38. INT. DAPUR - SIANG
Byanca sedang berhadapan dengan bibik pembantu rumah.
BYANCA
(merengut kesal)
Yaaa ... jangan sekarang juga, Bik. Bya baru pulang sekolah gini. Ntar sore aja, deh! Ya?
BIBIK
Kalau sore pedagang sayuran dan ikan udah pada sepi, Non.
Byanca berbalik dan berjalan menuju kamarnya.
BYANCA
Kita ke Hypermart aja, Bik. Jangan ke pasar pagi, sekarang udah sepi, dong?
Ponsel Byanca berdering, sambil jalan ia menerima panggilan telepon tersebut.
BYANCA (CONT'D)
Hallo, Ma?
MAMA (OS)
Rumah bagaimana, Bya?
BYANCA
Kok, malah nanya rumah, anak sendiri nggak ditanyain?
CUT TO
39. INT. KAMAR BYANCA - SIANG
Byanca masuk ke kamar.
BYANCA
(bertelepon)
Kalau rumah aman, Ma.
MAMA (OS)
Kamu sendiri bagaimana, sebentar lagi sekolahmu selesai, kan? Kuliah di sini saja, Bya.
BYANCA
Iya, kalau Papa masih tugas di sana, kalau nggak, apa Bya harus hidup sendiri di negara orang?
CUT TO
40. INT. RUANG KELUARGA - SIANG
Mama Byanca duduk di sebuah sofa.
MAMA
(sedang bertelepon)
Sekarang ini, kamu juga hidup sendiri, kan? Mama sama Papa tinggal di Finland.
INTERCUT
BYANCA
(sedang bertelepon)
Iya, di sini ada Bibik. Apa kalau Bya kuliah di Finland, boleh bawa si Bibik juga?
INTERCUT
MAMA
(sedang bertelepon)
Ya, sudah nanti Mama bicarakan dengan Papa.
CUT TO
41. INT. CAFE - MALAM.
Byanca dan Bardo duduk berduaan di sebuah cafe.
BARDO
Kamu sudah disediakan fasilitas, tinggal mau apa tidak. Itu saja, beda dengan aku.
BYANCA
Maksudnya?
BARDO
Ya, Papamu seorang diplomat. Kesempatan kamu untuk mendapatkan pendidikan yang baik terbuka lebar. Sedangkan aku?
BYANCA
Iya, gue tau, gue tau. Udah deh, jangan bicarain soal kerjaan bokap. Rumput tetangga memang selalu terlihat hijau di mata kita.
BARDO
Bahkan di halaman rumahku pun tidak ada rumputnya.
BYANCA
(kesal)
Salah sendiri, kenapa nggak nanem rumput!
DISSOLVE TO
42. INT. — RUANG TENGAH - MALAM
Bapak Bardo duduk santai di kursi rotan mendengarkan lagu dangdut dari radio yang ditaruh di atas bufet kecil. Nurul tiduran di lantai sambil menulis di buku. Sedangkan ibu Bardo sedang menjahit seragam sekolah Nurul dengan jarum tangan.
NURUL
(sedang menulis di buku)
Bu, jahitnya yang rapi. Nurul nggak mau nanti diledek temen-temen di sekolah.
IBU BARDO
Lagian kamu, baju seragam kok bisa lepas jahitannya?
NURUL
Itu karena Ibu belinya yang murah, kualitas jahitannya rendah.
BAPAK BARDO
(kesal)
Kamu itu tidak bersyukur, anak lain ada yang tinggal di kolong jembatan dan tidak sekolah.
NURUL
Bapak selalu begitu. Dikit-dikit anak lain, anak lain. Nurul kan anaknya, Bapak?
BAPAK BARDO
Ya, sudah. Kalau kamu masih ngaku anaknya Bapak, harus terima nasib. Seperti inilah kondisinya kalau jadi anak Bapak.
Bapak Bardo menambah volume suara radio. Kemudian bersandar di kursi yang didudukinya.
IBU BARDO
Dikecilin sedikit, Pak. Sudah malam, ganggu tetangga.
NURUL
Iya, heran sama Bapak. Dikiranya semua orang sekampung ini suka sama dangdut.
BAPAK BARDO
Bodoh saja orang yang tidak suka lagu dangdut!
Bardo keluar dari kamarnya. Kemudian duduk di dekat ibunya.
BARDO
(berbisik)
Bu, Bardo bagaimana?
IBU BARDO
(masih menjahit)
Apanya yang bagaimana?
BARDO
Bardo nggak kuliah?
IBU BARDO
Tanya sama Bapak.
NURUL
Pak?
BAPAK BARDO
Apalagi, kan suara radionya sudah dikecilin?
NURUL
Bukan itu.
BAPAK BARDO
Jadi, apa?
NURUL
Kak Bardo udah lulus sekolah.
BAPAK BARDO
Iya, Bapak tau. Kan kemaren pengumumannya.
BARDO
(menyela)
Bardo mau daftar ke universitas, Pak.
CUT TO