PANITIA
4. Percepatan

31. EXT. PULAU SETENGAH – PAGI

Muncul teks: H-6

Terlihat pemandangan Pulau Setengah dengan Pondok Utama dan pondok-pondok kecil di pantai sampai ke jembatan yang sedang dilalui dua mobil losbak kemudian dua mobil box.

Terlihat dua tukang sedang membangun pondok kecil di pantai, lalu dua tukang lagi sedang membangun pondok kecil juga.

Daro POV kamera Bima: Terlihat Lukman, Awi, dan Pak Suleh, menggotong atap ijuk pada pondok kecil, setelah berhasil ketiganya bersorak lalu menyapa dengan lambaian tangan.

Through The Window to Koridor Lantai Dua Pondok Utama

 

32. INT. KORIDOR KAMAR LANTAI DUA PONDOK UTAMA – PAGI

Terlihat Ibad dengan HT disaku celana melakukan ceklist pada daftar perlengkapan, sementara dua tukang sedang merakit dipan.

Ibad keluar dari kamar 18 melewati kamar 17 yang pintunya terbuka, lalu hampir menabrak dua tukang yang keluar menggotong tangga, lalu terlihat Erna dengan HT dipundak memberikan arahan pada tukang yang sedang mengecat.

HT Erna berbunyi.

VO HT VIVI

Na, vendor panggung udah nyampe nih.

 

ERNA

(Menekan HT lalu bicara)

Oke, Vi.

(Melepas tekanan pada HT)

Ini selesai ke kamar 18 dulu ya, Pak. Dahulukan bagian dalamnya, bagian luar kamar ini dan kamar 18 belakangan saja. Saya mau pengecatan bagian dalam beres dulu semua.

 

TUKANG NGECAT

Siap, Bu.

 

ERNA

Bad! Ibad!

 

Ibad berjalan mundur agar bisa melihat Erna di kamar 17.

IBAD

Iya, Mba?

 

ERNA

Vendor panggung sudah sampai katanya. Vendor bilik toilet juga OTW. Kamu arahin titik panggungnya. Pastikan arahnya sesuai desain. Jangan lupa invoicenya.

 

IBAD

Siap, Mba.

 

Ibad berjalan namun balik lagi karena Erna kembali memanggil.

ERNA

Eh, Bad, Bad! Hendri suruh nyalain HT-nya juga dong. Kayanya belum tuh.

 

IBAD

Oke, Mba.

 

Ibad berjalan menuju tangga sambil membuka lembar desain panggung, lalu turun dengan cepat, berpapasan dengan seorang tukang yang menenteng kaleng cat putih. 

Cut To


33. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – PAGI

Dari POV kamera Bima terlihat Ibad bejalan cepat dari teras menuju ujung parkiran tempat Truk Dyna pebawa peralatan panggung berhenti.

BIMA

Ini dia, guys, anak magang tapi lebih sibuk dari kader.

(Ibad melewati Bima tanpa menanggapi)

Luar biasa!

 

Ibad menyapa sopir truk yang sedang merokok di depan truk, bersalaman, kemudian memberi petunjuk arah.

IBAD

Lokasi panggung di sana, Pak. Ayo, Pak, kita ke sana.

 

SOPIR TRUK

Oke mas.

(Mematikan rokok, kembali naik ke balik kemudi)

 

IBAD

Rombongannya berapa orang, Pak? Biar saya siapkan buat nanti makan siang.

 

SOPIR TRUK

Kami berenam, Mas.

 

IBAD

(Langsung mencatat sambil berguman lalu berjalan menuju lokasi panggung)

Oke, enam yah.


Truk Dyna mulai meyusul Ibad.

 

HT Ibad memperdengarkan suara Erna.

VO HT ERNA

Bad, udah ketemu orang panggung?

 

IBAD

Ini baru ketemu, Mba.

 

VO HT ERNA

Udah loading out?

                                    

IBAD

Baru OTW lokasi, Mba.

 

VO HT ERNA

Tahan dulu, yah, orang eskavator udah sampe, mereka harus lewat dulu.

 

IBAD

Pak, tahan dulu, Pak! Tahan dulu!


Truk ngerem mendadak karena teriakan Ibad, dengan sopir dan kernet terlihat terhentak ke dapan.

KERNET

Jancuk! Piye toh, Pak?

 

SOPIR TRUK

(Mengeluarkan kepala ke arah Ibad)

Kenapa, Mas?

 

IBAD

Sebentar, Pak, truk yang bawa eskavator mau lewat dulu, biar ngga kehalangan.

Cut To


34. EXT. SAMPING JEMBATAN PULAU SETENGAH – PAGI

Truk pengangkut mini eskavator melewati jembatan menuju Pulau Setengah.

Ibad memberi arahan pada sopir truk pengangkut eskavator mini untuk menurunkan eskavator mini.

Cut To

 

35. EXT. SISI TIMUR PULAU SETENGAH – PAGI

Dari POV kamera Bima terlihat empat kader DPC memasang rangkaian lampu dari satu pondok kecil ke pondok kecil lainnya.

BIMA

Pemasangan lampu. Malamnya bakal kelihatan keren nih, guys.

(Sorot kamera zoom in ke belakang pondok kecil)

Sementara, pembangunan dermaga, buat perahu mancing tengah berlangsung. Mancing nanti kita guys. Asal jangan mancing keributan.

(Sorot kamera ke arah eskavator mini yang sedang melaju ke sisi barat pulau)

Eskavator otw lokasi yang bakal jadi sirkuit cross, guys.

 

VIVI

Kopi, Bim?

 

Vivi terlihat membawa nampan berisi teko kopi dan tumpukan cangkir pelastik.

 

BIMA

Iya dong, Mba.

(Berhenti merekam, menyelempangkan kamera lalu menuang kopi)

 

HT Vivi berbunyi.

VO HT ERNA

Vi, tolong antar konsumsi buat tukang yang di Pondok Utama ya.

 

VIVI

Iya, bentar, Na, aku ngasih anak-anak di luar dulu.

 

Suara Hendri terdengar dari HT Vivi.

VO HT IBAD

Mba, vendor bilik toilet udah datang, ya.

 

VO HT ERNA

Dikopi, Hen. Vi, tolong diarahin ya, sebelum ke sini. Satu toilet di antara pondok kecil.

 

VIVI

Oke, Na.

 

Bima menatap Vivi sambil tersenyum lalu mengangkat gelas seolah mengajak bersulang, seolah memberi saran untuk bersabar.

Vivi lanjut berjalan ke arah pantai untuk mengantar konsumsi.

Cut To

 

36. EXT. PULAU SETENGAH – PAGI

Terlihat dari atas dua truk pengakut bilik toilet melewati jembatan menuju parkiran Pondok Utama.

Cut To 


37. EXT. SISI TIMUR PULAU SETENGAH – PAGI

Terlihat dua tukang memasang pondasi gubuk pondok kecil dengan Pak Suleh memasang lampu di pondok kecil di sampingnya, sementara dua pengantar bilik toilet sedang mendorong bilik toilet ke antara dua pondok kecil dengan latar belakang panggung yang mulai sudah berdiri.

Cut To

 

 

38. INT. PENDOPO RESTORAN SAMPING PONDOK UTAMA – SIANG

Vivi terlihat baru selesai menyimpan potongan ayam ke wadah prasmanan di antara nasi, lalap, kerupuk, sementara pegawai catering membawa wadah makanan, hendak kembali ke mobil.

VIVI

Sudah semua ya, Mas?

 

PEGAWAI KATERING

Sudah, Mba. Sampai besok, ya.

 

VIVI

Iya, mas, terima kasih, ya.

 

PEGAWAI KATERING

Sama-sama, Mba.

 

Pegawai Katering melewati Vivi yang hendak mulai bicara melalui HT.

VIVI

Makan siang ready, guys.

Cut To

 

39. EXT. SISI BARAT PULAU SETENGAH – PAGI

Hendri terlihat mendekati eskavator mini yang sedang menggali tanah berpasir untuk sirkuit cross, lalu teriak ke arah operator eskavator mini.

HENDRI

Pakde! Makan siang dulu. Sudah siap!

 

OPERATOR ESKAVATOR

Siap, Mas!

(Lalu berhenti mengoperasikan eskavator)

 

Terlihat pengeruk eskavator mini berhenti bergerak dengan posisi ujung menempel dengan tanah yang sudah digali dengan tampilan bagian tangan bangkai manusia yang terlihat samar.

Cut To

 

40. INT. PENDOPO RESTORAN SAMPING PONDOK UTAMA – SIANG

Semua panitia, para tukang, kader DPC, dan pegawai dari semua vendor sedang makan siang.

Terlihat Erna, Vivi, Hendri, dan Bima duduk satu meja dekat meja parasmanan lalu bergeser pada

Ibad, Lukman, Awi, dan Pak Suleh di meja terdekat dengan bagian luar.

Suara Ibad terdengar dari HT Erna yang disimpan di meja makan.

VO HT IBAD

Ada yang datang lagi, Mba.

 

Erna melihat ke luar pendopo ke arah parkiran.

ERNA

(Melongo)

Beneran datang dia.

 

Hendri dan Vivi terlihat senyum tipis ke arah Erna.

Cut To


41. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – SIANG

Erna dan Pak Sandi berjalan ke arah Pondok Utama dengan latar belakang mobil Pajero Sport Pak Sandi.

ERNA

Ngga makan aja dulu, Pak?

 

PAK SANDI

Saya udah makan di jalan.

Cut To


42. INT. KORIDOR LANTAI DUA PONDOK UTAMA – SIANG

Erna dan Pak Sandi sampai di lantai dua Pondok utama, Erna membuka kamar 15 untuk menunjukan kamar VIP tempat Ketua Umum menginap di H-1.

 

ERNA

Ini kamar Ketua Umum. Seprei, bantal besok akan di antar.

 

PAK SANDI

Saya rikues guling, ya.

(Menatap Erna dengan genit)

Saya ga bisa tidur kalau ga ada yang dipeluk.

 

ERNA

Oh, oke, Pak.

 

PAK SANDI

Kamu tidur di mana?

 

ERNA

Di bawah, Pak. Kalau H-1 saya bisa ikut tidur di mobil atau di tenda bareng anak-anak.

 

PAK SANDI

Ngapain di mobil atau tenda. Kan ada kamar saya.

 

ERNA

Maksudnya tukeran? Bapak di mobil?

 

Pak Sandi tersenyum sebal.

Empat tukang terdengar sedang naik tangga.

 

PAK SANDI

Menurut saya tempat ini potensial.

 

Erna menganggu tanda setuju.

PAK SANDI

Sirkuit sudah jadi?

 

ERNA

Belum, Pak. Saya yakin besok udah siap. Sirkuitnya di sisi barat.

(Berjalan ke ujung koridor)

 

Erna dan Pak Sandi sampai di ujung koridor, melihat melalui jendela ke arah eskavator.

 

PAK SANDI

Bisa sampai gigi empat?

 

ERNA

Kalau kata Hendri sih paling sampai gigi tiga.

 

PAK SANDI

Not bad.

 

Cut To

 

43. EXT. SISI BARAT PULAU SETENGAH – SIANG

Erna dan Pak Sandi berdiri di pinggir ceruk tanah berpasir yang sedang digali untuk sirkuit cross.

PAK SANDI

Nggak terlalu dalam?

 

ERNA

Saran dari pengelola, Pak. Kalau terlalu dangkal pasirnya terlalu banyak, jadi perlu agak dalam. Lagi pula perlu banyak tanah untuk buat gundukan.

 

PAK SANDI

Setelah acara kita sirkuit ini bakal jadikan apa oleh pengelola?

 

ERNA

Katanya taman bermain. Mereka memang sudah punya rencana itu. Mereka bersyukur banget kita jadi percepatan rencana mereka.

 

Pak Sandi mengangguk lalu melihat lebih jauh ke arah barat, merasa seperti melihat sosok dua orang di balik pepohonan.

Terdengar suara Hendri dari HT yang Erna bawa.

VO HT HENDRI

Maaf, Mba Erna. Sedang dengan Pak Sandi?

 

ERNA

Iya, kenapa, Hen?

Cut To

 

44. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – SIANG

Hendri sedang memegang HT, berbicara pada Erna dengan raut cemas.

HENDRI

Ini, ada Bu Indah.

Cut To 


45. EXT. SISI BARAT PULAU SETENGAH – SIANG

Erna baru saja mendengar kabar kedartangan Bu Indah dari Hendri melalui HT.

ERNA

Pak, ada…

(Terpotong tanggapan Pak Sandi)

 

PAK SANDI

Kamu tahan dulu di sini, saya duluan.

 

Erna mengangguk, terdiam sementara Pak Sandi berjalan meninggalkannya lalu berpapasan dengan Operator Eskavator yang menyapa Pak Sandi sambil membawa secangkir kopi.

 

ERNA

Dilanjut ya, Pak. Besok sore sudah harus selesai Soalnya.

 

OPERATOR ESKAVATOR

Siap, Mba. Kalau penggalian sudah beres, yang lain ga akan lama.

 

ERNA

Oke, Pak, terima kasih. Saya tinggal ya.

 

OPERATOR ESKAVATOR

Mari, silakan, Mba.

 

Erna berjalan menuju Pondok Utama.

Cut To

 

46. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – SIANG

Dari balik punggung Erna dan Ibad yang sedang berjalan terlihat Pak Sandi dan Bu Indah sedang cekcok di samping mobil Pajero Sport Pak Sandi dan Alphard Bu Indah, kemudian cekcoknya mereda saat Erna dan Ibad mendekat.

Terlihat sorot mata Bu Indah fokus pada Erna.

Erna dan Ibad terlihat pura-pura tak melihat tatapan Bu Indah pada Erna sambil terus berjalan ke arah panggung.

Cut To

 

47. EXT. SISI BARAT PULAU SETENGAH– SIANG

Terlihat dari atas eskavator mini mengeruk tanah berpasir untuk pembuatan sirkuit dan menuangkannya pada mobil bak.

Cut To

 

48. EXT. SISI TIMUR PULAU SETENGAH– SIANG

Terlihat kru panggung mengerek lampu ke bagian atas panggung, sementara pekerja lain memasang backdrop di sisi belakang panggung, dengan Erna dan Ibad terlihat berdiskusi dengan panduan lembar desain.

Terlihat mobil Pajero Sport Pak Sandi berisi Pak Sandi dan Bu Indah meninggalkan parkiran dengan mobil Alpard mengikuti menuju jembatan, kemudian Erna mengikuti arah gerak konvoi.

ERNA

Fiuh.

 

IBAD

 Aman, Mba?

 

ERNA

Aman, Lah.

 

Terlihat POV dari kamera Bima, bagian belakang mobil Pajero dan Alpard.

BIMA

Drama berakhir, guys.

(Kamera beralih pada Erna dan Ibad)

 Mungkin nanti ada lanjutannya.

(Muncul teks ‘Your Memory Card Capacity Runing Out’)

Wah, memori card hampir habis guys, kita ganti dulu.

Cut To

 

49. EXT. TERAS PONDOK UTAMA – SORE

Terlihat dua tukang menggotong tangga, sementara tukang lainnya membawa kaleng cat dan kotak perkakas, dan tukang lainnya membawa pelastik hitam berisi sisa pekerjaan.

Cut To

 

c


Terlihat dengan gaya timelpas, proses panggung berdiri sempurna dengan lampu, karpet, dekroasi, dan backdrop yang akhirnya terpasang.

Cut To


51. EXT. JEMBATAN PULAU SETENGAH– SORE

Terlihat truk Dyna, dua mobil box, dua mobil bak, meninggalkan Pulau Setengah, sementara para tukang meninggalkan pulau naik motor dengan berboncengan.

Terlihat Erna, Ibad, dan Bima di samping Mobil Avanza DPC PGB berisi Lukman dan empat orang kader meninggalkan parkiran.

ERNA

Besok pagi lagi, yah, mas-mas semua.

 

PARA KADER DI MOBIL

Siap, Mba Ketua.

 

BIMA

Man, nitip memory card ya. Kalau nggak salah di meja lobby.


LUKMAN

Siap, Mas Bim.


Mobil melaju.

Cut To

 

52. EXT. SISI TIMUR PULAU SETENGAH– SORE

Terlihat dengan gaya timelaps, kegiatan panitia hampir beres.

Cut To


53. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – SORE

Terlihat dari POV kamera ponsel Bima, dirinya sedang bergaya ngevlog dengan kamera DSLR menyelempang di tubuhnya.

BIMA
Oke guys, kita otw kantor desa. Sementara belum ada memorycard kita pake hape dulu. Berhubung yang lain masih pada sibuk, kita caw sendiri aja pake mobil kantor.

 

Terlihat Bima berjalan ke arah mobil Avanza PGB.

Terlihat mobil Avanza meninggalkan parkiran.

 Cut To


54. INT. RESTORAN SAMPING PONDOK UTAMA – SORE

Erna terlihat duduk di meja bersama Vivi, Ibad, dan Hendri dengan lembar list perlengkapan di depannya.

ERNA

Panggung aman. Genset aman. Lighting aman. Backdrop aman. Pondok tinggal 7 lagi. Lampu pondok kecil aman. Bilik toilet aman. Toilet inhouse aman. Perahu mancing gimana, Bad?

 

IBAD

Besok akan datang, Mba, katanya.

 

ERNA

Kita harus coba dulu, loh.

 

IBAD

Siap, Mba. Besok vendor sewa peralatan snorkling dan mancingnya juga, jadi sekalian.

 

ERNA

Pelampung ngga lupa, kan?

 

IBAD

Aman, Mba, udah saya ingetin vendornya.

 

Cut To

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar