Ranum
5. 5. Yang Ingin Kembali

30 INT. DAPUR RUMAH IBU REA 

Ibu Rea memegang ponselnya dengan gemetar. Beberapa saat kemudian, ia mengelap wajahnya dengan tangan. Ayah Rea membuka pintu di dekat dapur dan mendapati istrinya duduk melamun.

AYAH REA

Bu? Kok di sini to? Ngalangin jalan iki, lho.

IBU REA

Ayah … sampun minum obat?

Ayah Rea mengangguk. Ia ikut duduk di sebelah istrinya.

AYAH REA

Kenapa? Tetangga gibahin Rea lagi?

Ibu Rea menggeleng. Lantas tiba-tiba menangis dan memeluk suaminya.

IBU REA

Andai Ibu iki orang sugih, mesti Rea nggak bakal hidup susah.

31 INT. KAMAR REA 

Rea membawa kardus besar, lalu ditaruh di sebelah kasur. Ia membuka laci mejanya. Mengambil dua foto, buku novel, dan dompet, kemudian dilempar ke kardus. Rea lantas membuka lemarinya. Dilihatnya baju-baju yang tergantung. Tiga buah baju ikut dilempar ke kardus. Ia lalu menunduk ke bawah kolong meja. Mengambil dua high heels, kembali dimasukkan ke dalam kardus. 

Nafasnya naik-turun karena lelah. Ia akhirnya duduk di sebelah kardus. Tangannya mengambil sebuah foto yang telah terbingkai. Fotonya dengan Kamal ketika Rea wisuda. Ia mengamati foto itu dengan pandangan sulit dibaca.

Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk di ponselnya dari Kamal.

KAMAL (PESAN MASUK)

Besok bisa ketemu?

Rea yang membaca sekilas segera membalikkan ponselnya. Ternyata, Kamal mengiriminya pesan kembali. Dengan terpaksa Rea kembali membaca pesan Kamal.

KAMAL (PESAN MASUK)

Tolong ngertiin perasaan aku, Re. Aku juga di posisi sulit.

Rea lalu menyisir rambutnya dengan tangan. Rambutnya yang dikucir satu menjadi tambah acak-acakan. Dengan ragu ia membalas pesan Kamal.

REA (PESAN MASUK)

Jam berapa?

Karena ragu, Rea menghapus pesan itu dan menggantinya.

REA (PESAN MASUK)

Aku nggak bisa.

Rea menatap foto di tangannya itu sekali lagi. Ia lantas mengambil kardus itu dan menaruhnya di bawah kolong tempat tidur. Ia lantas berbaring di atas kasur. Kedua kakinya ditekuk dengan posisi tangannya saling memeluk, seperti embrio dalam rahim ibu. 

Matanya perlahan menutup. Air mata kembali menetes.

32 INT. KAMAR REA – PAGI HARI

Cahaya matahari yang masuk mengganggu tidur Rea. Jemari tangannya mencoba untuk menutupi sinar, tapi tak bisa. Matanya terbuka perlahan. Ia mengulet pelan. 

Rea bangun dari tidur. Ia menatap kaca untuk melihat keadaannya. Rambutnya yang dikucir nampak acak-acakan. Matanya sayu dan membengkak, sedang bibirnya terlihat pucat.

Ia mengecek ponselnya yang tergeletak di bawah lantai. Ada pesan dari Kamal.

KAMAL (PESAN MASUK)

Plis … kita harus bicara, Re.

Rea membaca itu sekilas. Ia lalu memilih untuk menghapus nomor ponsel Kamal dari ponselnya.

KIA (SUARA DARI DAPUR)

Hush! Hush! (Suara memukul sesuatu dengan sapu) Pergi lo, dasar kecoa! 

33 INT. DAPUR RUMAH REA

Kia dengan pakaian seragam lengkap mencoba membunuh kecoa dengan sapu. Rea keluar dari kamar dan melihat adiknya.

KIA

Mati nggak lo! Mati! Aaa! (berlari menjauh ketika kecoa itu mendekat)

Kia akhirnya berhasil membunuh kecoa itu. Ia tersenyum senang.

KIA (CONT’D)

Haduuuh … akhirnya … (membalikkan badan ke arah Rea) Hah! (memegang dada karena terkejut)

Rea tersenyum kecil. Ia melirik ke atas meja makan yang sudah tersedia dua telur goreng.

REA

Pagi-pagi udah ribut sama kecoa. Nggak ada temen buat diajak ribut?

Kia membuang kecoa itu di tempat sampah, lalu menaruh sapunya di pojokan dapur.

KIA

Kecoanya ngajak ribut duluan. Lagi enak-enak mau makan malah muncul.

Kia duduk di seberang Rea. Ia mengambil dua piring. Satu piring diberikan kepada Rea. 

REA

Tumben bikin sarapan. Biasanya bangun pagi aja susah.

KIA

Dih, nggak sadar diri! 

Rea menaikkan satu alis. 

KIA (CONT’D)

Aku gini 'kan gara-gara Kakak galau. 

REA

Apa sih!

KIA

Halaaah! Apa-apa! Aku tahu dari Kak Devi. Dia cepu bilang kalau Kakak putus sama Kak Kamal. Ya udah deh, aku ikutan cepu, lapor ke Ibu. Ibu ternyata udah tahu duluan. Kakak yang bilang?

Rea menghela napas, lalu mengangguk pelan. Ia mencoba tersenyum sambil memakan sarapannya.

REA

Mungkin emang belum jodoh. Toh, ada baiknya juga 'kan? sekarang Kakak bisa fokus kerja, nyekolahin kamu. 

Kia mengunyah makanannya pelan. Ia berdiri dari duduk dan berjalan ke samping Rea, memeluknya. Rea terkejut mendapati Kia yang memeluknya.

KIA

Kalau sekarang ngerasa sediiih terus, mungkin Tuhan lagi nyiapin hadiah besar yang bisa bikin kita bahagia. Kalau sekarang Kakak kehilangan seseorang, siapa tahu bakal datang orang yang lain? 

Kia menepuk-nepuk pundak Rea. Rea tersenyum kecil, meski pandangannya kembali kosong. 

34 EXT. DI DEPAN CAFE REA BEKERJA – PAGI HARI

Rea memandang sekelilingnya. Ia menghembuskan napas, lantas mengeratkan jemari pada tas selempangnya. Tersenyum semangat. 

Saat Rea akan membuka pintu cafe, Devi dari belakang mengejutkannya.

REA

(Terkejut) Gue kira siapa!

Devi menyengir sembari memperlihatkan deretan giginya.

DEVI

Gimana hari pertama jadi jomblo? Udah nangisnya? 

Rea menatap Devi kesal. Pintu cafe terbuka, Rea dan Devi masuk.

35 INT. DI DALAM CAFE

Rea menaruh tasnya di atas kursi. Lalu memakai celemek kerjanya. Hal serupa juga dilakukan oleh Devi.

REA

Kamal ngajakin gue ketemu.

DEVI

(Sambil memakai celemek) Ya udah ketemu aja. 

REA

Gue nggak siap. Gue mending putus nggak baik-baik daripada harus putus baik-baik. Gue nggak mau lihat mukanya, nanti susah move on.

DEVI

Ck! Preet! Kepinteran lo dalam dunia asmara gini perlu dipertanyakan kebenarannya tahu, Re. Sekarang aja lo bilang nggak mau ketemu, tapi entar kalau beneran ketemu bisa─

REA

Selamat pagi! Selamat datang di cafe kami!

Devi menatap Rea yang memotong pembicaraannya karena menyapa pelanggan yang datang. Rea balas menatapnya dengan senyum mengejek dan mengangkat bahunya. Raut kesal terbingkai di wajah Devi. 

DEVI

Saran gue, mending ketemu sama Kamal, omongin baik-baik.

36 INT. DI DALAM CAFE

Rea sedang mengecek ponselnya, barangkali transferan uang hasil menulis cerita kemarin sudah masuk ke rekeningnya. Devi sedang duduk di meja kasir. 

DEVI

Re, sampah yang di ujung dapur itu tolong lo buang, deh! 

Rea tetap fokus pada ponselnya. Devi membalikkan badan ke arah Rea.

DEVI (CONT’D)

Rea!

REA

Hah? (langsung mengangkat wajahnya) 

Melihat wajah Devi yang menahan kesal, Rea menyengir kecil.

REA (CONT’D)

(Menggaruk kepala) Ah … sampah, ya? Iya-iya, gue buang nanti.

DEVI

Gaji lo gue potong!

REA

Haduuuh! Iya-iya! SEKARANG gue buang! Nitip hp gue, kalau Garut udah ngasih transferan, jawab aja 'iya, makasih'.

DEVI

Kalau belum?

Rea yang sudah berjalan ke dapur menoleh. Ia mengibaskan tangannya.

REA

Jawab aja terserah lo. Paksa dia kalau bisa. 

37 EXT. PARKIRAN DEPAN CAFE

Rea membuka tutup tong sampah yang ada di pinggir parkiran. Lalu memasukkan sekantong plastik ke dalamnya. Ia menutup hidung karena bau.

REA

(Mengibas-ngibaskan tangan) Uh … ya! Ampun baunya! (Berlagak ingin muntah)

Ketika membalikkan badan, ada sebuah mobil yang terparkir di dekat pintu masuk. Rea berhenti berjalan, dahinya mengernyit. 

Seorang laki-laki memakai setelan jas keluar dari mobil. Ternyata itu Kamal. Sontak, Rea menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan. Jari telunjuknya otomatis mengacung.

REA

Kamal … Aduh, sialan! Mati gue! Kenapa harus ke sini sih?!

Kamal yang merasa diperhatikan menoleh. Dengan buru-buru Rea bersembunyi di balik tembok, tepat di sebelah tempat sampah. Ia langsung menutup hidung dan kembali merasa ingin muntah.

Karena tak mendapati apa-apa dan siapa-siapa, Kamal akhirnya memilih untuk masuk ke dalam cafe.

Rea mengintip dari balik tembok. Ia menghembuskan napas lega karena Kamal tak melihatnya. Lalu memukul-mukul kepalanya dengan tangan karena frustasi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar