PANITIA
6. Dilema

75. EXT. PANTAI PULAU SETENGAH – PAGI

Muncul teks: H-4

Terlihat ombak bergulung menerpa pasir pantai dengan latar Pondok Utama di kejauhan.

Cut To

 

76. EXT. DERMAGA PANTAI PULAU SETENGAH – SIANG

Erna terlihat memperhatikan Ibad yang sedang menaikan tiga pelampung batas snorkling smentara Operator Perahu Karet yang sedang menyalakan mesin.

ERNA

Bahan bakarnya sudah dibikin penuh kan, Pak?

 

OPERATOR PERAHU KARET

Sudah, Mbak. Aman.

 

Suara mesin terdengar.

ERNA

Bad, kamu harus coba menjalankan perahu karetnya yah.

(Berpaling ke Oprator Perahu Karet)

Pak, kasih dia coba pegang kemudi yah.

 

OPERATOR PERAHU KARET

Siap Mbak.

 

IBAD

 Hah, serius, Mba?

 

ERNA

Serius! Bapaknya kan nggak ikut sampai hari-H.

 

Ibad melihat ke arah Operator pertahu karet yang tersenyum ke arah Ibad.

 

OPERATOR PERAHU KARET

Gampang kok, Mas. Aman.

ERNA

Nggak usah terlalu jauh, Pak masang pelampung batasnya.

 

OPERATOR PERAHU KARET

Siap, Mba. Nggak akan lebih dari peraian dangkal terumbu karang.

 

ERNA

Oke, hati-hati. Aku ke sekolah ya , Bad. Lihat persiapan anak-anaklatihan teater.

 

IBAD

Oke, Mba. Kostum mereka ada di Grandmax, yah.

 

ERNA

 Oke, tengkyu, bye.

 

Erna berbalik badan dan berjalan menjauhi pantai sementara perahu karet meninggalkan dermaga ke arah laut sambil mencoret catatan jurnalnya lalu mengeluarkan hate dari saku celana.

ERNA

Masuk, Hen. Bilangin Pak Suleh berangkat sekarang.

 

VO SUARA IBAD DARI H.T

Siap, Na. Aku sampein.

(Masih menekan tombol HT)

Pak Sule…

Cut To


77. EXT. DEPAN PONDOK KECIL – SIANG

Hendri yang sedang mendorong gerobak berisi bantal dan selimut untuk disimpan di pondok-pondok kecil, melepas tekanan jarinya pada HT setelah Erna memintanya menyampaikan pesan ke Pak Suleh yang sedang mengemudikan mobil bak pembawa tumpukan kursi pelastik.

HENDRI

Mba Erna udah nunggu ya. Berangkat sekarang katanya.

 

PAK SULEH

Oh, oke, Mas Hen!

(Pak Suleh menghentikan mobil)

 

Terlihat seorang Pekerja Tukang Angkut turun dari bagian belakang mobil lalu mengangkat empat tumpuk kursi pelastik.

PAK SULEH

Mas, lanjut dulu sendiri, yah. Sekitar sini saja dulu.

(Lalu berjalan menuju parkiran depan Pondok Utama)

 

PEKERJA TUKANG ANGKUT

Enggeh, Pakde.

(Lanjut mengangkat tumpukan kursi pelastik ke pondok kecil terdekat)

 

Hendri berhenti di pondok kecil yang baru saja didatangi Pekerja Tukang Angkut sementara Vivi mengambil empat bantal dan empat selimut dari gerobak yang Hendri dorong.

Terlihat tatapan Hendri agak lain pada Vivi yang terlilhat murung.

Ketika Vivi mulai berjalan mendekati pondok kecil berikutnya Hendri mengikuti dari belakang.

HENDRI

Mau istirahat dulu?

 

VIVI

Nggak.

 

HENDRI

Kalau kamu murung begitu, kerja gampang capek.

 

VIVI

Emang capek, Hen! Memang kamu nggak?

 

Hendri berhenti mendorong lalu menghela napas.

HENDRI

Empat hari lagi, Vi! Empat hari lagi!

 

VIVI

Empat hari lagi dan kita harus pura-pura nggak ada apa-apa.

 

Terlihat Hendri menunduk sementara Erna mendekati gerobak tapi tidak mengambil apapun.

HENDRI

Bukan pura-pura nggak ada apa-apa. Kita menunda tindakan.

(Menghela napas lagi)

Kita mengambil pilihan yang mendingan dari dua pilihan buruk.

(Menunggu Vivi menanggapi tapi tidak terjadi)

Aku butuh fee dari jadi panitia acara ini, Vi. Kamu juga. Kesempatan yang nggak akan kita dapatkan lagi. Setelah ini kita nggak jadi kader lagi pun nggak masalah. Cukup sampai aku dapat kerjaan baru.

 

Terlihat raut Vivi menunjukan sedang berpikir untuk tabah, kemudian ia mengambil empat bantal dan empat selimut.

Cut To


78. EXT. LAUT DANGKAL SISI TIMUR PULAU SETENGAH – SIANG

Terlihat Operator Perahu Karet baru menyelam sementara Ibad mengeluarkan ponselnya lalu memilih mode kamera kemudian memoto pemandangsn sekitar.

Terlihat dari kamera ponsel Ibad pemandangan laut dengan empat perahu nelayan di kejauhan lalu satu kapal besar yang terlihat kecil di kejauhan

Terlihat raut Ibad heran karena ada kapal besar di kejauhan.

Operator perahu karet muncul ke permukaan dekat pelampung yang baru di pasang membuat Ibad berpaling pandang padanya.

Operator perahu karet naik kembali ke perahu karet.

OPERATOR PERAHU KARET

Ayo, Mas, coba pegang kemudinya. Nih lihat cara narik tali starternya.


IBAD

(Sambil melihat proses menarik tali starter)

Siap, Pak. Mohon arahannnya, Pak.


OPERATOR PERAHU KARET

Yang penting tenang, Mas,

 

Kapal kembali melaju dengan Ibad sebagai pengemudinya.

Cut To

 

79. EXT. PARKIRAN KANTOR DESA – SIANG

Terlihat Erna menutup pintu mobil Grandmax sementara Pak Suleh baru turun dari pintu kemudi lalu terlihat Pak Khair mendekat dari teras ke parkiran.

ERNA

Pak Suleh tunggu di sini saja, saya ke sekolah dulu lihat anak-anak.

 

PAK SULEH

Iya, Mbak.

 

PAK KHAIR

Mari sini, Mas. Ngopi-ngopi dulu.


Pak Sule berjalan ke arah teras Kantor Desa sementara Erna menuju jalan raya.

Cut To

 

81. EXT. DERMAGA PULAU SETENGAH – SORE

Terlihat Ibad mengemudikan perahu karet bersama Operator perahu karet lalu berhenti di titik lempar.

Operator perahu karet melempar pelampung berpemberat ke laut.

IBAD

Kok hari H nggak ikut, Pak?


OPERATOR PERAHU KARET

Nggak diperlukan, Mas. Kan kapal ini dibeli bukan disewa.


IBAD

Oh dibeli? Kenapa pakai dibeli segala?


OPERATOR PERAHU KARET

Penggunaannya lanjut sepertinya.


IBAD

(Raut berpikir)

Oh, mungkin lanjut jadi inventaris pengelola pulau


OPERATOR PERAHU KARET

Mungkin


Cut To

 

82. INT. KELAS SEKOLAH SD TEMPAT LATIHAN TEATER – SIANG

Terlihat Erna duduk di samping Pak Rendra, Pak Khair, dan Pak Guru, menghadap ke delapan anak kecil yang sedang menampilkan aksi teater tentang PGB.

Terlihat raut Erna terharu dengan mata berkaca-kaca.

Terlihat anak-anak selesai menampilkan latihan teaternya dan salim pada Erna.

ERNA

Terima kasih ya, adik-adik, Penampilannya sudah bagus banget.

(Berpaling pada Pak Guru)

Terima kasih juga untuk Pak Guru, sudah berkenan mengajari anak-anak.


PAK GURU

Sama-sama, Mba Erna, Dengan senang hati, Sudah kewajiban saya. Apalagi melihat anak-anak jadi punya peran serta yang bikin mereka senang juga.

 

Terlihat Erna mengangguk-ngangguk lalu mengusap air mataya.

Cut To


83. EXT. DERMAGA PULAU SETENGAH – SORE

Terlihat lima perahu berjajar di dermaga dengan Hendri di salah satunya dengan lima tas mancing tergeletak di pinggiran dermaga.

Terlihat Hendri di atas perahu yang bersandar di dermaga sambil memegang joran lalu melemparkannya ke laut dengan latar perahu karet yang dikemudikan Ibad mendekat hendak merapat ke deramaga.

HENDRI

(Agak berteriak karena jarak serta turun dari perahu)

Wih, asyik banget, udah bisa aja kamu, Hen.

 

Ibad tersenyum pada Hendri lalu turun dari perahu setelah cukup rapat dengan deramga, disusul Operator perahu karet.

IBAD

Lumayan, lah. Ngga sesulit yang saya kira, Mas Hen. Tapi masih perlu jam terbang, eh, jam layar.

 

Ibad, Hendri, dan Operator perahu karet tertawa bersama.

Cut To

 


84. EXT. PERAHU KARET – SORE

Ibad mengemudikan perahu karet ke sisi barat Pulau Setengah untuk melempar pelampung dan pemberat sebagai batas perahu lalu mengurangi kecepatan dan berhenti untuk melempar.

Terlihat pemberat pelampung tenggelam hingga ke dasar laut dangkal.

Ibad hendak menjalankan perahu karet namun perhatiannya tertuju pada dua sosok manusia di pinggir pantai daratan yang bersebelahan dengan Pulau Setengah.

Cut To


85. EXT. DARATAN SEBELAH BARAT PULAU SETENGAH – SORE

Dua sosok nelayan tua terlihat berdiri menghadap lautan melihat ke arah Ibad.

 Dip to Black

86. EXT. JALANAN HUTAN MENUJU PULAU SETENGAH - MALAM

Terlihat mobil Grandmax hendak melintas namun terlihat patahan batang pohon menghalangi

ERNA

(Menyondongkan tubuhnya untuk melihat batang pohon)

Kok? Tadi sore nggk ada. Muat nggak, Pak?


PAK SULEH

Nggak, Mbak. Harus geser sedikit.


ERNA

Jangan dulu, Pak! Perasaan aku nggak enak nih! Kita mundur aja, Pak! Kita balik ke Kantor Desa!

 

Pak Suleh mengoper perseneling hinnga terlihat batang perseneling mengarah ke R.

Terlihat bagian dalam mobil menjadi terang karena sorot lampu jauh dari belakang mobil, membuat Erna dan Pak Suleh menyipitkan mata.

ERNA

(Panik)

Siapa, sih?


PAK SULEH

Kaya mobil Avanza kita. Mungkin Mas Bima, Mba.


Terdengar suara benturan keras pada kaca depan hingga terlihat kaca depan Grandmax retak karena tumbukan batu besar di bagian tengah.

ERNA

(Menjerit)

 

Pak Suleh mengeoper perseneling ke gigi satu dengan cepat lalu menginjak pedal gas menabarakan mobil pada batang pohon.


PAK SULEH

Pegangan, Mba!


Terlihat mobil Grandmax kesulitan melewati batang pohon.

Pak Suleh hendak mengoper perseneling ke gigi R tapi kaca jendela kemudi dipecahkan oleh besi logam hingga membentur kepala Pak Suleh kemudian satu tangan mencekik leher Pak Suleh dan membuka kunci pintu kemudi sampai kunci kiri pun terbuka.

ERNA

(Menjerit)

Dip to Black


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar