Cinta dari Fort de Kock
10. Jomblo Revolusioner
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. WARUNG MAKAN — SIANG

13 Agustus 1945


Di sebuah warung yang agak tersembunyi karena masuk kampung. Dua orang masuk, mereka mengambil tempat di pojok ruangan, agak tersembunyi.

Lelaki bercambang lebat, dan awutan-awutan sedang berhadapan dengan lelaki berpakaian rapi.

LELAKI BERCAMBANG

Kenalkan Bung, aku Ilyas.

LELAKI RAPI

Sukarni

Sukarni menjabat uluran tangannya.

LELAKI BERCAMBANG

Aku sudah tahu Bung. Bung dekat dengan Bung Besar.

Sukarni tersenyum. Ia seperti mengenal lelaki ini, tapi Sukarni lupa. Ia seperti mengenal suaranya.

SUKARNI

Apa yang bisa kubantu, Bung?

LELAKI BERCAMBANG

Bung tahu sendiri, Jepang telah dibom atom oleh Amerika. Pasti sebentar lagi menyerah. Dan pasti Belanda akan balik lagi, dengan kendaraan Sekutu, Inggris. Bung harus bisa mendorong, kalau perlu memaksa Bung Besar memproklamasikan kemerdekaan bangsa kita. Sebelum Belanda kembali.

SUKARNI

Belanda akan kembali? Oya siapa nama, Bung, Ilyas?

LELAKI BERCAMBANG

Iya Ilyas Hussein. Kerjaku di Banten.

SUKARNI

Banten mana?

Tanya Sukarni dengan pandangan menyelidik. Pikirnya lelaki bercambang di depannya ini banyak pengetahuannya. Sukarni bertanya dengan pandangan mata mencurigai.

LELAKI BERCAMBANG

Pertambangan batu bara di Bayah, Banten.

SUKARNI

Ooo, aku tahu daerah itu….

Han diam. Seorang pelayan memberikan mereka dua cangkir kopi. Sukarni mengangguk. Si pelayan yang langsung kembali ke dapur.

Mereka berdua lagi.

SUKARNI

Mari ngopi dulu, Bung.

Han mengambil cangkir itu, dan menyeruputnya perlahan.

SUKARNI

Belanda, kata bung, akan kembali?

LELAKI BERCAMBANG

Bung tahu sendiri. Sekutu telah mendaratkan pasukannya di Singapura, dan ada pasukan Belanda di dalamnya. Sebentar lagi mereka pasti ke Jawa. Bung harus bisa memaksa Bung Besar mau memproklamasikan kemerdekaan kita, sebelum Belanda kembali.

SUKARNI

Sebelum Belanda kembali?

LELAKI BERCAMBANG

Iya, sebelum Belanda kembali.

 

17 – 8 - 1945

EXT. RUMAH PERKAMPUNGAN — SIANG

Darsono sedang mendengarkan siaran radio di ruang tengah. Suara Bung Karno terdengar membacakan teks proklamasi. Hatinya bergolak senang. Dan dengan spontan berteriak: Merdekaaaa!!!!

Ia keluar rumah, dan melihat orang-orang pada keluar di jalanan.

Orang-orang pada berteriak-teriak: Merdeka, kita merdeka, bung!!!

Merdeka, kita merdeka, bung!

Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!

Darsono dan orang-orang tampak senang dan bersemangat.

Dinding-dinding penuh tulisan Merdeka!!

 

INT. RUMAH AHMAD SUBARJO — SIANG

Ahmad Subarjo dan istrinya sedang acara di luar. Mereka pergi naik bendi.

Han memainkan piano. Paramita kembali mendengarkan dengan perasaan kagum. Han melirik, ia tahu Paramita sedang mendengarkan alunan pianonya.

HAN

Kau ingin belajar?

PARAMITA

Eeee, hmmm 

HAN

Ayolah, jangan malu-malu.

Han berdiri mendekati Paramita. Dan akhirnya Paramita pun mendekati piano dengan malu-malu.

HAN

Coba ketuk nadanya, pelan-pelan….

Paramita memainkan jarinya. Han mengajarinya. Tanpa sengaja Han memegang jari Paramita yang membuatnya bersemu merah di pipi.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar