EXT. WARUNG MAKAN — SIANG
13 Agustus 1945
Di sebuah warung yang agak tersembunyi karena masuk kampung. Dua orang masuk, mereka mengambil tempat di pojok ruangan, agak tersembunyi.
Lelaki bercambang lebat, dan awutan-awutan sedang berhadapan dengan lelaki berpakaian rapi.
LELAKI BERCAMBANG
LELAKI RAPI
Sukarni menjabat uluran tangannya.
LELAKI BERCAMBANG
Sukarni tersenyum. Ia seperti mengenal lelaki ini, tapi Sukarni lupa. Ia seperti mengenal suaranya.
SUKARNI
LELAKI BERCAMBANG
SUKARNI
LELAKI BERCAMBANG
SUKARNI
Tanya Sukarni dengan pandangan menyelidik. Pikirnya lelaki bercambang di depannya ini banyak pengetahuannya. Sukarni bertanya dengan pandangan mata mencurigai.
LELAKI BERCAMBANG
SUKARNI
Han diam. Seorang pelayan memberikan mereka dua cangkir kopi. Sukarni mengangguk. Si pelayan yang langsung kembali ke dapur.
Mereka berdua lagi.
SUKARNI
Han mengambil cangkir itu, dan menyeruputnya perlahan.
SUKARNI
Belanda, kata bung, akan kembali?
LELAKI BERCAMBANG
SUKARNI
LELAKI BERCAMBANG
17 – 8 - 1945
EXT. RUMAH PERKAMPUNGAN — SIANG
Darsono sedang mendengarkan siaran radio di ruang tengah. Suara Bung Karno terdengar membacakan teks proklamasi. Hatinya bergolak senang. Dan dengan spontan berteriak: Merdekaaaa!!!!
Ia keluar rumah, dan melihat orang-orang pada keluar di jalanan.
Orang-orang pada berteriak-teriak: Merdeka, kita merdeka, bung!!!
Merdeka, kita merdeka, bung!
Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!
Darsono dan orang-orang tampak senang dan bersemangat.
Dinding-dinding penuh tulisan Merdeka!!
INT. RUMAH AHMAD SUBARJO — SIANG
Ahmad Subarjo dan istrinya sedang acara di luar. Mereka pergi naik bendi.
Han memainkan piano. Paramita kembali mendengarkan dengan perasaan kagum. Han melirik, ia tahu Paramita sedang mendengarkan alunan pianonya.
HAN
PARAMITA
HAN
Han berdiri mendekati Paramita. Dan akhirnya Paramita pun mendekati piano dengan malu-malu.
HAN
Paramita memainkan jarinya. Han mengajarinya. Tanpa sengaja Han memegang jari Paramita yang membuatnya bersemu merah di pipi.