Petualang

Lalu perlahan langit mulai gelap,

Matahari diujung sana seakan-akan malu untuk menampakan wajahnya lagi, tinggal dua anak tanggung duduk termenung di antara laut dan pasir.

"Sekarang kita kemana Kak?"

"Belum tau, Kamu boleh pergi ke rumah Pakde Amri."

"Kaka kemana? Pakde ga suka sama kaka, tari mau sama Kaka,"

"Kalau gitu kamu ikut kaka tidur disini, Mau?"

Kemudian diam, desir ombak bahkan enggan bersuara ketika melewati kakak-beradik yang ditinggal mati orang tuanya itu. Sementara sang kakak masih diam tak bergeming Tari sudah gelisah ingin meninggalkan tempat itu ingin mencari pertolongan atau berpetualang mencari sandang dan pangan, namun iba menguasai dirinya kepada kakak semata wayang itu.

"Kak." Tari membuka suara lagi.

"Biar semua orang membenci kaka, Tari enggak atau biar Kaka akhirnya membenci diri Kaka tari enggak karena tari tahu Tuhan tidak pernah membenci kakak. Tadi pagi sangat panas sampai ayah sama ibu ga kuat dan sekarang dingin tari gamau Kaka sampai gakuat juga. Nanti tari sama siapa kalau ga sama Kaka ?" lanjutnya.

"Pakde Amri udah nunggu kamu barangkali, mereka cuma benci Kaka bukan kamu".

"Tari ga suka dengan orang yang ga suka sama Kaka"

"Aku benci diriku dek, bencilah kamu pergilah!"

Pelan, tari bangun dari duduknya menepuk pasir yang menempel di baju lalu berbalik badan berjalan lemas entah akan kemana. Belum 500 meter ada tangan menggenggam jari mungilnya "Ayo." katanya, belum tau juga hendak kemana.

Tapi ia lebih tak tau lagi apa yang terjadi jika membiarkan adiknya hidup sendiri.

2 disukai 3.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction