Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
6
Do'a Terbaik
Religi
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Siang itu sekolah berjalan semestinya, kecuali beberapa siswa laki-laki yang terpilih menjadi pemain sepak bola untuk mewakili sekolah, semuanya berjumlah 18 orang.

Para pemain tersebut berkumpul disatu titik di belaan sekolah dengan pakaian bebas yang berbeda degan teman-teman yang menjalankan proses belajar lainya.

Bunyi sirine pertanda Istaharit telah berbunyi, pertanda waktu sudah menunjukan jam 12 yang berarti juga untuk menunaikan sholat zuhur berjama'ah di mushola sekolah.

Pak Lim selaku guru agama menghampiri satu siswa yang akan berangkat bertanding tersebut yaitu Feno, ia juga selaku captain di kesebelasanya,

"Fen, sebelum berangkat Sholat jamaah dulu ya, ajak temen-temen yang lain" ucap guru agama tersebut sambil merangkul bahu Feno tersebut.

Fenopun mengangguk dan mengajak teman-temanya untuk menuju mmushola sesuai arahan yang diberikan guru agamanya, sesampainya dimushola Feno bertemu kembali degan guru agamanya tersebut yang sedang mengambil wudhu.

Ditengah mengambil wudhu ia minta di doakan menang ke guru agamanya tersebut,

"Pak, nanti doain kami menang ya" ucap Feno yang menoleh keguru agamanya yang sudah ampir selesai berwudhu.

Pak Lim menanggapi dengan senyum khasnya, dan disusul ucapan " BAPAK DO'AIN YANG TERBAIK" dan langsung bejalaan ke mushola dengan meninggalkan Feno yang kebingungan.

Dalam hatinya "bukanya menang itu sudah betuk doa yang terbaik? " hatinya terus bertanya apa maksud dari jawaban guru agamanya tersebut.

Sholat zuhur dimulai yang di pimpin oleh guru agama tersebut, semua berjalan tenang, bahkan lebih tenang dari sebelummnya, dikarenkan pemain yang diutus oleh sekolah ini rata-rata siswa yang sangat jarang mmmengunjungi mushola disekolahnya untuk sholat, namun saat itu semuanya hadir.

Setelah sholat pemain yang akan diberankatkan tersebut mmelakukan makan siang terlebih dahulu, Perkataan guru agama tersebut masi terngiang dikepala Feno higga saat makan selesai.

Semua pemain yang selesai melakukan makan siang dikumpulkan dan dihimbau untuk menaiki mobil yang akn mengantarkanya menuju lapangan termpat pertandingan yang jaraknya satu jam dari sekolah mereka.

Setalah sampai dilokasi semua pemain menuju ruang ganti dan bersiap mmengganti kostumnya, termasuk Feno yang sebagai pemimpin kesebelasnya, kali ini ia sudah tak memikirkan pekataan guru agamanya tersebut karena sudah mulai fokus untuk pertandinganya.

"PRIIIIIITTT" bunyi peluit yang menandakan pemainan sudah dimulai, kedua kesebelasan saling beradu skil dan kelincahan dilapangan, cuaca cukup terik menemani pertndingan mereka.

Babak pertama telah usai dengan hasil yang masih sama kuat tampa adanya kebobolan, beberapa peluang tercipta namun tak membuahkan hasil.

Babak kedua sudah dimulai dengan tensi permainan yang lebih tinggi demi mendapatkan poin dan kemenangan antar keduanya, cuaca yang tandinya terik sudah berubah menjadi berwarna oren yag menunjukan kalau hari sudah senja.

Peluit panjang berbuyi dan menjadi pertanda bahwa tim Feno kalah dengan skor tipis, yang juga mengartikan mereka harus gugur dalam kompetisi tersebut.

Semuanya meruduk setelah bersalaman dengan wasit dan memberi hormat pada penonton, dengan muka sedih dan kecewa tampak jelas, namun panitia kembali mengumpulkan pemain untuk berbaris kembali dengan wasit.

Semuanya tampak bingung, termasuk penonton yang hampir meninggalkan tribunya.

" Berikut pengumuman untuk pemain terbaik sore ini antara SMA 1 dan SMK 2" dengan muka yang lesu mereka berjalan dan muai berbaris sesuai arahan panitia.

"Setelah dilakukanya penilaian, pemain terbaik sore ini jatuh kepada nomor punggung 7 dari SMA 1 yaitu Feno Adi Naya"

Bangku official dan sporter yang tadinya sudah mulai bergegas untuk pulang kembali berteriak heboh setelh mendengarkan pengumuman tersebut.

Feno yang diminta untuk maju untuk serah terima penghargaan dari ketua KONI tersebut tampak mulai tersenyum dan tidak meyangka hal tersebut terjadi padanya.

Semua pemain memeluk temanya tersebut yang mendapatkan peghargaan, mereka semua berfoto dan memperlihatkan wajah yang berbeda dengan bahagia dari sebelumnya.

Perjalanan pulang, semua tampak asik mengobrol antar satu sama lain membicarakan pertandingan mereka tadi, terkecuali Feno yang duduk didepan menatap penghargaanya tesebut dan memikirkan sesuatu dan tersenyum.

Ia teringat kembali akan hal yang diucapkan guru agamanya tersebut sebelum ia berangkat "BERDOALAH YANG TERBAIK"ucap gurunya.

Seakan dia mulai mengerti dari makna ucapan tersebut, bisa saja timnya menang tapi bisa juga ada temanya yang mengalami cedera, bisa saja timnya menang dan belum tentu ia mendapatkan penghargaan pikirnya sambil memandangi selembar kertas tersebut.

Ia mulai tersenyum lega dan memeluk penghargaan tersebut sambil mengulangi kalimat " Berdo'a yang terbaik" , terbaik menurutnya belum tentu terbaik menurut tuhan.

"SELESAI"

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Religi
Rekomendasi