1937
EXT. PELABUHAN PENANG — SIANG
Sejumlah penumpang telah naik kapal. Ketika Han memberikan karcis dan Kartu Penduduk, seorang petugas mencurigainya. Langkah Han ditahan oleh petugas yang mengarahkannya ke ke depan kantor.
PETUGAS
Han mengangguk. Itu nama barunya.
Petugas itu menanyai Han terus, untung Han menjawab dengan singkat dan tenang. Dia berhasil lolos dari jebakan petugas.
Petugas coba mengajaknya Bahasa Melayu, Han menjawab dengan Bahasa Tionghoa/Mandarin. Petugas mengajak Bahasa Inggris, Han menjawab tetap dengan Bahasa Mandarin. Han tahu dia akan dijebak.
PETUGAS
Han diam, pura-pura bingung. Ia mengangkat ke dua tangan dan bahunya tanda tak paham.
PETUGAS
HAN
PETUGAS
HAN
PETUGAS
Han diam, ia pura-pura bingung. Ia kembali mengangkat dua tangan dan bahunya, tanda tak paham.
Han menyiapkan Ciak The, amplop berisi uang, dan ia menyelipkannya di bawah dokumen kepergiannya.
Akhirnya petugas itu membolehkannya naik kapal.
Han tersenyum kecil. Ia bergegas naik kapal dengan kopernya yang baru.
INT. KANTOR IMIGRASI — SIANG
Han berhasil mendapat paspornya dengan nama Han Ho Seng. Ia menerimanya dengan senang hati, sambil membungkukkan badan pada seorang petugas. Saat bersalaman, Han menyelipkan amplop berisi uang.
Penampilan Han jadi rapi, rambut kelimis diminyaki. Kumisnya tipis rapi, tanpa cambang dan hanya sedikit jenggot tipis. Ia memakai kaca mata.
Han menjadi guru Bahasa Inggris di sebuah sekolah rendah di Singapura.
HAN (VO)
Han hidup sebagai guru anak-anak. Selama 5 tahun (1937- 1942) ia tinggal di Singapura dengan waspada dan hati-hati.
1942
EXT. SEKOLAH — SIANG
Han termangu di depan sekolahnya yang sebagian bangunannya rusak.
HAN (VO)
Sekolah ditutup. Bangunan lain di sekitar sekolah turut hancur dibom Jepang. Tak ada siswa sama sekali, kursi-kursi dan bangku kosong. Aktivitas mengajar berhenti.
Wajah Han tampak sedih.
HAN (VO)
Tak ada pekerjaan di sini, tak ada uang. Jepang berkuasa di Indonesia. Ini kesempatan buatku untuk pulang.
TANAH AIR - 1943
Han naik kapal Fery. Ia menyebrang ke Sumatra. Han hidup di Medan. Ia sempat melihat kampung halamannya secara sembunyi-sembunyi.
Han ingin bergabung dengan kawan-kawannya yang sedang main kartu di gardu. Namun ia menahan diri, malah ia teringat dengan Syarifah.
HAN (VO)
Mata Han berkaca-kaca.
HAN