Menjemput Teman

Lelaki misterius itu selalu menatapku penuh curiga sejak tadi. Apa yang dia pikirkan tentangku? pikirku dalam hati. Namun, sebentar saja pikiran itu hilang dalam benakku ketika dia mengalihkan pandangannya pada teman baikku yang duduk di sebelahku. Aku hanya bisa menggelengkan kepala seolah tak percaya dengan kelakuannya. Padahal kami baru sebentar saja duduk di ruang tamunya.

Tiba-tiba, lelaki berkumis itu memecah keheningan dengan menanyakan tujuan kedatangan kami di rumahnya. "Apa yang kalian cari di rumahku?" dengan nada sedikit tinggi. Sontak saja, aku berusaha menjawabnya. Namun, aku seperti tertahan untuk membicarakan faktanya pada lelaki tersebut karena rasa takutku. Temanku lalu memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Begini Tuan. Mohon maaf sebelumnya karena kami yang datang tanpa diundang ini. Namun, kedatangan kami kesini bermaksud untuk menjemput teman kami." Lelaki tersebut terkejut, lalu bertanya memastikan, "Apa maksudnya menjemput teman? Disini tidak ada siapa-siapa kecuali diriku sendiri." Kami pun semakin takut karena seolah-olah lelaki ini menyembunyikan apa yang kami cari. Kami curiga karena baru saja mendengar suara kaca jendela pecah dari arah rumahnya sore ini. Lantas, aku berusaha memperjelas maksud dan sedikit membujuk lelaki itu agar mau menyerahkannya pada kami.

"Anuu ... Tuan. Saya ijin untuk mengambilnya kembali. Kami sudah bermain bersama dengannya sejak tadi sore. Kami akan ganti kerusakan yang dibuat olehnya pada kaca jendela rumah Tuan."

"Oh, jadi bola yang bikin kaca jendela rumah saya pecah itu punya kalian?"

"I-iya Tuan. Kami menganggap bola adalah teman."

3.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction