SENJA Ke-50
9. BABAK 9

17.EXT. RUMAH LARAS — DAY

Laras, teman sekolah sekaligus sahabat dekat Sukma, sedang menata jemuran ikannya di halaman rumah. Gladis melihatnya dari kejauhan dan langsung mengajak Adam dan Rara ke sana.

GLADIS
Assalamualaiku, bu Laras.

Laras mengalihkan pandangannya pada Gladis, menatap Gladis sejenak sambil mengernyitkan dahi.

LARAS
Walaikumsalam, maaf siapa ya?
GLADIS
Gladis, Bu! (menunjuk wajahnya sendiri)
LARAS
Ya Allah neng, gimana kabarmu? Baru lima tahun kalian ninggalin kampung ini, kamu udah sebesar ini!( melepaskan pelukannya dan memandangi Gladis dari ujung kaki ke ujung kepala)
GLADIS
Baik,bu, oh iya ini kenalin teman saya Adam dan Rara.

Adam dan Rara bersalaman dengan bu Laras. Bu Laras mengajak mereka duduk ke teras rumahnya. Setelah mereka duduk, bu Laras masuk ke rumahnya.

ADAM
Jadi dulu lo tinggal di sini, Dis?
GLADIS
(mengangguk)Iya, gue juga sekolah di sini
ADAM
Trus kenapa lo pindah?

Rara menyenggol kaki Adam dan mengodenya untuk diam.

ADAM
Kenapa sih lo, gue cuma nanya doang.
GLADIS
Udah nggak papa, Ra. (melihat ke Adam) Gue pindah dari sini karena bokap gue nikah lagi di sini dan ninggalin gue.
ADAM
(menggigit bibirnya dan cuma bisa diam)
RARA
(berusaha mencairkan suasana) Haha, udah yang pahit-pahit mah buang. Manisnya sampe sekarang biaya kuliah lo aman kan ditanggung bokap lu.
GLADIS
Nggak tau deh gue kalau itu, itu urusan nyokap ma bokap

Bu Laras keluar dari rumahnya sambil membawa minuman dan meletakkan di atas meja. Dia lalu ikut duduk,

BU LARAS
Ayok diminum, sengaja ibu buatin minuman dingin karena udara di sini emang panas.

Gladis, Rara dan Adam langsung meneguk es teh di hadapan mereka.

BU LARAS
Ngomong-ngomong tumben ke sini, Neng, ibumu baik-baik saja kan?
GLADIS
(meletakkan kembali minumannya ke meja) Baik kok, buk. Aku ke sini karena pengen tahu soal cinta pertamanya ibu...
BU LARAS
(memotong pembicaraan Gladis) Edian?
GLADIS
(mengangguk) Ibu tahu di mana dia sekarang?

Laras menghela napas panjang dan tatapannya jauh ke pantai. Gladis menunggu Bu Laras bicara, pun Adam dan Rara,

BU LARAS
Semenjak kejadian itu, ibu sama sekali tak mendengar kabarnya sampai sekarang. Kisah cinta mereka memang menyedihkan, padahal dulu semua orang tahu kalau mereka saling memiliki, tidak ada yang akan menyangka mereka akhirnya berpisah
GLADIS
Jadi ibu sama sekali bener-bener nggak tahu di mana dia sekarang?
BU LARAS
(menggeleng) Tapi mungkin ada satu orang yang tahu
GLADIS
Siapa? (menatap Laras penasaran)
BU LARAS
(kembali menghela napasnya, dan menatap Gladis) Ayahmu...
GLADIS
Sial! (geram Gladis)

Deg, hati Gladis bergetar mendengarnya. Adam dan Rara ikutan kaget, mereka menatap Gladis yang tertunduk.

GLADIS
Aku tidak akan pernah menemuinya lagi! (nada marah)
BU LARAS
Tapi cuma ayahmu satu-satunya teman dekat Edian di sini.
GLADIS
Jangankan bicara sama dia, Bu, melihat wajahnya saja aku ogah

INSERT : Sebuah mobil pick up kecil hitam berhenti tepat di depan rumah Laras. Seorang laki-laki seumuran bu Laras keluar dari mobil itu.

Laras terkejut melihat Bahri datang. Dia menatap Gladis dan Bahri bergantian. Bahri berjalan mendekat.

BAHRI
Hei, Ras, Gimana ikannya udah bisa dijemput sore ini? Oh ada tamu ternyata.

Gladis tersontak mendengar suara Bahri. Dia memalingkan wajahnya dan melihat ke Bahri, Bahri juga melihatnya. Raut muka Bahri berubah.


CUT TO:

18.EXT. RUMAH LARAS — DAY

Gladis dan Bahri duduk berdua berhadapan di teras rumah Laras. Bahri terus memandangi raut masam Gladis, sementara Gladis melayangkan pandangannya ke pantai.

INSERT : Adam dan Rara mengintip dari dalam rumah Laras.

ADAM
Ayahnya Gladis?
RARA
Sssst...(melekatkan jarinya ke bibir, lalu menganggukkan kepalanya) Iya (setengah berbisik)

Bahri berkali-kali menghela napas dan meremas-remas kedua jemari tangannya. Dia memberanikan diri bicara duluan.

BAHRI
Gimana kabarmu dan ibumu?
GLADIS
Emang ayah peduli? (ketus)
BAHRI
Melihatmu seperti ini ayah yakin kalau ibumu belum memberitahumu...
GLADIS
Apa, apa yang tidak aku ketahui, Yah? kalau ayah peduli paling tidak ayah nelpon aku atau ibu, bukan nanyain kabar saat ketemu tanpa sengaja kayak gini! (nada tinggi)
BAHRI
Bukan gitu, Nak, ayah...
GLADIS
Apa, apa ayah dilarang sama istri baru ayah buat hubungin aku, anak ayah? (mulai nangis)
BAHRI
(menggeleng, lalu mendekati Gladis dan memeluknya) Ayah sayang sama kamu, tapi ada hal yang tidak bisa ayah ungkapkan dan ayah rasa itu hak ibumu.
GLADIS
(melepaskan pelukan Bahri) Aku benci ayah, sangat benci!

Gladis lalu pergi sambil berlari. Bahri hanya bisa menatap kepergian Gladis. Adam dan Rara pamitan sama bu Laras dan mengejar Gladis.


CUT TO:

19.EXT. PANTAI — DAY

Daren sedang berdiri di pantai. Tak jauh dari tempatnya, dia melihat Gladis berjalan sendirian sambil menundukkan kepala. Dia berlari kecil menghampiri Galdis.

DAREN
Udah kelar urusannya?

Menyadari Daren di hadapannya, Gladis buru-buru menghapus air matanya.

DAREN
Lo nangis?(memegang wajah Gladis dengan kedua tangannya, lalu mengangkat dagu Gladis) Dih beneran lo nangis. hahahah (tertawa ngeledek)
GLADIS
Aaaaaaaa...(tangis Gladis menjadi) Lo kenapa sih pake ketawa?
DAREN
(menahan tawanya) Lo kenapa? (membawa wajah Gladis ke dadanya lalu membelai rambut Gladis)
GLADIS
(terisak) Bi..sa diem...nggak lo!
DAREN
Iya-iya gue diem.

Gladis menangis dalam pelukan Daren. Tangannya lalu merangkul Daren. Daren bener-bener diam kali ini dan merasakan kalau Gladis beneran lagi sedih.

INSERT : Rara dan Adam melihat adegan romantis itu dari jauh. Rara terlihat seneng. Sementara Adam menatap Gladis dan Adam dengan ekspresi datar.


CUT TO:

20.EXT. RUMAH GLADIS — NIGHT

Mobil Daren berhenti di depan rumah Gladis. Sebelum turun, Gladis mewanti-wanti semuanya.

GLADIS
(nengok ke belakang) Gue minta tolong sama kalian, kejadian hari ini jangan sampai ibu gue tahu. Oke?

Adam dan Rara menganggukkan kepalanya. Sementara Daren penasaran.

DAREN
Kejadian apa sih?
ADAM
Lo nggak di ajak! (keluar dari mobil Adam)

Gladis dan Rara juga ikut turun. Adam dan Rara langsung mengambil motor mereka dan pamitan sama Gladis. Daren yang masih penasaran turun dari mobil dan menghampiri Gladis,

DAREN
Eh, emang tadi ada kejadian apa?
GLADIS
Lo nggak perlu tahu. Oh iya, wait, jangan pergi dulu! (masuk ke rumahnya dan keluar lagi membawa jaket Daren)
GLADIS
Nih, hampir aja gue lupa.(memberikan jaket pada Daren)
DAREN
Yaela, gue kira apaan
GLADIS
Emang lo ngarepin apa?
DAREN
Nggak, yaudah gue pulang dulu.
GLADIS
Oke, thanks ya buat hari ini.

Tiba-tiba keduanya canggung. Daren mengangguk, lalu pergi. Gladis masuk ke dalam rumahnya setelah mobil Daren pergi.


CUT TO:

21.INT/EXT. KAMAR GLADIS — NIGHT

Gladis masuk ke rumahnya lalu mendekati kamar ibunya. Dia membuka pintu kamar ibunya pelan-pelan. Sukma terlihat sedang tertidur pulas. Gladis menutup kembali pintu kamar ibunya dan lekas masuk ke kamarnya. Dia melepas tasnya, lalu membantingkan tubuhnya ke kasur. Matanya menatap langit kamar. Dia terbayang saat Daren memeluknya.

GLADIS (V.O)
Kok gue jadi berdebar gini? (meletakkan tangan ke dada) Trus waktu dia meluk gue, kok nyaman banget? Bau parfumnya aja gue masih inget.

Tiba-tiba hp di saku celananya bergetar. Dia mengeluarkan hp dari saku celananya dan kaget ada pesan dari Daren. Dia membukanya.

DAREN (V.O)
Gue udah sampe rumah nih. Btw, lo jangan pernah nangis lagi di depan gue, jelek soalnya.Hhahahah

Gladis merona dan senyum-senyum membaca pesan Daren sambil berguling-guling di kasur.


CUT TO:

22.INT. KAMAR DAREN / GLADIS — NIGHT

Daren sedang duduk di kasurnya. Handphonenya dia taruh di sebelahnya. Di tangannya terlihat buku diary papanya yang dibacanya sedari tadi. Kadang Daren tertawa kecil saat membacanya. Tiba-tiba notif handphonenya berbunyi. Pesan dari Gladis.

GLADIS (V.O)
Ngapain pake ngabarin udah nyampe segala. Kek orang pacaran aja.

Daren tersenyum membaca pesan Gladis. Dia menaruh diary papanya di kasur dan menelpon Gladis.

SPLIT SCREEN :

Gladis kaget mendengar nada dering hp-nya, dan lebih kaget lagi saat menatap layar hpnya bahwa Daren yang nelpon. Dia berdehem sedikit, lalu menjawab panggilan Daren.

GLADIS
Ngapain lo nelpon gue?
DAREN
Pengen denger suara lo aja, kangen gue!
GLADIS
(memegang dadanya lalu mengatur napasnya) Apaan sih kayak orang pacaran aja omongan lo?
DAREN
Hmm...makanya gimana kalau kita coba pacaran aja?
GLADIS
(menggigit bibirnya,lalu berdiri dan mondar-mandir)
DAREN
Dis...kok lo diem, kalau diam berarti lo mau ya?
GLADIS
Heh, enak aja lo. Udah gue mau tidur! (mematikan teleponnya)

Daren menatap layar ponselnya sambil bengong setelah Gladis memutuskan panggilan. Dia meletakkan kembali ponsel itu ke kasur dan mengambil kembali buku diary papanya dan membaca. Dia hampir sampai ke halaman terakhir, bagian di mana papanya menembak wanita yang dicintainya.

BCU : Halaman diary yang dibaca Daren. Di sana tertutis : Dia sedang di rumah temannya dan aku menemuinya kesana, saat aku meneriakkan ingin menjadi pacarnya, tiba-tiba ibunya memanggil dia untuk pulang. Aku gagal lagi dan akan mencobanya esok hari. Bersambung...

Daren kesal dan menutup diary papanya.

DAREN
Padahal gue pengen tau gimana papa nembak mama biar ntar gue praktekin juga sama Gladis!

Daren lalu kepikiran ucapan Omanya kalau diary papanya ada di ruangan kerjanya. Daren keluar kamar dan berjalan menuju ruangan kerja papanya karena penasaran dengan kelanjutan cerita papanya.


CUT TO:

23.INT. RUANG KERJA PAPA DAREN — NIGHT

Daren masuk ke ruangan kerja papanya dan mencari-cari diary itu ke semua laci yang ada di meja namun tak ketemu. Daren membuka lemari yang ada di sana. Dia menemukan sebuah brankas besi di dalamnya.

DAREN
Nah kayaknya di dalam ini nih. Tapi sandinya apaan ya?

Daren tampak berpikir sejenak, lalu dia menekan tanggal lahir papanya, ternyata salah. Daren berpikir lagi, lalu mencoba tanggal lahir mamanya, juga salah. Tak kehabisan akal, Daren menekan tanggal lahirnya sendiri, ternyata juga salah.

DAREN
Masa tanggal lahir Oma? (menekan angka tanggal lahir Omanya dan ternyata juga salah)

Daren menyerah. Dia hendak menutup lemari, namun tiba-tiba selembar photo usang terjatuh dari dalam lemari. Daren mengambilnya dan melihatnya. Gambar itu terlihat buram, hanya muka papanya yang terlihat jelas, sementara di sisi papanya berdiri seorang perempuan, namun di bagian wajahnya terlihat buram. Daren membalik photo itu dan di sana tertulis sebuah tanggal 10-10-1995.

DAREN
Ini dia! (menekan angka-angka itu pada brankas, dan brangkas itu terbuka)

Dalam brankas itu ada beberapa map dan satu buku diary papanya. Karena panasaran, Daren langsung mengambil buku diary papanya dan menutup kembali brankas itu. Dia duduk di meja kerja papanya dan membaca halaman pertama.

DAREN
(tertawa kecil) Masa papa nembak mama pake balon? Oke, gue akan lakuin hal sama pada Gladis!

Daren lalu meninggalkan ruangan kerja papanya sambil membawa diarynya ke kamar.


CUT TO:















Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar