Dalam lembutnya sinar rembulan.
Bersama berjuta bintang dan harapan.
Tak akan pernah ada habisnya memuji mengagungkan cinta sebagai bagian terindah dalam hidupku.
Sesungguhnya berbahagialah dunia yang mengenal cinta. Yang mengajarkan bahasa kalbu terindah dalam untaian kata yang bergetar menyentuh hati. Bersemayam dalam dada seorang wanita yang tercipta dari tulang rusuk Adam. Melengkung memerlukan kesabaran dan kasih sayang untuk menyentuh hatinya. Tapi begitu kuat tak tergoyahkan saat ku dapatkan cintanya.
Adakah yang lebih indah dari cinta?
Seribu rasa dalam dada tak akan sanggup melukiskannya. Sejuta kata yang mengalir lembut penuh syahdu dari bibir yang bergetar menahan kerinduanpun tak akan bisa mewakilinya. Bahkan seluruh alam semesta mengagungkannya sebagai anugrah terindah dari Yang Maha Esa. Bahwa tanpa cinta takkan ada artinya dunia. Dengan hembusan lembut yang DIA lafaskan ke dalam hati, bergelora dada penuh kenikmatan, mencoba mengartikan menurut akal pikiran tetapi tetap hati yang menguasai diri, membuat hidup bergejolak bak badai di lautan yang terus bergelora seakan ingin menumpahkan segala perasaan di dada.
Dan saat panah sang cupid dilepaskan menderu membelah angin dan menancap menembus jantung, cinta muncul dalam diri ini tanpa pernah perduli siapa diriku. Tanpa tanda tanpa tanya. Membuat hati mencari-cari pada siapakah sebelah tulang rusukku berada. Menerjang perbedaan, jarak bahkan usia yang menjadi penghalang. Berjuang mendapatkan apa yang menjadi keinginan jiwa, pemuas hati dan pelepas dahaga kerinduan. Menginginkan dirinya agar menjadi bagian dari hidupku seperti darah yang mengalir dalam tubuh ini. Seperti udara yang mengisi rongga dada di dua ruang paru-paruku. Seperti hujan yang turun dari langit membasahi tubuh dan mengalir lembut ke seluruh kulitku.
Tapi, bukankah seperti itu lumrah cinta?
Isn’t that the way the love suppose to be?
Bahwa diri ini ibarat berdiri di antara empat penjuru mata angin yang mewakili perasaan cinta.
Kejujuran, kesetiaan, cemburu dan kasih sayang kini mengelilingi dan menjadi bagian dari cintaku.
Kejujuran memberikan ketenangan dan kenyamanan pada cintaku. Tanpa itu aku gelisah. Kesetiaan membuatku percaya dan yakin padanya. Tanpa itu aku akan ragu pada cinta ini. Cemburu membuatku menginginkannya lebih dari apapun. Jika tiada maka cinta tak berarti apapun untukku. Dan kasih sayang mewakili seluruh perasaan cinta ini. Bahwa dialah belahan hatiku yang selama ini ku cari.
Lepaskanlah malam yang indah ini dari kesepian dan kesedihan.
Dan biarkanlah semuanya menyatu dan hanyut bersama dalam segala keindahan yang terasa dari dalam hati hingga ke lubuk jiwa..
Di sini, ku nikmati rembulan bersamaku. Bahwa lembut sinarnya yang memancar menerpa wajah, bias hatiku kini terasa syahdu di bawah cahaya emas sang rembulan. Bertemankan sejuta bintang yang bergantian berkelipan bagaikan pendar di hatiku yang terus saja mengenangnya. Tanpa pernah terlupakan. Takkan pernah tergantikan.
Karena rembulan begitu tulus padaku. Sangat indah saat bersinar di langit malam, namun sangat suram dan kelam kala tertutup awan hitam. Bahwa rembulan tak pernah berusaha menggantikan matahari. Rembulan selalu bersembunyi di balik matahari yang membagi sinarnya kala malam menjelang. Dengan kesederhanaan yang ia miliki, rembulan memancarkan sinarnya dengan penuh kelembutan dan keanggunan.
Tapi kini rembulan telah tiada
Tapi kini rembulan telah pergi
Meninggalkan kenangan yang dulu pernah tercipta
Meninggalkan diriku sendiri di sini
Dan rembulan akan selalu ada di hatiku, walau malam akan berganti siang. Memberikan sebuah kenangan padaku tentang indahnya malam. Bercerita tentang bintang-bintang yang saling berkelipan. Bertemankan kunang-kunang yang menari indah dengan cahaya kecilnya bersama keheningan dan ketenangan yang menentramkanku membuatku terlena memejamkan mata. Tapi aku percaya bahwa rembulan akan selalu menjagaku hingga malam berganti pagi. Dan akupun terjatuh ke dalam pelukan rembulan malam hingga fajar menjelang.
Berbahagialah bagi mereka yang memiliki cinta sejati.
Cinta yang kekal abadi meskipun dia tak lagi ada di sisi. Seperti cintanya Rasulullah dan Siti Khadijah. Cinta antara dua anak cucu Adam yang tak mengenal perbedaan akan usia, status, harta maupun derajad manusia. Cinta tulus yang lahir dari hati, saling mengasihi tanpa pernah menyakiti. Cinta yang membuat Siti Khadijah tak pernah mempersoalkan keadaan Rasulullah sebagai seorang pria yang tak memiliki apa-apa kecuali cinta itu sendiri. Betapa Siti Khadijah selalu ada untuk Rasullulah di saat senang maupun susah. Berkorban harta, jiwa dan raga untuk orang yang dicintai. Begitu indahnya hingga Rasullulah terus saja mengenangnya. Tak tergantikan pada siapa jua. Bahkan pada Siti Aisyah sekalipun.
So trully.
So madly.
So deeply.
Hingga membuat Siti Aisyah merasakan kecemburuan yang luar biasa pada sosok wanita yang sebenarnya telah tiada di dunia. Cinta yang membuat Siti Aisyah selalu merasa sakit didada kala Rasulullah bercerita padanya. Rasa cemburu pada seorang wanita yang jauh lebih tua dari dirinya. Wanita yang pertama kali mengisi hati Rasulullah dengan cinta. Wanita yang menjadi rembulan malam untuk Rasul, yang bersinar dengan kelembutan cahayanya yang menggugah hati dan sanubari. Wanita yang telah lama tiada namun tetap mampu menghadirkan getar cinta pada diri Rasullulah. Cinta yang membuat Siti Aisyah selalu mencoba mengisinya dengan cinta milik Siti Aisyah sendiri namun tetap tak tergantikan. Tak jua terlupakan.
Cinta yang sama yang dulu pernah menjadi milikku.
If there is only you in my heart again
This time i love you much better
If there is only you in my arms again
This time i want it forever
And this time will never end....