Aku tak mengerti lagi dengan diriku
Atau hidupku
Aku hanya ingin menyerah saja
Itulah yang kupikirkan sebelum melepaskan peganganku di jembatan itu.
Kini tubuhku melayang di antara jembatan dan danau.
Antara percaya dan tidak percaya aku melakukannya.
Semuanya serba spontan.
Blub!
Kurasakan dinginnya air danau itu di kulitku. Merembet dari kepala hingga seluruh tubuh. Semuanya terasa begitu lambat.
Dan jujur, aku menyukai sensasinya.
Ini yang terbaik, batinku.
Ini yang paling pantas untukku.
Setelah semua kegagalan itu.
Setelah semua kekecewaan itu.
Yeah, ini yang terbaik.
Aku bukan siapa-siapa di dunia ini.
Dunia tanpa aku akan baik-baik saja.
Tak ada gunanya aku hidup.
Kembali teringat pertanyaan HR tadi siang. Apa kelebihanmu?
Interview yang kesekian kalinya.
Tidak ada.
Aku bahkan tidak bisa mengenali diriku sendiri.
Barangkali, aku memang tidak punya kelebihan.
Aku hanya seorang manusia biasa.
Yang pernah berangan-angan untuk menjadi sosok luar biasa.
Tapi hanya sebatas itu.
Sebatas angan-angan.
Nyatanya, aku bukan siapa-siapa.
Air danau mulai masuk lewat hidung dan mulutku.
Aku tak melawan.
Aku hanya merasa hampa.
Sunyi.
Sesak.
Aku hanya ingin menikmati sensasi ini.
Merasakan tubuhku tenggelam secara perlahan.
Merasakan dinginnya air danau ini.
Semua kekecewaan dan keputusasaan ini.
Biarkan semuanya tenggelam.
Tenggelam bersamaku.