Tentang Malam Itu

Saat merasakan seberkas sinar menembus kelopak mata, aku mengerang pelan. Tidak rela tidurku terganggu.

Kuputar posisi tidur menghadap samping sembari tangan meraba-raba mencari bantal. Aku menghentikan rabaan. Tanganku menjamah sesuatu yang keras dan lebar. Kukerutkan kening sambil menebak apakah itu.

Perlahan, aku membuka mata kemudian membelalak saat tiba-tiba saja kutemukan sesosok pria tak dikenal sedang berbaring di sebelahku, bertelanjang dada! Kuturunkan mata menangkap posisi tanganku. Tepat berada di atas perut pria itu.

“Aaa!” jeritku sembari bangkit dan menutupi diri dengan selimut. Buru-buru kuperiksa tubuhku dari balik selimut lalu menghela napas lega saat mendapati pakaianku masih utuh.

Pria itu mengerang pelan sambil merenggangkan otot. Aku menegang di sudut ranjang. Mematung.

“Kamu sudah bangun?”

“Apa... apa... apa yang kamu lakukan di sini?!” teriakku sambil memukul pria itu dengan bantal.

“Hei! Hei!” serunya sambil terus mengelak pukulanku.

Aku mematung saat tiba-tiba saja pria itu menangkap lenganku dan mencengkramnya erat.

“Harusnya saya yang berkata seperti itu! Semalam kamu mabuk dan seenaknya masuk saat saya baru saja membuka pintu kamar. Saya mau mengusirmu. Tapi ternyata tenaga orang mabuk memang tidak bisa diremehkan!” ceritanya lalu memamerkan bekas luka cakaran di punggung atasnya.

“...”

“Lain kali, lihatlah dengan benar nomor kamar hotelmu. Untung saja saya pria baik-baik.”

2 disukai 1 komentar 5.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
kaget ih. awalnya ngira cowok yang mabuk.
Saran Flash Fiction