Cinta dari Fort de Kock
3. Jalan Agitasi
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG DISKUSI — MALAM

Sejumlah orang duduk di bangku, rapat. Kebanyakan orang Belanda, sebagian orang Hindia Belanda.

Selebaran SDOV, Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging (Asosiasi Demokratik Sosial Guru) dibagikan diantara peserta.

Han salah satu yang duduk di tengah. Henk berdiri maju di depan, berpidato.

Han membaca selebaran itu, mengangguk-angguk. Pikiran demokrasi Henk dan SDOV ia terima, dan ia menandatangani berkas dan dokumen untuk bergabung dengan SDOV.


INT. RUANG TAMU RUMAH HENK — SIANG

Henk menjamu Tan dengan teh, dan kudapan. Mereka duduk di beranda teras yang terbuka, dengan pemandangan berbagai pepohonan besar yang rindang di halaman. Agak ke sana ada jalan besar, berbagai bendi, mobil, dan sesekali trem melintas.

HENK

Harus merdeka! Lewat komunisme atau sosialis.

Han mengangguk, wajahnya bersemangat.

HENK

Serikat buruh VSTP berisi orang-orang Hindia Belanda, dan orang campuran negaramu dan Belanda. Begitu cara bangsa kamu bisa merdeka!

Han memikirkan ucapan Henk. 

HENK

Kau tahu perlu ada pemogokan-pemogokan radikal di Hindia Belanda. 2 Tahun lalu, aku menggalang pemogokan pelaut internasional. Kekuasaan harus diusik! 1914, ISDV (Perhimpunan Demokratis Sosial Belanda) menggalang serikat buruh kereta api yang anggotanya orang-orang Belanda dan Hindia Belanda. Serikat buruh yang akan lebih modern dan agresif. Kita anti kapitalis. Harus melakukan agitasi pada penguasa. Bangsamu harus merdeka!

Han mengangguk.

HAN (VO)

Hebat, Henk orang Belanda yang cinta bangsaku, dan benci penguasa dari negaranya.

HENK

Tapi revolusi harus dimulai dulu dengan minum teh bersama, ayo diminum.

Kata Henk sambil tertawa.

Han ikut tertawa

HAN

Betul.

Mereka kemudian menyeruput teh, sambil menikmati kudapan.


NOVEMBER 1919

INT. RUANG SDOV — SIANG

Semua orang berpakaian resmi. Di barisan depan ada yang memakai seragam wisuda. Kebanyakan yang hadir orang Belanda memberi tepuk tangan pada lulusan yang maju ke depan termasuk Han.

Han maju ke depan menerima ijazah kelulusannya yang tertulis hulpactie

Setelah turun dari podium, Henk memeluknya erat.

HENK

Selamat

HAN

Terima kasih, kawan

HENK

Kau harus balik ke bangsamu, dan memerdekakannya!

Han mengangguk mantab.

Fenny mendekati mereka, bertegur sapa dengan Henk. Lalu Han mengajaknya menjauh ke taman samping SODV yang sepi.

Hanya ada berdua. Han menatap Fenny. Fenny menatapnya dengan tatapan dalam. Mereka saling bertatapan. Lalu Fenny menitikkan air mata. mereka jatuh cinta.

HAN

Mawarku, aku harus kembali ke bangsaku.

Fenny menangis. Mata Han berkaca-kaca.

 

INT. SEKOLAH ANAK KULI — SIANG

Deli, 1920

Ada dua puluhan anak-anak di sekolah, Han mengajar Bahasa Melayu di depan. Ia menulis: Bangsa Melayu, dengan kapur putih di dinding.

HAN

Bahasa ini akan menjadi bahasa persatuan kita. Makanya kita harus bisa menguasainya!!! Bangsa kita harus merdeka dengan bahasa persatuan, ya Melayu ini!

Anak-anak mengangguk mantab di bangku masing-masing.

 

EXT. PERKEBUNAN TEH — SORE

Perkebunan teh menghampar kehijauan di perbukitan. Udara sejuk. Han berjalan-jalan di perkebunan. Bayangan Fenny kembali teringat di wajahnya. Ia memendam perasaan kangen.

Tiba-tiba Han mendengar percakapan beberapa kuli dan mandor.

KULI

Tuan, naikkan upah kami... tolong, Tuan... sedikit saja. Kami susah makan. Kami tiap hari lembur begini hingga gelap. Kasihan anak istri kami...

MANDOR

Tidak bisa. Apa kalian mau Mener pecat!

Han melihat hari memang sudah sangat sore. Matahari sudah bersemburat di ufuk barat. Ini hampir Maghrib mereka masih kerja. Dipaksa kerja.

Ia teringat akan rumah Mandor yang bertembok bagus, dan memiliki kereta dan sepeda juga. Kaya. Dan ia melihat sendiri kaum kuli kebun teh yang miskin, semua rumah mereka berdinding gedek, dan beralaskan tanah.

Han mau terlibat dalam omongan mereka, tapi langkahnya terhenti. Ia yakin Mandor itu tak mengerti. Han pilih bergegas pulang karena mendapat ide.

 

INT. KAMAR — MALAM

Di depan mesin ketik, Han kembali menulis.

Ia memberi judul "Deli Spoor" pada tulisannya berisi propaganda untuk para kuli agar bangkit melawan! Perbedaan mencolok kekayaan kaum kapitalis/kaya dan pekerja yang miskin, ia ketik sebagai kalimat selanjutnya.

Ia menyeruput teh dan kemudian meneruskan tulisannya. Bunyi tik ketik mesin ketiknya berdetik tanpa henti.

Montage: Han terus mengetik dengan latar kamar yang diterangi lampu karena malam dan jendela tertutup, kemudian berganti siang hari, dengan jendela terbuka lebar, dan diterangi sinar matahari dari luar. Ketikan terus menghasilkan banyak tulisan.

Esoknya pamflet-pamflet Deli Spoor beredar dari tangan ke tangan diantara kaum pergerakan. Juga tertempel di tembok-tembok, dan tiang-tiang kayu.

Han kemudian juga mengetik tulisan berjudul “Tanah Orang Miskin” (CU)

Tulisan-tulisan terus diketiknya tanpa henti. Tiap malam kamarnya berbunyi detak mesin ketik.

Lembaran-lembaran tulisannya terus beredar melalui tempelan-tempelan di dinding, di papan pengumuman, juga dimuat di lembaran-lembaran koran Sumatra Post.

Koran Sumatra Post (CU) memuat tulisan Han berjudul: Bangsa Merdeka!

Orang-orang pergerakan, para pejuang, mengedarkan tulisannya dari tangan ke tangan, dari organisasi ke organisasi.

 

1920-1921

EXT. GEDUNG VOLKDRAAD — SIANG

Dari gedung Volksraad, ada dua pemuda yang keluar. Mereka menjauhi gedung dan berjalan menuju delman yang terparkir di pinggir jalan.

Suasana di jalan agak ramai orang berseliweran. Ada penjual dawet mendorong gerobak, ada ibu-ibu memikul tenggok jualan ketela. Ada beberapa sepeda yang meluncur di jalan pelan-pelan. Ada seorang wanita berpakaian kebaya lusuh menggandeng anak kecilnya menyerang jalan.

Dua pemuda itu berjalan ke area yang agak sepi, di bawah Pohon Beringin yang rindang. Lalu keduanya berbincang, sambil duduk jongkok.

SOETARJO

Kenapa kau mundur dari Volksraad?

HAN

Kau tahu sendiri, volksraad seperti antek penjajah. Gubernur Jenderal yang ditunjuk Kerajaan Belanda memiliki hak veto, kewenangan Volksraad sangat kecil.

SOETARJO

Iya, tapi perlu juga suara kita didengar mereka!

HAN

Keanggotaan Volksraad dipilih melalui pemilihan tidak langsung, dan kebanyakan yang memiliki hak pilih sebagian besar adalah orang Belanda dan orang Eropa lainnya. Aku pribumi, hatiku adalah hati pribumi. Bukan Eropa!

SOETARJO

Bukankah kemerdekaan bangsa ini perlu sokongan dari mereka?

Han terdiam, ia lalu teringat ucapan Henk.

HAN

Kau merendahkan bangsamu sendiri, kita bisa merdeka, bangsa kita bisa merdeka tanpa bantuan siapa pun!

Soetarjo terdiam. Wajahnya tampak tidak setuju.

SOETARJO

Tapi, kau tahu sendiri kekuatan dan pergerakan Belanda di dunia. Ratu sangat pandai membaca situasi.

Han diam, ia sedikit sadar akan kekeliruannya. Ia mengangguk pelan.

HAN

Kau mungkin benar. Aku akan berada di jalan lain. Kau teruslah di jalan ini, hingga Ratu mendengar suaramu.

 

1936.

INT. KAMAR — SIANG

Han tertegun, ia membaca koran Sumatra Post ada judul besar-besar : Petisi Soetardjo. Petisi yang mengusulkan kemerdekaan Indonesia. Petisi ini diajukkan karena makin meningkatnya perasaan tidak puas di kalangan rakyat terhadap kebijakan politik yang dijalankan Gubernur Jenderal de Jonge.

Petisi itu diajukan kepada Ratu Wilhelmina serta Staten Generaal (parlemen) di negeri Belanda.

Han tersenyum.

HAN (VO)

Soetarjo, kawanku dulu, setidaknya ia telah berbuat untuk negeri ini. Banyak jalan membebaskan bangsa ini. Jalan demokrasi, jalan sosialis, jalan volksraad, jalan propaganda. Aku tempuh jalan terakhir!
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar