Kereta

Aku menatap gerbang SMA SKY dengan tatapan menyedihkan. Entah sejak kapan gerbang ini terbangun megah dan gagah. Bukan aku tidak mau sekolah ku memiliki gerbang, tapi sejak kehadirannya, kehadiran menjadi semakin menyulitkan pak Satpam Sekolah yang setiap pagi harus membukakannya untukku. Ya, setiap pagi kehadiranku selalu dinanti.

Setelah melewati gerbang, biasanya akan ada seorang guru yang memanggilku dengan ramah. Yang selalu memberikan pertanyaan padaku, tidak pernah bosan. Malah aku yang bosan. Tapi, aku tetap memasang wajah semanis mungkin, dan menjawab semua pertanyaan bu Guru dengan benar. Tapi, anehnya aku malah dimarah dan disuruh pergi, sambil berucap, "Kamu adalah queen late."

Semua ini terjadi karena aku diajak oleh Ayah dan Mamak ku pindah ke Jakarta. Kota yang sangat ingin dituju semua orang, tapi asing untukku. Bahkan mereka sangat tidak pengertian sama aku. Dan siswanya tergolong tidak ramah dan pelit. Pernah aku meminjam koje, tapi mereka semua menggelengkan kepala dan berkata, "Maaf ya, kami gak punya ko-koje". Padahal baru saja mereka menggunakannya. Jujur. Aku nggak habis pikir.

Dan yang paling membuat aku nggak habis pikir adalah mereka menanyakan berapa penghasilan orang tuaku dan sekaya apa. Hanya gara-gara aku cerita waktu tinggal di Medan, aku ke sekolah naik kereta. Mereka malah bengong dan nanya, "Parkirnya dimana?"

"Di sekolah lah." jawabku.

6 disukai 1 komentar 6.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Haha aku paham
Saran Flash Fiction