RIBUAN KM

Kenapa hidup ini terlalu datar? Aku kira hanya bumi saja yang datar. Berapa usiaku sekarang? Aiisshh... Ku hitung-hitung sudah sampai di angka 20, tidak, bahkan sudah lebih. Aku termenung di dalam warung emak sambil menjaganya, emakku sangat setia dengan warungnya ini sejak usiaku tujuh tahun.

Tiba-tiba emak datang

"Ngapain sih lu bengong di ntu?"

"Iiiih... Mak, kapan pulang? Udah dari tadi? Iing gak sadar, beseknya mane mak?"

"Besak besek, sono lu anterin dulu tuh telor bu RT, tadi bu RT pesen terus emak lupa jadinya di pengajian bu RT nanyain lagi noh.... Udeh sono anter dulu dah..."

"Yaaailaaa mak, Iing kan lagi ngaso, lagian panas banget mak di luar. Noh lihat noh mak ampe ber-asep noh aspal"

"Aspal aspal, mata lu picek? Sejak kapan di kampung ini ada jalanan yang ber-aspal?"

"Hehehehe... becande mak, mimpi aje dulu, kali kali nanti dibuatin aspal sama pak presiden. Yaudin, sini Iing bawa telornya"

"Nah gitu dong, bentar, emak ambilin dulu. Nih, gih bawa"

"Oke mak, Iing pergi dulu, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam... Ti-atiii ing... Hhh... anak perawan gue udah gede aja..."

Di rumah buk RT

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam, eh Iing, masuk ing..."

"Iye buk, ini pesenan telor bu RT, emak juga minta maap baru bisa dianter. Hehehe"

"Iya ing, gakpapa, yang penting kan udah dianter. Tunggu ya ibu ambil uangnya dulu"

"Ok buk..."

Suara teriakan dari dalam rumah buk RT

"TOLOOONGGG!!!!"

Iing bergegas masuk

"Ade ape buk? Ade maling? Mane malingnye????"

"Ing, tolong ibuk angkatin Rara, kayaknya dia udah pecah ketuban"

"Eh neng Rara...aduuhh iye buk, eh angkat kemane nih buk.."

Buk RT yang grasak grusuk akhirnya menyuruh Iing untuk pergi memanggil bidan Ayu di Puskesmas yang tidak jauh dari rumah bu RT, dengan sekuat tenaga Iing berlari ke Puskesmas.

"ASSALAMU'ALAIKUM!!! Buk bidan Ayuuuuu, neng Rara anak bu RT *Hhhhhh Iing mengatur napas sebelum melanjutkan omongannya* udah itu bu bidan, itunya pecah, ape...ape tuh pecah bu, ketam-bun, eh ketubannya bu"

Bidan Ayu dan Iing segera ke rumah bu RT dengan menaiki motor. Dan semuanya sudah ditangani dengan baik. Akhirnya Iing pulang ke rumah. Iing kembali merenung akan hari-hari yang telah dia lewati.

Emak pun masuk ke kamar Iing

"Hebat lu ing hari ini"

"Yaahh... Hari ini doang mak?"

"Hahaha dasar lu, bagi emak, setiap hari sejak lu lahir lu udah hebat, lu anak terhebat dalam hidup emak."

Iing sudah berusia 21 tahun, tapi tak sekalipun dia mengeluh tentang hidupnya, dia juga tidak pernah keluar dari kampungnya, bukan tak mahu, hanya saja baginya, dunianya adalah emaknya, emaknya satu-satunya yang dia punya hingga hari ini.

Iing pun bersyukur, walau mungkin dia tak punya ribuan jarak selama hidupnya, tapi pengalamannya tak kalah banyak. Apalagi dia menjadi tempat curhat dan tempat untuk dimintai tolong oleh orang-orang yang berbelanja di warung emaknya bahkan orang-orang di kampungnya.

"Terimakasih mak... Emak juga adalah emak yang terhebat di dunia Iing. Ohya mak, berarti iing boleh ya belanja baju baru di pasar malem?" Goda Iing kepada emak sambil memeluk emaknya.

2 disukai 4.2K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction