SENJA Ke-50
4. BABAK 4

5.INT. AULA TEATER KAMPUS — MORNING

Gladis dan Rara berjalan memasuki aula teater. Para mahasiswa lainnya terlihat duduk acak-acakkan di atas pentas. Gladis berjalan sambil terus teringat omongan Bu Dian. Tiba-tiba adegan ibunya meninggal terlintas di otaknya.

CUT TO :

Gladis baru saja turun dari angkot dan mendapati bendera kuning terpajang di pagar rumahnya. Terlihat orang ramai di halaman rumah. Gladis berlari masuk ke dalam rumah dan mendapati ibunya terbujur kaku di ruang tengah. Di sebelah jenazah ibunya tergeletak lukisan gambar wajah Edian. Gladis berteriak.


CUT BACK TO:

GLADIS
Aaaaa!! (Gladis berteriak, kedua telapak tanganya memegang telinga.semua orang melihat ke arahnya)

INSERT : Daren yang sedang duduk di atas pentas ikut melihat ke arah Gladis.

RARA
Eh,lo kenapa, Dis? (menggoncang-g0ncang tubuh Gladis)
GLADIS
Gimana kalo omongan Bu Dian bener, Ra? (menatap ke arah Rara)
RARA
Ya ampun, jangan percaya yang begituan ih..
GLADIS
Tapi jujur gue sendiri merasa aneh dengan tingkah ibu akhir-akhir ini. Masa tadi pagi dia majang lukisan mantannya di ruangan tengah? trus sambil maskeran lagi, gue aja ga pernah.
RARA
Kita duduk dulu, yuk!

Rara membawa Gladis duduk ke pinggir pentas, tak jauh dari Daren. Lalu dia menenangkan Gladis. Daren terlihat sedikit mendekat dan menguping pembicaraan Gladis dan Rara.

RARA
Gini, lo pernah bilang kan kalau ibu lo lagi nungguin mantannya? Ya bisa jadi ini puber kedua ibu lo, makanya dia jadi aneh gitu.
GLADIS
Puber? Ada-ada aja lho! Masa sih?


Tiba-tiba Daren ikutan nimbrung.

DAREN
Hayo lho, mantan siapa?
RARA
Nyeletuk aja lu!
GLADIS
Gue lagi nggak mau diganggu ya, sana lu mending lo gangguin yang lain aja. Makin eneg gue liat muka lu!
DAREN
Jutek amat, sih, Dis! Padahal gue selalu nungguin pagi hari biar bisa ke kampus dan liat lu.
GLADIS
Apaan sih,lo!

Pak Dirga datang dan meminta semua mahasiswanya berkumpul di pentas.

PAK DIRGA
Ayo,ayo semunya duduk melingkar di pentas!

Gladis dan Rara naik ke atas pentas, diikuti oleh Daren. Gladis duduk bersebalahan dengan Rara, sementara itu Daren duduk di sebelah Gladis. Gladis menyubit lengan Daren.

GLADIS
Pindah lu, ngapain deket-deket gue!
DAREN
Suka-suka gue, gue senengnya deket lu!
GLADIS
Dasar aneh!(melototi Daren, Daren hanya senyum)

Pak Dirga memulai materinya.

PAK DIRGA
Baiklah, saya akan langsung ke intinya saja. Sebentar lagi kan pergantian tahun baru, saya ingin kalian menyiapkan naskah teater bertema romance untuk ditampilkan di malam pergantian tahun baru nanti!
ALL MAHASISWA
Yaaaaaaaaaaa (nada melemas)
PAK DIRGA
Ssstt! saya belum selesai bicara. Jadi saya akan membagi kalian menjadi beberapa tim. Satu tim terdiri dari 3 orang. Tim pertama Gladis, Adam dan Rara. Mana orang-orangnya? (melihat sekeliling)

Gladis dan Rara menunjuk tangan.

PAK DIRGA
Satu lagi?
RARA
Adam belum datang, Pak!

Tiba-tiba terlihat Adam berlari ke atas pentas.

ADAM
Hadir, Pak!( napasnya ngos-ngosan)

Adam lalu duduk dekat Gladis dan Rara. Tangannya menggeser tubuh Daren agar memberinya ruang untuk duduk.

ADAM
Geser sana, lo!
DAREN
Dih apaan sih lo, datang telat malah ngusir orang!
ADAM
Gue kan satu tim sama Gladis, jadi mesti deket-deket lah. Sana!

Daren menggeser duduknya dan membiarkan Adam duduk di samping Gladis. Tiba-tiba Daren protes pada Pak Dirga.


DAREN
Pak, saya mau satu tim sama Gladis!
PAK DIRGA
(menoleh ke Daren) Tidak bisa, kamu Daren satu tim sama Bella dan Keke!
DAREN
Duh apaan, Pak, kok tim saya yang lemot. Liat aja nih mereka belum pada datang.
PAK DIRGA
Ya sudah, nanti kamu konfirmasikan saja sama mereka.

Adam tertawa geli sambil melihat ke arah Daren. Pak Dirga menyebutkan tim-tim yang lain, lalu melanjutkan materinya.

PAK DIRGA
Dengar ya, kalian butuh waktu sekitar dua bulan buat menyelesaikan naskahnya. Ya, anggap saja satu bulan pertama buat nulis naskahnya dan satu bulan lagi untuk latihan pementasan naskah kalian.

Para mahasiswa kaget dan ada yang komplen karena waktunya mepet.

ADAM
Gila, Pak, mepet banget waktunya. (Yang lain mengiyakan)
PAK DIRGA
Kalau tidak sanggup bilang saja, saya tinggal kasih kalian nilai D. Gitu aja kok repot?

Semua sontak terdiam mendengarkan penjelasan Pak Dirga.


CUT TO:

6.INT. KANTIN KAMPUS — DAY

Gladis dan Adam duduk di meja kantin sambil berhadapan. Sementara itu Rara terlihat antri di depan kasir kantin. Adam terus memandangi Gladis, sehingga Gladis jadi salting.

GLADIS
Apaan sih lu molotin gue terus? (melempar tisu ke arah Adam)
ADAM
Lu sih nggak mau jadi pacar gue, kalau lo mau gue bakal ratuin lu, nyenengin lu terus. (tersenyum manis pada Gladis)
GLADIS
Ratu belanda, maksud lu? (tertawa)


CUT TO:

Rara berjalan dari arah kasir menuju meja Gladis dan Adam sambil menenteng makanan dan minuman. Tiba-tiba Daren muncul di hadapannya dan membuatnya kaget.

DAREN
Hai, Ra!
RARA
(kaget) Dih apaan sih lu, ngagetin gue!
DAREN
Gue minta nomor Gladis, dong!
RARA
Minta aja sendiri atau minta sama yang lain deh, jangan sama gue!
DAREN
Ayolah, Ra, lo kan tahu gue baru tiga bulan di sini, jadi nggak begitu akrab sama yang lain.
RARA
Nggak mau! Minggir, gue mau lewat!
DAREN
(mengeluarkan selembaran uang ratusan dan memamerkannya pada Rara) Kalau ini mau nggak?
RARA
(menelan ludah, lalu mengamati sekitar dan mengambil uang itu dari Daren) Tapi jangan bilang gue yang kasih ya?
DAREN
(mengangguk) Hmm, oke!

Rara membisikkan nomor Gladis pada Daren, Daren buru-buru mencatatnya di handphonenya. Setelahnya, Rara cabut dan menuju ke Gladis.

CUT BACK TO:

Rara meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja, kemudian duduk di sebelah Gladis. Gladis mengambil pesanan minumnya dan lalu menyeruput capucino kesukaannya.

RARA
Jadi gimana nih, udah nemu ide buat naskah kita?

Gladis dan Adam kompak mengangkat bahu. Rara tiba-tiba kepikiran ide bagus.

RARA
Dis, gimana kalau kita tulis cerita cinta pertama ibu lo?
GLADIS
Sial lo, di rumah aja gue geli ngeliat tingkah mak gue, sekarang lo minta gue nulis cerita cinta mereka yang menurut gue bulsit itu? NO! (menggeleng)
ADAM
Emang nyokap Gladis punya kisah cinta dramatis, ha? (menatap Rara penuh penasaran)
RARA
Bukan dramatis lagi, tapi romantis banget. Bayangin aja mereka nunggu umur 50 tahun buat ketemu,romantis bangeeeet! (mata Rara berbinar)
GLADIS
Romantis pala lu, hari gini masih aja percaya cinta begituan...
ADAM
Jangan salah, Dis, laki-laki kalau udah berkomitmen pada satu cinta tidak akan mengalihkan pandangannya ke yang lain.
GLADIS
(tertawa) Dia udah nikah woi, satu lagi bokap gue ninggalin gue dan nikah ama perempuan lain.
ADAM
Disitulah masalahnya, kita sering mendefinisikan cinta dengan pernikahan. Tujuan cinta padahal cuma satu, menua bersama. Namun, ada yang tidak ditakdirkan untuk bersama, tapi mereka yakin memiliki ikatan batin yang erat satu sama lain. Ya, mungkin itu yang dirasain ibu lo.
RARA
(meenyentuh jidat Adam dengan telapak tangannya) Masih normal kok, tapi kok lu puitis kali ini ya?
ADAM
(menepis tangan Rara) Parah lu!

Tiba-tiba Daren datang dan langsung duduk di sebelah Gladis. Dia sengaja menyenggol minuman Gladis sehingga minuman itu tumpah dan mengenai makanan Gladis. Gladis marah.

GLADIS
Apa-apaan sih, Lu?
DAREN
Ups, Sorry, yaudah ntar gue traktir lu makan ya pulang kuliah
GLADIS
Ogah! Jauh-jauh lo sana dari gue!
ADAM
Mending lu pergi deh, Dar! (memegang krah baju Daren)

INSERT : Bella dan Keke yang super modis memasuki kantin sambil menjajakan make-up.

RARA
(memanggil Bella) Bel, sini!

Bella dan Keke mendekat ke arah mereka. Adam melepaskan cengkraman tangannya dari baju Daren.

BELLA
Lu mau beli, Ra?
RARA
Hehehe, nggak. Ini gue cuma mau ngasih tahu karena tadi elu gak masuk kelas Pak Dirga, kalau elu satu tim sama Daren dan Keke.
BELLA
(histeris) Aaaa yang bener? (mendekat ke arah Daren dan senyum-senyum)
GLADIS
Udah lo bawa aja nih orang dari sini, Bel!

Tanpa pikir panjang Bella menarik tangan Daren dan membawanya kabur, diikuti oleh Keke. Tapi tiba-tiba Rara mengejar Bella karena ada yang ingin dibelinya. Bella memberikan lipstik pada Rara dan pergi lagi. Setelahnya Rara kembali ke tempat Gladis dan Adam. Rara memberikan lipstik tadi pada Gladis,

RARA
Nih, warna pink, buat ibu lo. Gratis dari si Bella.
GLADIS
(tertawa kecil) Bisa aja lu!


CUT TO:

7.EXT. JALAN KAMPUS — AFTERNOON

Gladis berjalan sendirian menuju gerbang kampus, berniat untuk pulang. Dia berjalan sambil melihat hanphone, membuka-buka media sosialnya dan mencari nama Edian. Dia ngomel sendirian.

GLADIS
Kok yang keluar akun orang luar semua sih?

Tiba-tiba Daren muncul di sebelahnya dengan mengendarai sepeda motornya. Daren memelankan laju motornya.

DAREN
Tumben nggak bareng Rara?
GLADIS
Dia masih ada kelas.(masih memoloti handphonenya)
DAREN
Yaudah pulang bareng gue aja!
GLADIS
Males! (masih nengok ke hp-nya)
DAREN
Serius amat sih liatin hp, liatin apa?
GLADIS
Kepo lu!

Gerimis turun, Gladis memasukkan handphone ke saku celananya dan berlari keluar gerbang kampus. Daren mengikutinya dan tidak patah semangat mengajak Gladis untuk ikut dengannya.

DAREN
Buruan naik, gue anterin pulang. Keburu ujan!

Gladis menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Daren. Daren turun dari motornya dan memasangkan helm ke Gladis. Tak lupa dia juga membuka jaketnya dan memakaikannya pada Gladis. Gladis sedikit tersentuh. Gladis naik ke motor dan Daren langsung tancap gas. Motor Daren melaju di jalan raya, dari balik helmnya Daren tersenyum dan sesekali mencuri pandang ke arah Gladis dari spion motornya.

CUT TO:

8.EXT. RUMAH GLADIS — NIGHT

Motor Daren berhenti di depan rumah Gladis. Gladis turun dan membuka helmnya lalu menyerahkannya pada Daren.

GLADIS
Thanks, ya, gue masuk dulu.
DAREN
Okeh!

Gladis langsung membuka pagar rumahnya, namun tiba-tiba Daren manggil.

DAREN
Gladis!
GLADIS
Apalagi sih? (nada kesal dan membalikkan badannya)
DAREN
Gak, gak jadi. Ampe ketemu besok.

Daren langsung tancap gas motornya. Gladis masuk ke rumahnya.


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar