Mei 1945
EXT. RUMAH — SIANG
Situasi sepi. Jalan di depan halaman rumah lengang.
Dengan pakaian agak lusuh dan rambut panjang, untuk menyamarkan penampilan, Han mengetuk sebuah pintu. Cambang kembali tumbuh lebat menutupi mukanya.
AHMAD SUBARJO
HAN
Ahmad Subarjo telah mengenali suara Tan. Penampilan Tan benar-benar membuatnya pangling.
AHMAD SUBARJO
Han duduk di kursi di ruang tengah. Ia menyandarkan punggungnya yang terasa kaku, dan lelah. Berhari-hari, berminggu-minggu ia berjalan, numpang truk, dan naik bus. Berpindah-pindah tempat.
AHMAD SUBARJO
Ahmad Subarjo masuk ke dapur. Ada suara percakapan. Ia kemudian keluar lagi.
Dia duduk di depan Han, dan tersenyum.
AHMAD SUBARJO
HAN
AHMAD SUBARJO
Ahmad Subarjo tersenyum. Wajahnya tampak tahu arti kata selamat itu pada diri Han.
Ibu Subarjo datang dengan nampan berisi gelas teh hangat, dan makanan.
Han tersenyum, dan mengangguk. Ibu Subarjo tampak memandangi Han, merasa sedikit aneh dengan penampilan Tan yang dekil dan awut-awutan. Tapi kemudian dia juga tersenyum, dan mengangguk hormat.
AHMAD SUBARJO
Ahmad Subarjo minum, diikuti oleh Tan.
Kemudian mereka juga mengambil makanan, roti kering, dan mengunyahnya perlahan-lahan.
Saat demikian terdengarlah salam masuk rumah, suara wanita. Ahmad Subarjo membalas salamnya, dan masuklah seorang perempuan.
Wanita itu mengangguk hormat pada Han, perempuan yang manis. Dan kemudian ia masuk ke belakang.
AHMAD SUBARJO
Han mengangguk.
Han dan Ahmad Subarjo kemudian mengobrol, tampak akrab. Bicara tentang kondisi negara, Jepang, Belanda, dan luar negeri.
AHMAD SUBARJO
HAN
Ahmad Subarjo ikut tertawa.
AHMAD SUBARJO
Ahmad Subarjo tersenyum
Han mengangguk, dan tertawa kecil.
AHMAD SUBARJO
HAN
INT. RUANG MAKAN — MALAM
Han telah berganti baju baru. Cambang dan jenggotnya juga telah rapi. Rambutnya juga disisirnya rapi. Penampilannya berubah banyak.
Duduk di kursi melingkari meja makan: Han, Ahmad Subarjo, istrinya, dan keponakan itu.
AHMAD SUBARJO
Gadis ponakan itu mendekati Han, dan mengulurkan tangan. Han berdiri, menyambut tangannya. Mereka bersalaman.
HAN
PONAKAN
HAN
Gadis itu tersenyum. Han juga tersenyum.
PONAKAN
HAN
PARAMITA
HAN
Han tersenyum. Paramita tersenyum, dan kemudian mereka duduk di kursi masing-masing.
INT. RUMAH — PAGI
Han duduk di ruang tengah. Ia memainkan piano dengan lembut dan indah. Paramita terpesona, ia mendengar dari balik jendela kamarnya.
Ahmad Subarjo sedang di luar. Ada acara. Ibu Subarjo sedang memasak di dapur. Selama berhari-hari di rumah temannya itu, Han hanya di rumah, tak pernah sekali pun keluar, kerjaannya membaca, mendengar radio, dan memainkan piano.
Terdengar suara bendi dari luar. Han mengintip. Ia tersenyum.
Han masuk kamar berganti penampilan. Ia memakai topi, kacamatanya dilepas, dan memakai kaos dan celana lusuh. Tanpa sandal dia keluar lewat pintu samping. Dan tiba-tiba dia sudah berada di jalan, seperti orang asing. Bendi yang berada di tepi jalan itu dinaikinya, ia mengendarai bendi itu, menjadi kusir.
PARAMITA
Wajahnya tampak kaget. Paramita menutupi mulutnya dengan tangan.
PARAMITA
Paramita lalu tersenyum, dan tertawa kecil, cekikikan. Ibu Subarjo mendengarnya.
IBU
Ibu Subarjo jadi ikut tertawa cengengesan.
Paramita menggeleng, dan terus tertawa.
PARAMITA
IBU SUBARJO
PARAMITA
IBU SUBARJO
Kata Ibu Subarjo sambil menutup mulutnya dengan jari.
Paramita spontan menutupi mulutnya.
IBU SUBARJO
PARAMITA
IBU SUBARJO
Ibu Subarjo lantas mencari ke tempat piano.
IBU SUBARJO
PARAMITA
Tawa Paramita cekikikkan.
IBU SUBARJO
Jari Ibu Subarjo menutupi mulutnya lagi.
IBU SUBARJO
Paramita terdiam, ia tersenyum kecut.
IBU SUBARJO
Paramita menggeleng.
INT. RUANG MAKAN — MALAM
Han, Ahmad Subarjo, Paramita, dan Ibu Subarjo melingkari meja makan. Mereka tampak berdoa sebelum makan.
AHMAD SUBARJO
Han tersenyum, dan mengangguk.
Ibu Subarjo mengambilkan nasi, sayur, dan lauk untuk suaminya. Paramita mengambil buah apel, dan menggigitnya perlahan.
Han menuangkan teh hangat dari sebuah teko.
Setelah Ibu Subarjo selesai menyiapkan makanan untuk suaminya. Paramita baru mengambil nasi, lauk, dan sayuran, dan kemudian Han menyusul.
Mereka kemudian makan dengan pelan dan tenang.
AHMAD SUBARJO
HAN
AHMAD SUBARJO