Ranum
20. 20. Permulaan Baru (Tamat)

115 INT. KAMAR KOS REA – MALAM HARI – DUA MINGGU KEMUDIAN

Cast: Rea, Kia

Rea sedang mengetik naskah cerita di laptop sambil menelepon ibunya.

REA

Iya, rencananya lusa aku berangkat ke Solo. Sekalian nanti jenguk Ibu. 

IBU REA (TELEPON)

Kamu udah bahagia ya di situ? Ibu seneng dengere.

Rea tersenyum. 

REA

Ya, pelan-pelan, Bu. Lagian, ini ‘kan berkat Ibu juga.

Rea meminum air minumnya.

REA (CONT'D)

Oh iya, kemarin aku ketemu sama Bu Gina, ibunya Rival.

IBU REA

Piye?

REA

Aku niatnya mau bayar hutang yang buat pengobatan ayah itu lho, tapi malah nggak dibolehin. Katanya, aku udah dianggap anak sendiri. Baiknya gimana ya, Bu?

IBU REA

Dibayarnya hudu pake uang. Tapi, pake kebaikan. Apik-apik wae kamu sama Bu Gina, siapa tahu dijadiin menantu.

REA

Ah, ibu mah gitu!

Fx: pintu diketuk.

REA (CONT’D)

Buka aja.

Kia membuka pintu.

KIA

Ada tamu, nggak tahu siapa. Katanya nyari Kakak. 

Rea mengernyit.

REA

Ibu bentar, ya, aku ada tamu. Nanti dilanjut lagi.

KIA

Aku mau telepon sama Ibu. 

Rea tersenyum dan mengangguk. Ia menyerahkan ponsenya ke Kia. Kia menerimanya dan langsung menyapa ibunya.

KIA

Ibuuu! Ini Kia.

Rea keluar kamar dan pergi ke ruang tamu.

116 EXT. DEPAN KAMAR KOS REA – MALAM HARI

Cast: Garut, Rea

Rea terkejut karena yang datang adalah Garut.

REA

Elo, Rut?

GARUT

Hai, Re. 

REA

Tahu kos gue dari siapa? Tyas, ya?

Garut mengangguk. Ia menyerahkan sebuah map. Rea menerimanya.

GARUT

Gue nggak bisa basa-basi lama. Jadi, itu naskah yang lo kasih ke gue waktu itu. Gue bilang ‘kan kalau gue mungkin nggak bakal nerbitin itu, tapi setelah gue baca, gue nemuin sesuatu yang beda dari cerita anak-anak lain yang lo buat. Jadi, gue berpikir buat nerbitin itu. 

Rea membelakkan mata. 

REA

Serius?

GARUT

(Mengangguk) Udah gue revisi bagian-bagian mana yang kurang. Gue sengaja datang langsung, karena lo juga ngasih naskah ini langsung ke gue. Oh iya, gue denger dari Tyas lo jadi scrip twriter sekarang. Selamat. Perjuangan lo nggak sia-sia.

REA

(Tersenyum) Thanks ya, Rut. Gue jadi punya bahan buat diceritain ke anak-cucu kalau dulu gue penulis yang dibayar sedikit karena bukunya nggak laku.

Garut tertawa mendengarnya.

REA (CONT’D)

Sorry ya, gue nggak bisa nyuruh lo masuk. Gue nggak ada ruang tamu.

GARUT

Gue juga bakal langsung cabut. Gue ada urusan ke Bandung sebulan ke depan.

REA

Ngapain?

Garut mengeluarkan sebuah kertas undangan. Ia menyerahkan kepada Rea.

REA (CONT’D)

(Membelalak, menutup mulut dengan tangan) Ya Tuhan! Lo married, Rut? 

Garut tersenyum bangga.

GARUT

Calon bini gue secantik Luna Maya, kalau lo nggak percaya, lo harus dateng. 

Rea dan Garut tertawa kecil.

117 EXT. DEPAN KANTOR KAMAL – PAGI HARI

Cast: Rea, Mama Kamal, Kamal

Rea yang berjalan menuju kantor Kamal terkejut melihat ada Mama Kamal dan Kamal yang sedang berbincang. Kamal lalu masuk ke kantor sedangkan Mamanya berjalan pergi. Mama Kamal yang melihat Rea langsung berhenti. Rea berjalan menghampirinya.

REA

Selamat pagi, Tante. Kita lama nggak ketemu. 

MAMA KAMAL

(Tersenyum sinis) Ngapain kamu di sini?

REA

Saya kerja di sini. Scrip twriter untuk iklan yang digarap sama Kamal, yang pemain iklannya Lala.

Mama Kamal terlihat kaget.

MAMA KAMAL

Gimana bisa …

REA

Saya juga kaget kalau ternyata roda kehidupan saya mulai berputar. (Tersenyum miring) Tante tahu, saya bisa dengan gampang bilang ke sutradara kalau saya pengen Lala diganti, atau membatalkan kerja sama dengan Kamal. Nasib anak tante dan calon istri anak Tante itu ada di tangan saya.

MAMA KAMAL

Kamu! (Menggertak sambil menuding)

REA

Ini bukan waktunya Tante untuk marah. (Berjalan mendekat) Saya nggak habis pikir kok bisa orang dewasa seperti Tante pemikirannya masih sempit.

REA (CONT’D)

Saya turut senang Kamal mau nikah. Padahal apa Tante tahu, beberapa minggu kemarin Kamal bilang dia masih ngarep balikan sama saya. Wow, anak Tante sungguh tergila-gila sama saya kayaknya, ya? Jadi, saya mau ngingetin aja ke Tante, kalau suatu saat nanti Kamal bahagia sama Lala, dia punya anak, Tante gendong cucu, ingat, itu bukan karena Tante. Itu bukan karena paksaan nikah dari Tante atau perjodohan ini. Itu karena saya. Karena saya yang mutusin Kamal, karena saya tahu bagi Kamal, ibunya lebih penting. Kebahagiaan yang Tante lihat dari wajah Kamal itu, itu semua karena saya. Saya harap Kamal bisa mencintai Lala, Tante. Karena saya lihat Kamal terlalu nggak peduli. Saya khawatir yang Tante lihat besok di masa depan, adalah kehancuran hidup Kamal sendiri.

MAMA KAMAL

Kamu benar-benar keterlaluan!

REA

Saya belajar dari Tante untuk mengatakan kejujuran, sepahit apa pun itu. 

Rea mundur ke belakang. Ia mengangguk kepada Mama Kamal.

REA (CONT’D)

Saya permisi. Semua yang ingin saya katakan, udah nggak ada lagi. (Tersenyum) Semoga hidup Tante bahagia.

Rea berjalan melewati Mama Kamal. Di depan pintu kantor, ia melihat Kamal yang ternyata sejak tadi melihat obrolan mereka berdua.

118 INT. KANTOR PERUSAHAAN RIVAL – PAGI HARI

Cast: Rea dan Kamal

KAMAL

Kamu ngomong apa aja ke Mama?

REA

Sesuatu yang nggak perlu kamu tahu. 

Rea berlalu, tapi pergelangan tanganya dicekal Kamal. Rea menepis tangan Kamal.

KAMAL

Kita nggak bisa ya jadi teman? Kamu nggak perlu begini ke aku ‘kan, Re?

REA

Enggak. Karena aku nggak bisa melihat kamu sebagai selain mantan pacar dan partner kerja. Kalau kamu mau kita temenan, mungkin bisa. Tapi aku butuh waktu. Aku mungkin udah mengikhlaskan kamu dan segala kenangan kita, tapi bukan berarti aku lupa. Aku tetap ingat.

Rea berlalu dari hadapan Kamal.

Cut to:

118 EXT. TEMPAT SYUTING – SIANG HARI

Rea sedang melihat jalannya syuting. Ia menatap ke Rival yang terlihat sangat serius.

RIVAL

Scene empat, take sepuluh. Camera rolling and … action!

Tyas di sebelahnya tersenyum. 

TYAS 

You’ve got this, Ranum.

REA

(Tersenyum) Ya. 

Cut to:

Beberapa menit setelah semua selesai, Rea menghampiri Rival dan memberinya air mineral. Rival menerimanya sambil tersenyum.

RIVAL

Makasih, ya. Hari ini kamu mau ke rumah Ibu?

REA

(Mengangguk) Iya. Tapi sebelumnya aku mau ke suatu tempat. Kamu mau nganterin aku ‘kan?

RIVAL

Iyalah, masa ngebiarin pacar sendiri naik taksi? (Tersenyum) Kamu mau ke mana emangnya?

Rea tersenyum manis.

119 EXT. MAKAM – SOLO – SORE HARI

Cast: Rea, Rival

Rea menunduk di depan makam ayahnya. Ia menaburkan bunga dan menaruh satu bunga krisan di atasnya.

REA

(Menitikkan air mata) Ayah, ini Rea. Aku akhirnya bisa pulang dengan bahagia. Aku nggak malu lagi ditanya kapan nikah, apa kerjaku. Aku bisa bikin Ibu nggak digosipin sama tetangga lagi. Aku bisa biayaiin Kia sekolah dan beliin dia makanan yang enak. Aku nggak kelaperan lagi dan makan mie tiap hari. Aku … aku pulang. Aku kangen Ayah. (Terisak)

Rival mengelus punggung Rea berulang.

RIVAL

Ayah kamu pasti bangga. Kamu udah tumbuh jadi anak sulung paling kuat. 

Rea tersenyum mendengar perkataan Rival.

RIVAL

Tugas Om udah selesai jaga Rea. Saatnya sekarang saya minta izin buat jagain dia. Saya janji, saya nggak bakal bikin dia sedih, buat dia terluka. Saya bakal jaga dia sampai kapan pun. Saya janji, saya nggak bakal inggar janji.

Rea dan Rival saling menatap. Rival memeluk Rea kemudian. Sedang Rea menangis haru.

120 INT. RUMAH IBU REA – SOLO 

Cast: Rea, Rival, Ibu Rea, Kia

Ibu Rea menyambut Rea dan Rival datang.

IBU REA

Anakku Rea … (berlari)

REA

Ibu … 

Ibu Rea dan Rea saling memeluk. 

IBU REA

Kamu udah makan belum? Ibu masak akeh

REA

Pas banget dong, aku sama Rival belum makan. Kia di mana? Tidur ya, pasti?

IBU REA

Di dalam. Lagi asik foto-foto buat pamer ke konco-koncone.

Rival menyeret koper dan tersenyum melihat Ibu Rea. Rival menyalami tangan Ibu Rea.

IBU REA

Masuk dulu. Ibu bikinin teh anget. Capek mesti to?

RIVAL

Saya paling nggak lama, Bu. Ini nanti habis anterin Rea langsung mau ke hotel, masih ngedit-ngedit.

IBU REA

Hash, minum teh dulu nggak papa.

Rea menatap rentetan foto-foto ia dan keluarganya. Ia tersenyum.

KIA

Kakak! Gimana syuting? Asik?

REA

Capek banget ternyata.

IBu Rea dan Rival masuk ke ruang tamu. Rea, Kia, dan Rival duduk di ruang tamu sementara Ibu membuatkan teh. Beberapa menit kemudian, Ibu Rea membawa nampan berisi teh. 

IBU REA

Biar capeknya berkurang. Diminum.

Rea menatap Ibunya yang tersenyum bahagia. Ia lantas memeluk Ibunya.

REA

Aku seneng bisa lihat Ibu seneng kayak gini.

IBU REA

(Mengelus kepala Rea) Ibu lebih senang lagi. Ibu bersyukur sekali punya anak sulung kayak kamu.

Rea tersenyum mendengarnya. 

REA (V.O)

Hidup ini adalah proses yang panjang. Kita akan melewati jatuh-bangun dan berbagai hal di depan. Aku dulu takut sekali. Aku takut aku akan berakhir jadi pengecut karena tidak bisa menyelesaikan masalahku. Tapi, ternyata aku salah. Tiap manusia cuma perlu bersabar dan berusaha. Untuk kemudian menuai buah dari bibit yang mereka tanam sendiri. Selama itu hal yang baik, kita tak perlu merasa takut. 

Rea menatap Ibunya. Ia tersenyum.

REA (V.O)

Aku Rea. Seorang yang berusaha untuk terus utuh. Seorang yang berusaha untuk tetap sembuh.

TAMAT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar