Es Krim Nearu

Baling-baling kipas angin yang perlu diservis membuat Nea tak dapat mengambil istirahat siangnya dengan baik. Waktu yang tersisa lima belas menit lagi akhirnya membuat Nea memutuskan untuk pergi ke ruang kerja Aru.

“Aru! Kipas angin kapan diperbaiki, sih?”

“Besok?”

Nea merotasikan bola matanya. Selalu saja besok, besok, dan besok. Bila kerongkongannya sedang tidak kering, mungkin ia bisa meneriakkan sambatannya mengenai istirahat siang yang tak digunakan dengan baik, tetapi akan tak ada habisnya bila mengajak Aru berdebat.

Ruang persegi yang ditempati oleh Aru cukup gelap dan jauh dari terpaan sinar matahari kerap membuat Nea cemburu karena adamnya hawa yang memburu.

“Nanti malam ... Ayo, jajan es krim.”

Secarik kurva melengkung dari bibir Nea pun mencuat.

“Tapi, Nea, apa iya es krim lebih nyaman dinikmati kalau cuaca panas?”

Nea berpikir, mengulur waktu untuk menjawab sembari menikmati es krim yang menjulang di hadapannya. “Kata siapa?” akhirnya bertanya balik.

“Kata dunia.”

“Dunia nggak pernah bilang gitu. Aku dunia kamu, tahu?”

“Nea.”

“Aru, nggak masalah kamu nggak bisa nyicip es krim di siang hari panas-panas kayak kata orang, selama ada aku, kamu bisa nikmati es krim kapan pun.”

“Panas itu rasanya bagaimana?”

4.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction