Cinta dari Fort de Kock
6. Spionase
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. PELABUHAN — MALAM

Di pelabuhan, Han turun. Dengan sedikit pincang ia segera membeli karcis. Wajahnya agak mengerenyit saat diberitahu keberangkatan kapal masih lama.

Bunyi berisik pelabuhan sedikit menganggu pendengarannya. Ia mendekat ke loket tukang karcis.

HAN

Apa?

TUKANG KARCIS

Dua jam lagi.

Tukang itu mengangkat dua jarinya, Han baru paham.

Ia mengangguk dan kemudian mencari tempat bersembunyi karena melihat beberapa petugas Belanda berkeliaran seperti mencari seseorang dengan senter-senter mereka.

Han bersembunyi dibalik karung-karung.

Ia memikirkan Darsono dan istrinya.

HAN

Semoga mereka selamat...

 

INT. KAPAL LAUTAN — SIANG

1927

Han bersandar di buritan kapal yang melaju di lautan tenang. Terbayang akan tanah airnya yang tertinggal di belakang.

Kapal ini menuju Filipina. Tapi singgah dulu di Singapura, dan Malaysia.

Han memiliki kolega partai yang bisa menampungnya. Ia akan menyanggupi tugas sebagai telik sandi yang sejak dulu dimintakan padanya. Tugas dari Komintern.

2 Hari kemudian kapal berlabuh di dermaga.

Kapal bersandar di Filipina.

Ia naik bus menuju Manila. Disambut seorang lelaki Filipina yang dikawal 5 lelaki bersenjata pistol dibalik baju mereka.

Han masuk mobil melaju di jalanan Manila, melewati Universitas Manila. Di pikirannya terbayang kode-kode sandi dari militer Inggris dan Amerika. Han ditawari tugas oleh Mokswa Rusia untuk memecahkan kode-kode rahasia militer Inggris dan Amerika untuk wilayah Asia Tenggara.


INT. RUMAH ORANG FILIPINA — SORE

Han duduk termenung, ia berkaca di cermin. Kumis dan cambang, serta jenggotnya tumbuh lebat. Ia memegangi gunting, hendak mencukur kumis dan merapikan jenggotnya. Ketika hendak mencukur, pikirannya berubah.

HAN (VO)

Penampilanku yang ini cocok untuk samaranku.

Jauh dari tanah air membuatnya rindu. Tak ada mesin ketik untuk mengalirkan pikiran-pikirannya. Ia hanya disibukkan oleh kode-kode rahasia yang membuat kepalanya panas.

Tiba-tiba datang seorang wanita menghampiri, gadis cantik Filipina, anak dari Kawannya.

CARMEN

Jangan bersedih….

HAN

Oh, kau….?

CARMEN

Membuatmu kaget ya.

HAN

Sedikit.

Carmen tersenyum. Han mulai suka pada Carmen yang selalu mengisi hari-hari pelariannya.

Mereka sejenak diam.

CARMEN

Ayo ikut aku.

HAN

Ke mana?

CARMEN

Berkebun. Mau?

Han diam, tampak malas. Carmen menarik lengannya.

CARMEN

Ayolah, jangan malas-malas.

Han bangkit dan akhirnya ikut ke belakang rumah. Banyak tanaman di kebun ada pisang, belimbing, mangga, jambu ditanam secara teratur. Agak ke sana ada tanah yang dibajak dalam.

HAN

Itu buat apa?

CARMEN

Kacang tanah.

Seorang pekerja mengangguk dan menaruh hormat pada mereka. Han tersenyum dan mengangguk hormat pula, mereka kemudian berjalan menuju kebun tanaman buah.

Sebagian buah tampak sudah masak, Han disuruh memanjat untuk memetik. Carmen mengambil wadah karung. Beberapa buah bisa dipetik Han, dan ia melemparkannya ke bawah yang dengan karung itu Carmen menahan jatuhnya.

Mangga sudah lumayan banyak dipetik.

Carmen mengupasnya dengan pisau.

Han berpindah memanjat pohon jambu. Ia memetik jambu yang sebagian sudah menguning masak. Dan kembali melemparkannya ke Carmen. Carmen menangkapnya.

Ia kemudian mengupas semua kulit buah, dan mengumpulkannya di piring. Han turun.

HAN

Aku akan membuatkannya jadi spesial.

CARMEN

Apa itu?

HAN

Sebentar, ayo kita ke dapur.

Mereka kemudian membawa semua buah hasil panen ke dapur.

Di dapur Han mencari bumbu. Ia hanya menemukan gula, dan cabe, ya lumayan. Tak ada gula Jawa.

Han membuat sambal, dan buah-buah itu dirajangnya kecil-kecil.

Han mencampurkan buah dan sambal, jadilah rujak.

HAN

Ayo coba!

Carmen mengambil ragu, namun karena Han tampak nikmat makan. Ia memberanikan diri mencoba. Ia mengambil sepotong mangga dan mengoleskannya dengan sambal. Ia menggigitnya sedikit dan pelan-pelan.

CARMEN

Wah nikmat sekali, lezaaatttttt… pedasss.

Wajah Carmen tampak menikmati (CU)

Han tertawa. Sejenak dia lupa akan kesedihannya. Entah kenapa wajah Syarifah muncul di benaknya.

Carmen ganti yang antusias makan. Mereka seperti berebutan makan rujak karena dalam satu piring.

Saat begitu Han bergetar perasaannya. Ia memerhatikan Carmen, dan berdegup jantungnya.

Wajah Han merona bahagia, ia jatuh cinta pada Carmen.

Carmen sendiri tahu bahwa dirinya diperhatikan. Ia pun tersenyum bahagia.

Mereka diam lama dalam perasaan berbunga-bunga.

CARMEN

Besok mau kuajak?

HAN

Ke mana?

CARMEN

Kampusku.

HAN

Universitas Manila?

Wajah Tan tampak antusias.

CARMEN

Iya.

 

EXT. KAMPUS UNIVERSITAS MANILA — SIANG

Han dan Carmen berjalan beriringan di sepanjang boulevard kampus. Pohon-pohon cemara tampak anggun berjajar rapi.

Di bawah rindang pepohonan tersebut, Carmen antusias bercerita tentang kuliahnya, dan terkadang bertemu ayahnya di kampus.

HAN

Apakah enak memiliki ayah yang jadi rektor kampusmu kuliah?

Carmen tak menjawab, ia hanya tertawa senang, dan berlarian mengejar kupu-kupu yang terbang rendah.

Han tertawa, ia ikut mengejar. Kupu-kupu itu hinggap di rerimbunan taman yang penuh bunga. Indah dan menawan.

Mereka tak tahu, di belakang mereka, dua lelaki memerhatikan. Mereka adalah anak buah Ayah Carmen yang bertugas melindungi. Dua lelaki dengan pistol tersembunyi dibalik pinggangnya.

 

INT. KAMAR DI RUMAH ORANG FILIPINA — MALAM

Han menghadap sebuah kertas berisi penuh angka-angka. Dengan lampu baca, ia mencoba memecahkan sandi khusus berupa angka-angka tak beraturan yang muncul di telegram.

Ia mencoret, memilah-milah angka tersebut, dan menulis sesuatu. Sebagian ia coret, sebagian ia lingkari.

Pintu rumah terdengar diketuk. Han mengintip dari jendela. Seorang lelaki menurunkan topinya sedikit, dan menyentuh pinggang kiri. Itu simbol sebagai kawan.

Han keluar. Membuka pintu sedikit, dan lelaki itu memberinya sesuatu.

Dia adalah mata-mata/spionase dari atasan di Manila. Untuk urusan spionase, Han memakai nama samaran Elias Fuentes.

Ia menulis nama Elias Fuentes dalam tulisan latin kecil di pojok bawah kertas, dan berdehem. Sengaja ia membuka jendela sedikit, dan membuang puntung rokok.

Lelaki itu datang dengan cepat, dan Han melemparkan hasil kerjanya lewat bawah jendela.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar