Ranum
18. 18. Cinta

103 INT. DI DALAM MOBIL RIVAL – SORE HARI 

Cast: Rea dan Rival

Rea menoleh kea rah Rival yang fokus menyetir. Ia tersenyum.

REA

Kamu nggak perlu anterin aku. Aku hafal rute bis.

RIVAL

Aku hafal rute ke kos an kamu. (menoleh ke Rea) Padahal aku udah bilang kamu tinggal di apartemen kosongku aja, malah milih ngekos.

REA

Kita 'kan nggak ada apa-apa. Masa ya sampai aku tinggal di apartemen kamu.

Rival tersenyum geli. Ia dan Rea saling menatap dan tersenyum. 

RIVAL

Re.

REA

Apa?

RIVAL

Penyanyi favorit kamu siapa?

REA

Ruth B. Kenapa?

RIVAL

Pengin tahu aja. Em … kalau kamu lebih suka warna langitnya biru atau putih karena ada awan?

REA

Apaan sih!

RIVAL

Jawab aja. Nggak susah 'kan pertanyaannya?

REA

Aku suka yang ada awannya. Kamu kenapa nanya gini sih? Aneh tahu nggak!

RIVAL

(Menatap Rea) Karena aku pengen tahu tentang kamu. Tentang apa yang kamu suka, apa yang kamu benci, apa yang lagi jadi masalah kamu, aku pengen tahu semuanya. Kalau kamu nggak keberatan, aku pengen denger kamu cerita apa aja. 

REA

Kenapa?

RIVAL

Kamu tahu alasannya, Re. (tersenyum dan kembali fokus menyetir) Tenang aja, aku nggak bakal maksa. Kamu mau atau enggak itu terserah kamu. Aku sebagai laki-laki cuma harus nunggu. Tapi inget ya, yang butuh kepastian bukan cuma perempuan, jadi kalau bisa, jangan lama-lama mikirnya, ya?

104 INT. DI DALAM KOS

Cast: Rea, Devi, Kia

DEVI

Serius Pak Rival bilang gitu? Terus-terus Kamal mantan lo itu juga kerja di situ? Sama calon bininya?

Rea mengangguk. Kia yang sedang memakan mie instan menatap Rea.

KIA

Waw, sungguh sebuah kebetulan yang membingungkan.

REA

Gue bingung mau jawab apa ke Rival.

Devi dan Kia saling tatap. Mereka berdua tersenyum penuh arti.

DEVI

Lo mikir yang gue pikir 'kan, Ki?

KIA

Ho’oh

REA

Gue tau yang kalian pikir ya! Gue nggak bego. (menghela napas) Kalau dipikir, Rival ganteng sih, mapan, baik, perhatian, dia juga rela ke Solo dan ngasih gue kerjaan. Tapi …

REA (CONT’D)

(Menatap Kia dan Devi) Gue bingung apa gue perlu cerita masalah Kamal atau enggak. Kamal udah mau nikah sama Lala, emang. Di lain sisi, gue bingung sama perasaan gue sendiri. Lama nggak ketemu Kamal sejak putus, gue ngerasa cara dia natap gue, cara dia bicara, cara dia senyum, itu masih sama. Hah, dosa nggak ya kalau gue bilang gue kangen dia.

KIA

Kakak masih ngarepin balikan sama Kak Kamal?

REA

(Menggeleng) Enggak. Gue nggak mau balikan sama dia. Anehnya, sekarang waktu ketemu, gue malah kangen. Gue kangen masa-masa gue dan dia masih pacaran. (Menatap Devi dan Kia) Terlalu susah buat gue untuk enggak kangen sama lima tahun kami sama-sama. Dia … dia terlalu susah gue ikhlasin. (Matanya mulai berair) Gue masih sayang sama dia, Dev. Tapi gue nggak bisa sayang sama dia kayak dulu lagi. (Terisak sambil tertawa) Hah … move on emang berat, ya? 

Kia dan Devi memeluk Rea yang menangis.

DEVI

Melepaskan itu butuh waktu, Re. Nggak bisa secepat itu. 

REA

Apa gue salah kalau gue masih cinta sama dia, Dev?

DEVI

(Menggeleng) Enggak. Tapi lo salah kalau berharap lebih.

DEVI (CONT’D)

Biarin dia bahagia sama calon istrinya, Re. Kalau dia bisa bahagia tanpa lo, apa lo nggak mau berusaha bahagia tanpa adanya dia lagi? 

Cut to.

105 I/E. KAMAR KOS REA – PAGI HARI

Rea menarik sebuah kardus dari lemari. Ia membuka kardus tersebut. Isinya dalah barang-barang pemberian dari Kamal sewaktu pacaran dulu. Rea menarik napas panjang. Ia berjalan keluar dengan kardus di tangan.

Cut to.

106 EXT. DI TROTOAR MENUJU HALTE – PAGI HARI

Cast: Rea, Rival

Rival melihat Rea berjalan. Ia lalu memberhentikan mobilnya. Ia menurunkan kaca mobilnya.

RIVAL

Rea!

Rea menoleh. Ia berhenti dan melihat Rival tersenyum ke arahnya. Rea balas tersenyum.

RIVAL (CONT’D)

Ayo, bareng aku aja!

Rea mengernyitkan dahi. Ia terlihat berpikir. Namun, ia akhirnya masuk ke dalam mobil Rival.

REA

Makasih, ya.

RIVAL

(Menatap kardus) Kamu ngapain bawa kardus ke kantor?

Rea meneguk ludah. Ia menatap Rival.

REA

Pak.

Rival menatap Rea dan tersenyum geli.

RIVAL

Balik lagi manggil aku Pak Rival karena ucapanku kemarin?

REA

Iya. 

RIVAL

Maaf, ya, kalau itu buat kamu canggung. 

REA

Enggak! Enggak bukan gitu maksutnya. Aku cuma … (Menatap Rival kembali) Kamu serius mau tahu tentang aku? Semuanya? 

Rival mengangguk.

REA (CONT’D)

Aku nggak punya apa-apa buat dipamerin. Kamu kaya, aku enggak. Kamu ganteng, aku nggak cantik.

RIVAL

Selama orang itu kamu, aku nggak akan keberatan.

REA

(Menatap kardus) Oke … aku berharap kamu juga nggak keberatan sama hal yang satu ini. (Menatap Rival) Aku mantan pacar Kamal.

107 INT. PERUSAHAAN RIVAL 

Cast: Rea, Tyas, Kamal

Tyas mengambil gelas berisi kopi dan menatap Rea dengan wajah terkejut. Rea menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil memegang berrbagai dokumen.

TYAS

Reaksinya gimana? 

REA

Emm, nggak tahu gue. Susah dibaca. Habis itu diem terus sampai kita di kantor. Gue juga belum ketemu dia lagi karena dia dari pagi udah ada jadwal meeting. Hari ini juga gue nggak ada jadwal rapat sama dia. Baiknya gimana ya, Yas?

TYAS

Lo betulan minta saran ke musuh sendiri?

REA

Gue nggak ada pilihan. 

Tyas meletakkan gelas kopinya di meja kerjanya. Rea dan Tyas duduk di kursi masing-masing. Tyas mengambil beberapa kertas di mejanya. Ia menyerahkan ke Rea.

TYAS

Nih!

Rea menerimanya. Dahinya berkerut.

REA

Loh, ini scene satu sampai enam udah lo buat? Kok lo nggak ngomong dulu ke gue?

TYAS

Wasting time. Lo terlalu ngurus kisah percintaan lo yang kayak anak baru puber terus jadi nggak fokus sama kerjaan. Jadi, gue nulis itu dulu. Buat skripnya lo bisa revisi 'kan? Scene tujuh sampai dua belas baru proses gue tulis, tapi kayaknya bakal susah kalau lo nggak bantuin gue. Secara, story line dari awal sampai akhir 'kan dari ide lo.

Rea memeriksa lembar demi lembar kertas yang diberi Tyas. Beberapa waktu kemudian, ia bangkit dari duduk sambil membawa gelas tehnya.

REA

Gue periksa di ruang atas aja, ya? Gue buntu ide, butuh penyegaran.

Tyas mengangguk. Rea berjalan pergi dari sana. Ia pergi menuju lift. Di sana ternyata ada Kamal.

Kamal menoleh. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Rea.

KAMAL

(Tersenyum canggung) Gimana pun kita bakal sering ketemu. Jadi nggak ada gunanya juga ngehindarin kamu.

REA

(Balas tersenyum) Aku … (menarik lidah) Maksudnya, saya cukup kaget tahu Pak Kamal ada di sini. 

Fx: pintu lift terbuka.

Kamal dan Rea masuk ke dalam lift. Kamal menekan tombol lantai.

KAMAL

Kamu ngomong formal?

REA

Ini tempat kerja. Saya nggak bisa terlalu frontal sama atasan.

KAMAL

Kayaknya itu nggak berlaku buat Pak Kamal?

Rea langsung menoleh ke arah Kamal. Mereka saling menatap. Kamal tersenyum dan memasukkan kedua tangan ke saku celana.

KAMAL (CONT’D)

Kamu lagi dekat sama dia?

REA

(Menghembuskan napas) Apa urusannya?

KAMAL

Secepat itu ya kamu move on-nya. 

REA

Move on bukan kompetisi, Mal. Lagian bukannya kamu yang bentar lagi nikah? 

KAMAL

Jadi bener kamu lagi deket sama Kamal.

REA

Apa sih! Nggak nyambung.

Fx: pintu lift kembali terbuka.

Ketika pintu terbuka sudah ada Rival dan sekretarisnya. Rea membelalak kaget. Kamal ikutan terkejut. 

Rea dan Rival saling menatap. Rival lalu menatap Kamal. Ia tersenyum kepada keduanya. Ia masuk ke dalam lift. Ia memerintahkan sekretarisnya untuk tidak masuk ke dalam lift lewat tatapan mata. 

108 INT. LIFT – PERUSAHAN RIVAL

Cast: Rival, Rea, Kamal

RIVAL

Kamu mau ke mana, Re?

Rea meneguh ludah dan tergagap.

REA

I-ini aku … saya mau ngedit naskah di atas. 

RIVAL

Kamu bisa pakai lift lain? 

Rea menatap Rival. Kamal sedikit terkejut dengan perkataan Rival.

REA

Tapi …

Rival tersenyum memohon. Rea dengan wajah berat hati keluar dari lift. Ia menatap Rival dan Kamal sebelum pintu lift tertutup.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar