAHRI — DAY

Gladis dan Rara pamitan sama Bahri dan istrinya. Mereka saling bersalaman.

GLADIS
Aku pamit pulang ya, Yah. (salim pada Bahri)
RARA
Makasih ikan bakarnya, Bu, enak banget lo (salim pada istri Bahri)
BAHRI
Kalian hati-hati bawa motornya, jangan ngebut.
GLADIS
Iya, Yah.

Gladis dan Rara mendekati motor. Tiba-tiba mobil Daren datang dan berhenti tepat di depan rumah Bahri. Sukma dan Daren keluar dari mobil. Sukma melihat Gladis dan mendekati Gladis, kemudian langsung memelukya. Gladis memeluk balik ibunya. Sukma menangis terisak. Gladis dan Rara tidak jadi pergi.

Mereka duduk di teras rumah Bahri. Sukma meminta kertas dan pena ke Rara dengan isyarat. Rara mengambil kertas dan pena dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Sukma. Sukma mulai menulis dan menunjukkannya pada Gladis?

SUKMA (V.O)
Kenapa kamu kabur dari rumah, ninggalin ibu, apa kamu membenci ibu karena ibu telah menyembunyikan semuanya darimu?
GLADIS
(memegang tangan ibunya)Nggak,bu,aku nggak benci sama ibu. Mana mungkin aku membenci ibu yang sudah memilih keputusan untuk tidak menggugurkanku? Terima kasih telah melahirkanku, ibu. (Mata Gladis basah dia lalu memeluk Sukma)

Semua yang ada di sana terdiam dan hanyut dalam situasi. Rara ikutan nangis.

SUKMA (V.O)
Menulis dan menunjukkan pada Gladis (Ayo kita pulang)
GLADIS
Bentar, ada hal yang harus kuselesaikan dulu.

Gladis lalu berdiri dan mendekat ke arah Daren.

GLADIS
Lo ikut gue!

Gladis berjalan menuju pantai di depan rumah Bahri dan diikuti oleh Daren.


CUT TO:

71.EXT. PANTAI — DAY

Daren dan Gladis berdiri di pantai dan menghadap ke laut. Keduanya lama terdiam. Gladis memulai pembicaraan.

GLADIS
Nggak nyangka ya, akhir hubungan kita kayak gini. (masih menatap laut, rambutnya bergerak-gerak tertiup angin) Padahal malam itu, gue mau bilang sama lo, kalau gue juga suka sama lo dan jatuh cinta sama lo. Bahkan sejak hari pertama gue lihat lo, gue udah tertarik sama lo. Ternyata rasa tertarik itu ada karena kita ada hubungan darah.

Kali ini Gladis tertunduk dan berusaha menyembunyikan air matanya dari Daren.

DAREN
Siapa bilang ini akhir hubungan kita, justru ini awal dari semuanya. Sekarang gue paham kenapa sejak pertama liat lo gue rasanya pengen deket lo terus dan jagain lo. Ternyata lo kakak gue!(mata Daren mulai memerah)
GLADIS
Kakak? (tertawa kecil, mengangkat wajahnya menatap Daren, air matanya jatuh)
DAREN
(kembali menatap Gladis) iya, lo kan lebih tua berapa bulan dari gue!
GLADIS
hahaha iya bener (sambil menghapus air matanya) Mulai sekarang lo panggil gue kakak, ya?
DAREN
Baik, Kak! (Mata Daren ikutan basah)

Mereka sama-sama tertawa dalam tangisnya sambil menatap ke tengah lautan.

DAREN
Dis...
GLADIS
Hmm...
DAREN
Gue tahu ini nggak mudah buat kita, menghilangkan perasaan ini, oh bukan, lebih tepatnya merubah perasaan ini menjadi layaknya perasaan saudara. Tapi gue yakin kita berdua bisa ngatasinya.
GLADIS
Hmm...(menghapus lagi air matanya)
DAREN
Gue rasa lo bakal cepet ngerubahnya daripada gue...
GLADIS
Karena?
DAREN
Ada Adam yang suka banget sama lo! (memaksa tertawa)
GLADIS
Sial! Lo juga punya Bella yang tergila-gila pada lo
DAREN
Lebih sial lagi itu!

Mereka tertawa bersama, namun ada luka yang menganga di sudut hati keduanya.


CUT TO:

72.EXT. PANTAI — AFTERNOON

Sementara itu di sudut pantai yang lain terlihat Sukma berdiri sendiri. Di pantai yang sama dengan 21 tahun yang lalu, saat dia dan dirinya berpisah dan membuat janji dengan Edian. Sukma menatap ke laut yang sama. Rambutnya bergerak-gerak di tiup angin laut. Sukma berjalan menyusuri pantai itu. Sesekali kakinya basah tersapu air ombak. Sukma berjalan sambil menunduk.

SUKMA (V.O)
Aku menepati janjiku bukan, Ed? Sekarang kamu yang ingkar janji. Hari ini tepat lima puluh tahun usia kita. Sesuai permintaanmu aku datang ke sini sebagai bukti bahwa aku masih setia untukmu. Kita berdosa Ed, sehingga Tuhan murka dan menghukum kita melalui anak-anak kita. Andai kau di sini dan menyaksikkan kedua anakmu saling jatuh cinta..Tapi aku yakin, mereka anak-anak yang kuat dan mereka pasti bisa mengatasinya.

Sukma menghentikan langkah kakinya dan menatap matahari yang hampir terbenam di ujung samudra. Dia menarik napasnya dalam-dalam dan membiarkan air laut menyapu kedua kakinya. Pandangannya lurus ke depan.


CUT TO:

73.EXT. RUMAH BAHRI — AFTERNOON

Daren dan Gladis kembali ke rumah Bahri, namun mereka tidak menemukan Sukma di sana. Rara sedang duduk di teras rumah.

GLADIS
Ibu mana?
RARA
Tadi dia pergi sendiri
GLADIS
Kemana?
RARA
(menggeleng) Gue nggak tau
GLADIS
(berpikir sejenak dan menoleh ke Daren)Ini ulang tahun ibu..pantai itu!

Gladis berlari dari rumah Bahri, Daren mengikuti.


CUT TO:

74.EXT. PANTAI — AFTERNOON

Gladis berlari-lari kecil di sepanjang pantai. Sementara itu Daren mengikutinya dari belakang. Di hadapannya dia melihat Sukma berdiri di pantai. Gladis mendekati ibunya kemudaian memeluk Sukma erat.

GLADIS
Selamat ulang tahun, Bu!

Sukma melepaskan pelukannya dan mencium kening Gladis. Daren datang mendekat ke arah mereka. Sukma menatap Daren lama.

SUKMA (V.O)
Kau tidak mengingkari janjimu, Ed. Kau mengirim anakmu untuk menunaikan janjimu.


CUT TO:


















Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar