Ranum
15. 15. Sunyi Isi Hati

86 EXT. DI JALAN DEKAT SEKOLAH – SOLO – SIANG HARI

Cast: Rea, Devi

Waktu: tiga hari setelahnya.

DEVI (TELEPON)

Terus? Om Heri masih rawat jalan di rumah?

REA

(Mengangguk kepada orang yang lewat) Ya, gitu. Dokternya bolak-balik rumah.

87 INT. KAFE – JAKARTA – SIANG HARI

Cast: Rea, Devi

Fx: pintu terbuka.

DEVI

Selamat datang!

Devi memegang telepon.

DEVI (CONT’D)

Terus lo jadi ngajar di SMA-nya temen lo itu?

88 EXT. DI GERBANG SEKOLAH – SOLO – SIANG HARI

Cast: Rea, Devi

REA

Kemungkinan jadi. Tunggu tiga hari ke depan, sih. Kalau Ayah mulai membaik, gue bakal mulai kerja. Kia juga udah mulai gue siapin berkas-berkas pindah sekolahnya. Hah … (menghembuskan napas) gue jadi sibuk akhir-akhir ini. 

Fx: suara motor.

DEVI (TELEPON)

Hahaha, sabar, Cuy. Hidup emang penuh pengorbanan, apalagi orang kere kayak kita.

REA

(Tersenyum kecil) Gue telepon lagi nanti, ya. Ojek gue udah dateng.

Cut to.

89 I/E. RUMAH REA DI SOLO – SIANG HARI

Cast: Ibu, Ayah, Rea, Kia

Kia sedang membaca buku di ruang tamu. Ibu sedang menyiapkan makan di dapur. 

Fx: suara motor berhenti. 

Kia beranjak dari duduk dan membuka tirai. Ia melihat Rea pulang. Kia membuka pintu.

KIA

Kakak! 

Rea memberi uang kepada tukang ojek dan menoleh ke Kia.

REA

Hmm? (Berjalan ke arah Kia) Tumbeeen memasang wajah ceria, tidak cemberut. Ada apa gerangan adikku?

KIA

Enggak! (tertawa kecil) Bentar lagi ulang tahun ayah, terus Ibu bilang, gimana kalau kita ngerayainnya makan-makan besar? Biar nanti Ibu yang masak. Dan, karena Ibu takut kalau udah nggak ada waktu lagi buat a─

REA

(Memasang wajah kaku) Kenapa?

KIA

Ibu mikir keadaan terburuknya, Kak. Kita nggak bisa masang ekspektasi tinggi sama kondisi yang emang udah kritis. 

Rea masuk ke rumah. Ia berjalan ke dapur.

KIA (CONT’D)

Kak!

Rea menyibak tirai dapur. Ibu yang sedang memasak menoleh dan tersenyum. 

IBU REA

Rea, uwis pulang?

REA

(Menatap berbagai masakan) Ibu ngapain, sih? 

IBU REA

Ayah yang─

REA

Jadi Ibu juga mikir apa kata dokter kemarin? Nggak ada apa di rumah ini yang berpikir positif?! 

IBU REA

Re, (mendekat ke Rea) Ibu ngerti perasaan kamu─

REA

Ibu nggak ngerti! Dari dulu Ibu tuh nggak pernah ngerti kondisi aku kayak gimana! Perasaan aku kayak gimana! Sekarang Ibu juga nggak ngerti keadaan Ayah? Ibu tuh cuma dengerin kata orang! Ibu nggak pernah denger kata aku! Emang dipikir aku juga mau kayak gini? Enggak! Bu, Ayah nggak bakal meninggal! Ayah bakal liat aku sampai sepuluh tahun ke depan, sampai Kia lulus kuliah, sampai aku nikah dan punya cucu! Kenapa Ibu justru buat hal-hal kayak begini, sih? 

AYAH REA

Rea!

Rea, Ibu, dan Kia kaget. Mereka langsung menoleh ke ayah yang tiba-tiba datang.

IBU REA

(Berjalan ke arah suaminya) Ayah 'kan disuruh istirahat. (Memapah untuk duduk di meja makan) Jangan banyak gerak dulu.

AYAH REA

(Menatap tegas kepada Rea) Duduk. Kia juga duduk. 

Rea dan Kia duduk berhadapan dengan Ayah Rea. Ibu Rea yang ingin kembali memasak dicegah oleh ayah Rea.

AYAH REA (CONT’D)

Bagus apa, kalau anak ngomong sama orang tuanya teriak-teriak begitu? Merasa pintar? Gaya hidup di kota kamu bawa kemari, begitu? Anak sulung, tapi nggak bisa kasih contoh baik buat adiknya. Anak sulung, tapi beraninya cuma ngelawan orang tua.

IBU REA

Yah, udah … Mesakno Rea.

AYAH REA

Minta maaf ke ibumu!

Rea

Rea menatap ayahnya. Ia lalu menatap Ibunya.

REA

Maaf, Bu. Tadi emosi.

AYAH REA

Dengar, Rea, Ayah sama Ibu juga ngalami susah kaya kamu. Nggak ada tetangga yang nggak mencibir. Idul Fitri nggak pulang, Idul Adha nggak pulang, memang Rea itu kerjo opo? Sibuk banget to? Tiap hari Ayah lihat Ibumu digosip sama tetangga.

REA

Aku udah bilang sama Ibu, nggak usah didengerin omongan orang, Yah.

AYAH REA

Terus Tuhan nyiptain telinga buat apa? Tuhan nyiptain mata buat apa? Pajangan? Ayah dan Ibu nggak minta kamu buat pulang, buat cepet-cepet nikah. Bukan karena Ayah atau Ibu butuh uangmu, atau nggak kuat biayaiin hidupmu sampe nyuruh buat nikah. Pacaran lama-lama sama orang kaya, katanya, nyatanya apa? Putus juga. Ayah sama Ibu nggak minta duitmu. Nggak minta kamu transferin tiap bulan. Ibu bisa kerja di pabrik, Ayah bisa buka warung di rumah. Ayah sama Ibu itu cuma khawatir. Kamu makan sama apa, bisa tidur nyenyak atau tidak. Dua tahun nggak pulang, sekalinya pulang justru marah-marah ke Ibumu? 

REA

Maaf, Yah. Maaf kalau aku bikin khawatir, maaf kalau aku nggak bisa nikah cepet dan malah putus sama Kamal. Maaf kalau selama ini aku nggak pernah pulang. Aku cuma nggak mau kalau aku pulang justru Ibu bakal lebih ditanya-tanya. Aku cuma pengen kerja, biar aku bisa balas budi ke kalian. Aku bawa Kia biar aku sadar kalau aku harus kerja keras. Aku minta maaf kalau aku marah-marah. Aku cuma nggak mau … nggak mau Ayah pergi. Aku … (meneteskan air mata) Aku nggak mau Ayah pergi, sebelum liat aku jadi orang sukses. Aku belum bisa banggaiin kalian berdua. Jadi sebelum waktunya tiba, aku nggak mau Ayah pergi duluan. (menangis)

Kia menggenggam tangan Rea. Ibu Rea tersenyum.

IBU REA

Uwisora popo. Ayah sama Ibu ngerti. 

Rea menatap Ibunya dan menangis. Ibunya mengusap pipi Rea dan menghapus air matanya.

AYAH REA

Kita makan aja dulu. Kamu belum makan to?

Rea menggeleng. 

KIA

Aku yang ngambil piring! (Tersenyum semangat)

Ibu, Ayah, Rea, dan Kia makan. Rea mengunyah nasi sambil emnangis. Ibu Rea tersenyum.

IBU REA

Udah nangise kui. Jiaan anak wedok … Makan dulu. 

Rea tersenyum dan mengangguk.

Cut to.

90 INT. RUANG TAMU – MAGRIB / MALAM HARI – SOLO 

Cast: Rea, Kia, Ibu, Ayah

Fx: adzan magrib.

KIA

Bu, Ayah nggak keluar-keluar? Katanya tadi mau jamaah?

IBU REA

Bentar Ibu panggilin. (Berjalan ke arah kamar)

Rea menutup laptopnya. 

IBU REA (CONT’D)

Ayaaaaah! 

Rea dan Kia saling tatap. Mereka berlari ke kamar Ayah Rea.

91 INT. KAMAR AYAH REA – MALAM HARI – SOLO 

Ibu Rea duduk di sebelah ayah Rea yang tertidur sambil menangis.

REA

(Mendekat) Ayah … (membangunkan) Ayah! Ayah! (mulai menangis)

Kia langsung menangis dan memeluk Ibu Rea.

REA (CONT’D)

Ayah bangun! Ayah! (menangis)

Ayah Rea tidak bergerak dan tetap tertidur.

Rea dengan tangan gemetar mengambil ponsel.

REA

(Menggigit bibir) Ha-halo? Tolong … Ayah saya … (menangis)

92 EXT. DI DEPAN RUMAH RIVAL – JAKARTA – PAGI HARI 

Cast: Devi, Rival, Bu Gina (Ibu Kamal)

Devi menunggu di depan rumah Rival dan menekan bel. Rival membuka pintu dari dalam.

Fx: suara bel.

RIVAL

Devi?

DEVI

Pa-pa-pak Rival … Saya mau … ketemu Bu Gina.

RIVAL

Ketemu Mama saya? (Mengernyit) 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar