PANITIA
11. Sejarah

140. INT. LAB KOMPUTER SEKOLAH – MALAM

Terlihat Bima berdiri di depan lab komputer menatap layar poyektor yang menampilkan video slide foto-foto jadul hitam-putih berisi foto tokoh-tokoh sejarah, kejadian sejarah berdarah, dan foto-foto dokumentasi pembataian masa lalu akibat konflik politik.

Dip to Black


141. INT. KORIDOR SEKOLAH – MALAM

Terlihat Bima berjalan cepat, keluar dari lab komputer menuju lapangan sekolah lalu muncul sebagai latar Pak Guru dan delapan anak teater yang mengikuti Bima dengan langkah lambat.

Terlihat Bima berlari menyeberangi jalan menuju Kantor Desa yang sudah diramaikan oleh warga sepuh, kakek-kakek dan nenek-nenek, yang membawa senjata tajam.

PAK GURU

Dia wis ndeleng sejarah kita!


Para warga sepuh tampak gusar.

PAK KHAIR

Sabar, saudara-saudaraku. Kita punya rencana yang lebih besar.


SESEPUH 1

Mateni kene wae!


PAK KHAIR

Sabar, saudara-saudaraku! Mba Erna sudah merancang pembalasan yang lebih besar!


SESEPUH 2

Neng siji iki ra iso uwal!


Terlihat warga sepuh maju untuk mengerubungi Bima yang terlihat panik.

Dip to Black


142. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA – SORE

Erna, Nazar, dan Tari sedang melihat peta Pulau Setengah yang terlihat kusam.

Jari Nazar menunjuk satu titi di peta yang menunjukan pantai barat Pulau Setengah sebagai tempat kuburan masal.

NAZAR

Dari sini sampai sekitar sini.


TARI

Tinggal bagaimana kita punya alasan untuk menggali agar bisa mengubur mereka di lubang yang sama dengan para pahlawan.


ERNA

Dengan hobi mereka.

Dip to Black


143. INT. RUANG PENYEKAPAN – MALAM

Terlihat Pak Rendra, Pak Khair, Pak Guru, warga pemuda, dan warga sepuh sedang rapat.

PAK RENDRA

Satu yang kemarin itu sudah cukup membuat mereka takut dan melapor polisi. Rencana besar kita bisa buyar!


SESEPUH 3

Bisa bagian dokumentasi mereka sempat membagikan informasi.


SESEPUH 1

Kita mateni wae sing ana tinimbang ora ana pisan!


WARGA PEMUDA 1

Iya, serahkan saja pada kami! Biar kami bantai!


PAK KHAIR

Jumlahnya terlalu sedikit dibanding keluarga-keluarga kita dulu! Lebih baik kita beri Mbak Erna kesempatan menyelesaikan. Sudah bertahun-tahun kita rencanakan, jangan sampai gagal!


PAK RENDRA

Saya yakin informasi sejarah kita belum tersebar, karena menara BTS sudah kita rusak. Mereka tak punya sinyal internet, Pakde. Aman!


SESEPUH 3

Lalu rencanamu mengatasi keterlanjuran ini bagaimana, Rendra?


PAK RENDRA

Kita lepas Mba Erna. Biarkan Mba Erna melanjutkan. Jika ada indikasi kegagalan, baru kita bantai yang ada.


Terlihat sesepuh saling pandang lalu Sesepuh 1 dan Sesepuh 2 mengangguk hampir bersamaan.

Cut To


144. INT. RUANG PENYEKAPAN - MALAM

Erna tergangtung dengan tangan terikat lalu tirai tersibak membuatnya terperanjat.

Terlihat Pak Khair masuk ke ruang penyekapan membawa pisau dengan langkah perlahan dan wajah bengis terus menatap ke arah Erna.

ERNA

(Terisak-isak)

Kenapa, Pak? Bukannya Pak Khair bersama Pak Rendra? Pak Rendra janji bakal membantu saya. Kenapa, Pak?

 

PAK KHAIR

Memang. Tapi kami tak bisa menahan.

 

Pak Khair mengayunkan tangannya yang memegang pisau melepaskan ikatan Erna yang membuatnya bergelantungan.

PAK KHAIR

Maaf jika mereka sampai memperlakukan Mba Erna seperti ini. Tidak semua warga mengenal Mbak.Tidak semua warga bisa bersabar, terutama warga sepuh dan pemuda perantau.

(Ikatan Erna terlepas)

Mereka sudah memendam dendam terlalu lama. Sekarang kembalilah ke pulau dan lanjutkan rencana kita.

Dip to Black



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar